(Minghui.org) Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Minghui.org, 767 insiden praktisi Falun Gong ditangkap atau dilecehkan karena keyakinan mereka dilaporkan pada Maret dan April 2022.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah disiplin spiritual yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak 1999. Tak terhitung praktisi telah ditangkap, diganggu, dihukum, dan disiksa karena menegakkan keyakinan mereka. Namun karena sensor informasi yang ketat di Tiongkok, insiden tersebut tidak selalu dapat dilaporkan secara tepat waktu, juga tidak semua informasi tersedia.

Ke-767 praktisi berasal dari 26 provinsi dan kotamadya. Shandong dan Sichuan mencatat kasus penangkapan dan pelecehan paling banyak (masing-masing 98), diikuti oleh Heilongjiang (92) dan Hebei (81). Dua belas daerah lainnya memiliki kasus dua digit dan sepuluh provinsi memiliki kasus satu digit.

Dari 767 kasus tersebut, 437 kasus merupakan kasus penangkapan, di antaranya 55 kasus terjadi pada tahun 2021 dan 382 kasus terjadi pada tahun 2022. Kasus-kasus yang terjadi pada tahun 2022 sebanyak 21 kasus pada Januari 2022, 52 kasus pada Februari, 142 kasus pada Maret dan 164 kasus pada April, dan tiga kasus lainnya terjadinya pada bulan-bulan yang masih belum jelas. Sebanyak 181 praktisi juga rumahnya digeledah. Pada saat penulisan ini, 200 praktisi masih ditahan.

Seratus tujuh (107) dari praktisi yang ditangkap (24,4%) berusia 60 tahun ke atas, termasuk 62 di usia 60-an, 34 di 70-an, dan 11 di 80-an.

Untuk 330 praktisi yang dilecehkan karena keyakinan mereka, 43 insiden terjadi pada 2021 dan 287 pada 2022 (termasuk 13 Januari 2022, 52 pada Februari, 101 pada Maret, dan 114 pada April). Bulan-bulan kejadian dari tujuh kasus pada tahun 2022 tidak jelas. Enam puluh enam praktisi rumahnya digeledah.

Empat puluh enam (13,9%) dari praktisi yang dilecehkan berusia di atas 60 tahun, termasuk 14 di usia 60-an, 15 di usia 70-an dan 17 di usia 80-an.

Cui Jinshi, seorang warga berusia 88 tahun di Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, meninggal empat jam setelah dia ditangkap karena mempelajari ajaran Falun Gong dengan enam praktisi lainnya.

Beberapa hari sebelum dan setelah kematian tragis Cui, dua kelompok ditangkap di dua kota lain di provinsi yang sama, Daqing dan Qiqihar. Penangkapan di Qiqihar dilaporkan sebagai operasi baru yang dijuluki "Operasi Penutup Jaringan," karena pihak berwenang melanjutkan upaya mereka untuk membasmi Falun Gong.

Salah satu penduduk Beijing yang menjadi sasaran adalah Han Fei, ibu seorang warga Inggris, yang telah sering menghadapi pelecehan sejak September 2021. Pelecehan semakin meningkat selama Olimpiade Musim Dingin pada Januari dan Februari 2022. Meskipun dia dibebaskan tak lama setelah penangkapan terakhirnya di April 2022, dia masih menghadapi pengawasan lanjutan karena menolak melepaskan Falun Gong.

Seorang penduduk Hubei bernama Liu Haiquan adalah satu-satunya pencari nafkah bagi keluarga besarnya. Meskipun ayahnya yang sudah lanjut usia, berusia 80-an, sering mengunjungi kantor polisi untuk menuntut pembebasannya, pihak berwenang masih menahannya, meninggalkan keluarganya dalam situasi yang mengerikan.

Wu Zhanting, seorang warga Liaoning yang lumpuh karena stroke, tidak luput dari pelecehan.

Beberapa contoh dari berbagai jenis kasus penganiayaan yang dilaporkan pada bulan Maret dan April 2022 disajikan di bawah ini:

Lansia Ditargetkan Karena Keyakinannya

Wanita 88 Tahun Meninggal Empat Jam Setelah Ditangkap Karena Keyakinannya

Cui Jinshi, seorang warga Kota Harbin, Provinsi Heilongjiang, berusia 88 tahun, meninggal empat jam setelah dia ditangkap karena mempelajari ajaran Falun Gong dengan enam praktisi lainnya. Polisi masuk ke rumah Cui sekitar pukul 13:00 siang pada 13 April 2022 dan mengambil buku-buku Falun Gong, foto pencipta Falun Gong, dan uang tunai. Cui jatuh saat mencoba menghentikan polisi, berkata: “Jangan ambil buku saya! Jangan ambil foto Guru!”

Pukul 17.45, putra kedua Cui, Piao Hu, menerima telepon dari polisi dan diberi tahu bahwa ibunya sedang diresusitasi di Rumah Sakit 242. Dia bergegas ke rumah sakit. Lima menit kemudian, dokter keluar dan mengumumkan kematian Cui. Putranya pergi ke ruang operasi dan melihat tubuh Cui. Wajahnya pucat. Tenggorokannya terpotong terbuka. Dan dia hanya memakai satu sepatu.

Piao berkata bahwa ibunya telah sehat dalam 20 tahun terakhir berkat latihan Falun Gong. Terlepas dari usianya, dia hidup sendiri dan berjalan cepat. Tidak diketahui persis apa yang polisi lakukan padanya yang menyebabkan kematiannya hanya dalam empat jam.

Wanita 85 Tahun Menderita Stroke Setelah Pelecehan Berulang Kali

Han Guiyun, seorang pensiunan guru berusia 85 tahun di Kota Yingkou, Provinsi Liaoning dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dan denda 10.000 yuan (Rp 22.000.000) pada Juni 2021. Polisi dan orang-orang pengadilan terus mengganggunya di rumah sebelum, selama dan setelah selesai sidang. Dia tidak dapat berdiri tegak dan mengalami sakit punggung yang parah, sebagai akibat dari tekanan yang disebabkan oleh pelecehan polisi tanpa henti.

Han menderita stroke pada 21 Februari 2022 dan dirawat di rumah sakit selama lebih dari 20 hari. Karena pihak berwenang menangguhkan pensiun bulanannya sebesar 4.600 yuan (Rp 10.120.000) mulai Juli 2021, dia tidak mampu membayar perawatan medis yang berkepanjangan dan dipulangkan.

Han sekarang terbaring di tempat tidur dan bergantung pada makanan cair untuk menopang hidupnya, setelah sebagian besar giginya tanggal pada tahun lalu karena tekanan mental. Dia juga tidak bisa mengenali orang, sulit mengekspresikan dirinya dengan jelas, dan kesulitan mendengar.

Wanita 81 Tahun Dilecehkan Setelah Hukuman Penjara Sewenang-wenang, Diperintahkan untuk Mengembalikan Pensiunnya

Zhang Jianhua, 81 tahun penduduk Kota Lanzhou, Provinsi Gansu, dijatuhi hukuman tiga tahun pada Juli 2018 karena berlatih Falun Gong. Di Penjara Wanita Provinsi Gansu, Zhang dilarang tidur dan sengaja tidak dikasi makan. Para narapidana bahkan memaksa dia minum air kencing dan menggunakan sikat toilet menyikat mulutnya beberapa kali.

Setelah Zhang dibebaskan pada 17 Juni 2021, polisi terus mengganggunya dan mengambil fotonya di luar kehendaknya, sementara dia berjuang untuk mengatasi trauma penyiksaan yang mengerikan di penjara,

Selain pelecehan, biro jaminan sosial setempat memerintahkan dia untuk mengembalikan lebih dari 40.000 yuan pensiun yang dia terima saat menjalani hukuman, meskipun tidak ada dasar hukum untuk permintaan tersebut.

Wanita Lansia Dibawa ke Pusat Pencucian Otak Setelah Menjalani Hukuman kaena Keyakinannya

Zhu Guangrong dijadwalkan akan dibebaskan pada 9 Maret 2022 setelah menjalani 2,5 tahun karena berlatih Falun Gong. Ketika keluarganya pergi menjemputnya pada hari itu, mereka tidak melihatnya dan malah diberitahu bahwa Zhu akan ditahan di pusat pencucian otak selama tiga bulan lagi. Pihak berwenang juga menolak mengungkapkan alamat pusat pencucian otak tersebut.

Zhu, seorang warga Kota Wuhan berusia 72 tahun, penduduk Provinsi Hubei, ditangkap pada 10 September 2019, ketika dia mendesak polisi membebaskan praktisi lain, Fu Yousheng. Polisi menggeledah rumah kedua wanita itu sekitar tengah hari dan membawa mereka ke Pusat Penahanan No.1 Kota Wuhan. Zhu kemudian dijatuhi hukuman 2,5 tahun dan Fu 3,5 tahun.

Sejak awal tahun 2021, pihak berwenang di Wuhan telah menambahkan 10 pusat pencucian otak untuk memenjarakan praktisi Falun Gong yang gigih. Menurut informasi yang tersedia, setidaknya 71 praktisi ditahan dan disiksa di berbagai pusat pencucian otak antara Januari dan September 2021.

Penangkapan Kelompok

“Operasi Menutup Jaringan” di Kota Qiqihar, Provinsi Heilongjiang

Sejak 11 April 2022, setidaknya sembilan praktisi Falun Gong di Kota Qiqihar, Provinsi Heilongjiang telah ditangkap karena keyakinan mereka. Sementara semua telah dibebaskan dengan jaminan pada saat penulisan, polisi berencana menyerahkan kasus mereka kepada jaksa dan mencari hukuman penjara terhadap mereka.

Pada awal 2022, Departemen Kepolisian Kota Qiqihar mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh semua pasukan polisi setempat di tujuh distrik dan sembilan kabupaten untuk meningkatkan penangkapan terhadap praktisi Falun Gong.

Chen Dong, wakil walikota Qiqihar dan kepala Departemen Kepolisian Kota Qiqihar, memerintahkan polisi untuk mengikuti, memantau, dan mengganggu praktisi setempat, terutama mereka yang bersikeras meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan selama pandemi.

Operasi tersebut mendapat dukungan dari Guo Xiaofeng, kepala Komite Urusan Politik dan Hukum Kota Qiqihar, sebuah badan yudisial tambahan yang mengawasi keamanan publik dan cabang peradilan dan juga mengatur kebijakan penganiayaan terhadap Falun Gong.

Dijuluki “Operasi Menutup Jaringan,” penyisiran polisi terbaru dilakukan oleh Kantor Keamanan Domestik Kabupaten Longjiang, Departemen Kepolisian Tiefeng, Kantor Polisi Nanpu, Kantor Polisi Donghu, Kantor Polisi Wulong dan beberapa kantor polisi lainnya di Daerah Tiefeng.

Telah dilaporkan bahwa polisi telah membuat "bukti" terhadap praktisi, menuduh bahwa Zhang Wanjie adalah pemimpin gerombolan organisasi kriminal di mana semua praktisi lainnya adalah anggota aktif. Beberapa praktisi memperhatikan bahwa polisi telah menyiapkan catatan interogasi sebelum mengajukan pertanyaan kepada mereka.

Kota Daqing, Provinsi Heilongjiang: Sedikitnya 25 Praktisi Falun Gong Ditangkap dalam Satu Hari

Sedikitnya 25 praktisi Falun Gong di Kota Daqing, Provinsi Heilongjiang ditangkap pada 20 April 2022. Beberapa petugas polisi mengenakan alat pelindung selama penangkapan, dan mereka menipu praktisi agar membukakan pintu dengan mengklaim bahwa mereka ke sana untuk menyelidiki apakah pemilik rumah memiliki kontak dekat dengan orang-orang yang telah dites positif COVID-19.

Banyak penangkapan dilakukan oleh petugas dari Kantor Polisi Huizhan. Penyisiran dimulai pukul 06.00 dan berlangsung hingga sore hari. Sebagian besar praktisi telah dibebaskan pada saat penulisan ini, karena pusat penahanan setempat menolak menerima mereka karena pandemi. Seorang petugas mengklaim bahwa lebih dari 100 praktisi ditangkap, tetapi daftar nama rinci masih diselidiki.

Kekerasan Polisi

Wanita Hunan Dipukuli Polisi, Menderita Beberapa Patah Tulang

Zeng Xiaoying, seorang warga Kota Huaihua, Provinsi Hunan, menderita beberapa patah tulang setelah dipukul oleh polisi.

Zeng ditangkap pada 19 April 2022 karena mendistribusikan materi informasi Falun Gong di sebuah mal. Empat petugas menginterogasinya di kantor polisi. Sementara tiga dari mereka pergi kemudian, seorang petugas berpakaian preman masih berada di sana dan memerintahkan dia untuk menandatangani deposisi yang sudah disiapkan.

Saat dia menolak mematuhi dan merobek deposisi palsu itu, dia mulai memukulnya. Dia memukulnya di dadanya. Ketika dia dirobohkan, gelang gioknya patah dan pergelangan tangannya membengkak. Dia tergeletak di lantai dan tidak bisa bangun.

Ketika Zeng kembali ke rumah pada malam hari, keluarganya harus membawanya ke atas. Mereka membawanya ke rumah sakit keesokan harinya, di mana dokter menemukan enam patah tulang pada persendian di sisi kanan tubuhnya, satu patah tulang di dadanya, dan satu patah tulang di satu tulang rusuk di punggungnya.

Pria Chengdu Dipukuli di Hotel yang Diubah Menjadi Tempat Penahanan, Mengalami Cedera di Kaki dan Kandung Empedunya

Liu Jia, seorang pria berusia 53 tahun di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, menderita patah tulang di kaki kirinya dan radang kandung empedu, setelah dipukuli oleh polisi karena berlatih Falun Gong. Dia dioperasi dan kantong empedunya diangkat. Sekarang dia menghadapi tuntutan setelah Kejaksaan Kota Pengzhou menyetujui penangkapannya.

Liu ditangkap pada 6 Januari 2022, saat mengemudi ke Kota Pengzhou terdekat untuk suatu tugas. Polisi menggeledah rumahnya di sore hari, menyita tujuh komputer, tiga ponsel, printer, satu set buku Falun Gong, uang tunai 2.000 yuan (Rp 4.400.000) dan mobilnya.

Liu dibawa ke lantai empat “Urban Cloud Hotel” di Pengzhou dan tempat tinggalnyadiawasi. Ada kamera pengintai di ruangan itu. Semua jendela tertutup dan tidak ada cahaya yang masuk. Beberapa orang bergantian mengawasinya.

Karena Liu menolak memberi tahu polisi kata sandi ponselnya, mereka membawanya ke sebuah ruangan tanpa kamera pengintai dan memukulinya, menyebabkan patah kaki kiri dan radang kandung empedu. Dia kemudian dibawa ke rumah sakit untuk diambil kantong empedunya.

Liu ditahan di hotel selama 18 hari. Dengan intervensi pengacaranya, polisi memindahkannya ke Pusat Penahanan Kota Pengzhou pada 24 Januari. Ketika dia diterima, kedua kakinya bengkak parah dan dia tidak dapat berdiri atau berjalan sendiri. Ada juga bengkak di lutut kanannya. Para penjaga tidak memintanya untuk menjalani pemeriksaan fisik, tetapi melepas semua pakaiannya di lobi dan memotret kakinya.

Satu hari sebelum Liu dipindahkan, praktisi lain, Huang Sulan, yang ditangkap pada 20 Januari dan ditahan di hotel yang sama, tiba-tiba meninggal di sana pada 23 Januari.

Pria Liaoning Dipukuli karena Meminta Polisi Mengembalikan Barang-barang Falun Gong yang Disita

Liu Quanwang, mantan pekerja tambang batu bara di Kota Huludao, Provinsi Liaoning, dipukul oleh polisi ketika dia menuntut pengembalian barang-barang yang disita darinya karena keyakinannya pada Falun Gong.

Liu dan empat praktisi lainnya ditangkap pada malam 7 April 2022, setelah dilaporkan menyebarkan materi informasi Falun Gong. Polisi menggeledah rumahnya sekitar pukul 09:30 pada 8 April sebelum membebaskannya pada hari berikutnya.

Buku-buku Falun Gong miliknya, foto-foto pencipta Falun Gong, tiga komputer, dua printer, beberapa ponsel, lima media player, lebih dari dua puluh flash-drive, belasan botol tinta, serta 700 yuan (Rp 1.540.000) mata uang kertas yang berisi informasi Falun Gong tercetak di atasnya disita.

Karena sensor informasi yang ketat di Tiongkok, banyak praktisi menggunakan cara-cara kreatif untuk meningkatkan kesadaran tentang penganiayaan, termasuk mencetak pesan singkat pada mata uang kertas.

Liu dan praktisi lain pergi ke Kantor Polisi Jitun pada 22 April dan meminta polisi mengembalikan barang-barang pribadinya. Karena polisi mendorong mereka keluar, praktisi yang pergi bersama Liu jatuh dari tangga dan berguling-guling di tanah sejauh dua atau tiga meter.

Liu berteriak "Falun Dafa baik" sebagai protes. Polisi memborgolnya dan membawanya ke sebuah ruangan di kantor polisi yang penuh dengan materi Falun Gong yang disita dari para praktisi. Mereka memukul dan menendangnya. Saat mereka melecehkan Liu dan pencipta Falun Gong, mereka juga meludahi foto pencipta Falun Gong. Liu berusaha menghentikan mereka, tetapi tidak berhasil.

Setelah beberapa saat, dua petugas mendorong Liu ke mobil polisi, membawanya ke sebuah bukit kecil dan melepaskannya.

Kasus Penganiayaan Lainnya

Warga Beijing dan Ibu dari Warga Inggris Menghadapi Pelecehan dan Pengawasan Berkelanjutan karena Keyakinannya pada Falun Gong

Meskipun Han Fei dibebaskan satu hari setelah dia ditangkap karena berlatih Falun Gong, penduduk Beijing dan ibu dari seorang penduduk Inggris menghadapi pengawasan terus menerus. Sebelum penangkapan terakhirnya pada 22 April 2022, dia telah berulang kali dilecehkan dalam tiga tahun terakhir karena menegakkan keyakinannya.

Putrinya, Li Hui, yang saat ini tinggal di Inggris, meminta pihak berwenang Tiongkok untuk berhenti melecehkan ibunya.

Han Fei

Xu Yong dari Kantor Keamanan Domestik Distrik Chaoyang dan dua petugas dari Kantor Polisi Pingfang masuk ke rumah Han sekitar pukul 11:00 pagi pada tanggal 22 April. Mereka merobek lukisan dan kalender bertema Falun Gong di dinding dan mengambil foto pencipta Falun Gong.

Xu membuka laci Han dengan kunci utama dan menyita buku-buku Falun Gong, ponsel, iPad, dan komputernya. Sekitar 300 yuan uang tunai dibawa pergi. Polisi kemudian mengembalikan perangkat elektroniknya tetapi menahan buku-buku Falun Gongnya.

Beberapa petugas memborgol Han dan membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik dan tes COVID-19. Ketika dia menolak mematuhi, kepala polisi Zhang Hao memerintahkan para pekerja medis untuk melakukannya dengan paksa. Saat mengambil sampel darahnya, seorang petugas polisi mencekik lehernya dengan siku, dengan tangan diborgol ke belakang. Dia hampir kehabisan napas.

Bahkan dengan protes keras Han terhadap kekerasan, polisi tidak menghentikan pemeriksaan fisik dan mereka merekam seluruh prosesnya.

Sekitar pukul 14:00 siang, polisi menelepon suami Han dan memintanya untuk melapor ke kantor polisi sepulang kerja. Ketika dia pergi ke sana, polisi menanyakan kapan dia dan Han menikah, apa yang dia lakukan setiap hari, orang-orang yang berhubungan dengannya, dan keadaan putri mereka, Li, yang juga berlatih Falun Gong.

Ketika Li menelepon ponsel Han (yang telah dikembalikan ke suami Han) malam itu, ayahnya memberi tahu dia tentang penangkapan ibunya. Li berkata bahwa dia merasakan ayahnya diintimidasi oleh polisi dan di bawah tekanan yang luar biasa.

Keesokan paginya, polisi meminta Han untuk mengidentifikasi seorang kerabat untuk menjadi penjaminnya untuk pembebasan dengan jaminan. Dia menolak untuk mengakui pembebasan dengan jaminan atau penangkapannya, dengan mengatakan bahwa polisi telah melanggar hukum selama ini. Polisi kemudian menemukan seorang anggota staf komite perumahan setempat untuk menandatangani dokumen kasusnya dan membebaskannya sekitar pukul 16:00 sore.

Bahkan setelah polisi membebaskan Han, mereka tetap berada di luar rumahnya untuk memantau kehidupan sehari-harinya. Dia tidak diizinkan meninggalkan rumah dengan bebas.

Dilaporkan bahwa polisi menangkap Han karena dia menulis surat kepada kepala Kantor Polisi Distrik Chaoyang dan mendesaknya agar tidak ikut-serta dalam penganiayaan. Selama penangkapannya, seorang petugas berkata kepadanya: “Saya tahu anda [praktisi Falun Gong] adalah orang baik, tetapi kami masih harus melakukannya [menangkap anda]. Jika saya tidak melakukannya, orang lain akan melakukannya.”

Han sebelumnya ditangkap pada 4 Desember 2019, dan ditahan di Pusat Penahanan Distrik Chaoyang selama 23 hari. Sejak itu, dia terus-menerus diganggu oleh polisi. Dia diikuti ketika dia pergi keluar, termasuk ketika dia berbelanja bahan makanan. Orang-orang yang memantaunya termasuk tetangganya, penduduk di lingkungannya, dan orang-orang yang menganggur.

Pelecehan dan pengawasan menjadi lebih intens selama Januari dan Februari 2022, ketika Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin. Han memberi tahu putrinya bahwa orang-orang tinggal di luar rumah sepanjang waktu. Petugas berpakaian preman mengikutinya ketika dia keluar dan mereka juga mengambil foto dan merekamnya.

Selain pelecehan di sekitar Olimpiade Musim Dingin, Han juga ditangkap selama Olimpiade Beijing 2008 dan dihukum dua tahun kerja paksa.

Pria yang Lumpuh Menghadapi Pelecehan Tanpa henti karena Keyakinannya

Wu Zhanting, seorang warga Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning yang lumpuh karena stroke masih menghadapi pelecehan terus-menerus karena keyakinannya pada Falun Gong.

Wu Zhanting

Tak lama setelah Tahun Baru Imlek pada Februari 2022, Wu Dali, seorang petugas Kantor Polisi Xidayingzi dan juga kerabat Wu, datang untuk memfoto, berpura-pura menunjukkan perhatian padanya.

Dua anggota staf dari biro kehakiman setempat datang beberapa hari kemudian dan juga mengambil foto Wu. Mereka memerintahkan keluarganya untuk menandatangani dokumen kasus atas namanya, tetapi keluarga menolak. Petugas kemudian meletakkan pena di tangan Wu, yang tidak bisa berbicara lagi, hanya untuk mengetahui bahwa dia juga tidak bisa lagi memegang pena.

Dalam beberapa tahun terakhir, pihak berwenang setempat terus mengganggu Wu. Keluarganya mengatakan mereka tidak dapat mengingat berapa kali seseorang tiba-tiba muncul di pintu dan mengganggunya. Sementara para pejabat semuanya mengaku peduli dengan keluarga ini, tidak ada yang pernah memberikan bantuan apa pun kepadanya

Ibu mertua Wu yang berusia 87 tahun sering menangis untuknya. Dia berkata: “Menantu laki-laki saya adalah orang yang sangat baik. Sulit menemukan orang seperti dia. Tapi dia sekarang dianiaya seperti ini, tanpa melakukan hal-hal buruk.”

Satu-satunya pencari nafkah untuk Keluarga Besar Menghadapi Hukuman Penjara Setelah Satu Tahun Penahanan

Liu Haiquan, penduduk Kota Xianning, Provinsi Hubei, telah ditahan secara ilegal selama lebih dari setahun dan sekarang sedang menunggu putusan karena berlatih Falun Gong. Karena Liu adalah satu-satunya pencari nafkah di keluarga besarnya, mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan.

Liu ditangkap di tempat kerja pada 13 April 2021, tak lama setelah dia menjawab telepon dari orang asing yang menanyakan apakah dia bisa memasang antena parabola.

Menuduhnya memasang antena parabola agar orang-orang dapat menerima NTDTV, sebuah stasiun TV Tiongkok tanpa sensor yang berbasis di AS, polisi menempatkan Liu dalam tahanan kriminal di Pusat Penahanan Kabupaten Jiayu pada 26 April.

Ayah Liu, berusia 80-an, sering mengunjungi Kantor Keamanan Domestik dan pusat penahanan setempat untuk menuntut pembebasannya tetapi tidak berhasil. Dia kemudian menulis surat pengaduan ke pemerintah kota dan masih belum menerima tanggapan apa pun.

Surat itu menjelaskan bahwa istri dan keponakan Liu (putra saudara laki-lakinya) keduanya memiliki cacat intelektual dan saudara lelakinya menderita uremia.

Sang ayah berkata bahwa Liu tidak memiliki kewajiban merawat saudara laki-laki dan keponakannya, tetapi setelah dia mulai berlatih Falun Gong, dia menjadi semakin perhatian dan tidak mementingkan diri sendiri. Dia mengajak saudara laki-laki dan keponakannya untuk tinggal bersama keluarganya sehingga lebih mudah baginya untuk mengurus mereka. Melalui tindakan Liu Haiquan, saudara laki-laki dan keponakannya benar-benar menyaksikan kekuatan Falun Gong dalam mengajar orang untuk menjadi baik dan baik hati.

Liu diadili di Pengadilan Kabupaten Tongcheng pada akhir Desember 2021 dan masih menunggu putusan.

Pada akhir Januari 2022, beberapa hari sebelum Tahun Baru Imlek, ayah Liu berhasil bertemu dengan Liu Ning, kepala Kantor Keamanan Domestik Kota Xianning, dan menuntut pembebasan putranya agar dia bisa menghabiskan liburan bersama keluarga. Liu mengklaim bahwa dia tidak lagi bertanggung jawab atas kasus ini. Dia juga mengganti nomor teleponnya, mungkin untuk menghindari menjawab panggilan dari ayah Liu.

Laporan terkait dalam bahasa Inggris:

Reported in Jan/Feb 2022: 782 Falun Gong Practitioners Arrested or Harassed for Their Faith

Reported in 2021: 16,413 Falun Gong Practitioners Arrested and Harassed for Their Faith