(Minghui.org) Saya baru saja mulai berlatih Falun Dafa ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) meluncurkan kampanye nasional untuk melarang latihan pada Juli 1999. Meskipun saya tidak mengerti mengapa PKT melakukan itu, saya tidak lagi membaca buku-buku Dafa dan berhenti berlatih.

Kembali Berkultivasi

Pada tahun 2012, suami saya bertemu dengan seorang teman yang mengatakan bahwa lututnya sakit karena rheumatoid arthritis. Temannya menyuruhnya untuk mencoba Falun Dafa. Suami memberi tahu saya tentang hal itu ketika dia sampai di rumah dan saya sangat bahagia. Saya berkata, “Itu sangat bagus!” Saya mengeluarkan buku-buku Dafa yang belum pernah saya sentuh selama lebih dari satu dekade. Begitulah cara saya mulai berlatih lagi.

Pada awalnya, ketika saya membaca artikel berbagi praktisi, saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Saya tidak tahu bagaimana berkultivasi dan itu membuat saya khawatir. Saya telah berlatih qigong sebelumnya dan membaca banyak buku qigong. Konsep yang saya kembangkan mengganggu saya dan mencoba menghentikan saya dari berlatih Falun Dafa. “Sudah bertahun-tahun dan saya sekarang jauh di belakang praktisi lain.” Saya mengalami depresi.

Segera setelah tertidur di sofa pada suatu hari, saya bermimpi bahwa Fashen Guru datang. Saya bergegas mengambil bangku untuk tempat Guru duduk. Guru hanya duduk sebentar sebelum bangun lagi. Dia berdiri di belakang saya dan mencubit bagian belakang leher saya di mana vertebra serviks berada. Kemudian, Dia menekan titik Baihui di atas kepala saya dengan kedua ibu jarinya.

Saya memutar kepala saya dari kiri ke kanan dan kemudian dari kanan ke kiri. Tetap saja, saya merasakan ketidaknyamanan. Guru sepertinya melihat keraguan saya. Mengetahui bahwa Guru telah menyembuhkan saya, saya segera berkata, “Saya baik-baik saja. Saya baik-baik saja.” Guru tersenyum kepada saya dengan penuh belas kasih. Saya berlutut, menyatukan kedua telapak tangan saya dengan kuat, dan berkata, “Terima kasih, Guru! Terima kasih, Guru! Terima kasih, Guru!” Dan saat itulah, saya terbangun.

Saya bangkit dari sofa. Pikiran saya tajam dan jernih, dan tubuh saya terasa ringan. Leher saya terasa lebih baik. Saya dipenuhi dengan sukacita dan rasa syukur, “Saya melihat Guru! Saya melihat Guru! Guru mengangkat saya sebagai pengikutNya!” Saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling diberkati di dunia. Saya telah diberitahu bahwa saya adalah orang yang beruntung sebelumnya. Tetapi pada saat itu, saya tidak tahu persis dari mana “keberuntungan” saya berasal dan itu bahwa “Saya memiliki seorang Guru!”

Setelah itu, saya dapat memahami artikel berbagi praktisi. Jika saya berkultivasi di luar pintu sebelumnya, sekarang saya akhirnya kaki menginjak di pintu. Guru memurnikan pikiran dan tubuh saya sehingga saya dapat sungguh-sungguh berkultivasi.

Guru berkata,

“Jika saya ingin melakukan sesuatu, misalnya menyelaraskan tubuh bagi seorang pengikut Xiulian yang sejati, selalu dikerjakan oleh Fashen saya. Karena Fashen tidak membawa tubuh seperti manusia biasa, dia terwujud pada ruang dimensi lain.” (Ceramah 5, Zhuan Falun)

Setiap kalimat yang Guru katakan adalah kebenaran. Ateisme dan teori evolusi semuanya bohong. Mereka meracuni pikiran orang sehingga mereka tidak percaya pada Dewa dan Buddha, atau bahwa ada ruang dimensi lain.

Menyelesaikan Kebencian Saya pada Ibu Mertua

Orang selalu mengatakan bahwa orang yang paling sulit adalah bergaul dengan ibu mertua. Ketika saya menikah, saya memutuskan bahwa saya akan memiliki hubungan yang baik dengan ibu mertua. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa saya memperlakukannya lebih baik daripada ibu saya sendiri.

Saya sangat menghormati ibu mertua. Setiap kali saya berbicara dengannya, saya memanggilnya “Ibu.” Setiap kali ada hari libur, saya membelikan makanan favoritnya dan pakaian mahal yang saya tahu dia akan suka. Saya membantunya memasak dan kami menyiapkan hidangan untuk setiap pertemuan keluarga. Saya sangat ingin bergaul dengannya, jadi saya memberikan perhatian ekstra pada setiap detail ketika saya berinteraksi dengannya.

Namun, saya segera melihat bahwa rasa hormat dan kasih sayang saya kepada ibu mertua saya bertepuk sebelah tangan. Dia memiliki seorang putri dan dua putra. Suami saya adalah yang paling tua. Meskipun saya melakukan yang terbaik untuk menyenangkannya dan selalu mengutamakan kepentingan terbaiknya, saya menyadari setelah beberapa perselisihan keluarga bahwa dia menyukai anak-anaknya yang lebih kecil dan tidak peduli dengan suami saya sama sekali.

Tidak peduli berapa banyak yang saya lakukan untuknya, dia sepertinya tidak pernah puas atau senang dengan saya. Di sisi lain, terlepas dari seberapa buruk putri dan putranya memperlakukannya, dia mengabaikan segalanya. Dia tidak pernah senang dengan suami saya dan saya, dan selalu rewel.

Suatu hari, saya bertanya kepada ayah mertua, “Apakah suami saya diadopsi?” Dia menggelengkan kepalanya, “Tentu saja tidak. Ketiganya adalah anak kami. Jangan terlalu pedulikan ibu mertua Anda.” Tapi, saya patah hati dan saya merasa diperlakukan tidak adil. Saya berhenti berbicara dengan ibu mertua kecuali saya benar-benar harus berbicara dan mulai benar-benar membencinya.

Segalanya berubah ketika saya kembali berlatih Falun Dafa. Saya memahami dengan belajar Fa bahwa orang-orang memiliki takdir pertemuan yang berbeda. Saya merenungkan dan melihat keterikatan serta kekurangan saya sendiri. Saya tidak toleran terhadap orang lain. Saya menyimpan dendam atas hal-hal sepele yang dengan mudah menyebabkan kebencian.

Saya menyadari bahwa kebencian saya terhadap ibu mertua telah tumbuh begitu kuat sehingga sulit untuk dihilangkan. Ketika saya belajar Fa, saya merasa tenang dan damai. Segera setelah saya melihat ibu mertua, kebencian saya muncul dan saya tidak bisa menekannya.

Suatu hari, saya duduk di depan foto Guru dengan kaki dalam posisi lotus dan meminta bantuan, “Saya dengan tulus berharap bahwa saya bisa menyingkirkan kebencian saya. Tapi tidak peduli seberapa keras saya mencoba, saya tidak bisa. Apa yang harus saya lakukan?” Saya memejamkan mata dan langsung melihat cahaya terang terpancar di atas dahi saya. Saya diselimuti cahaya keemasan dan tubuh saya memancar dan mengembang tanpa henti.

Saya sepenuhnya larut dalam belas kasih dan kekuatan besar Guru pada saat itu. Air mata mengalir di wajah saya. Saya tahu bahwa Guru telah membantu saya mengatasi kebencian saya dan mengembangkan toleransi saya. Tidak ada kata yang dapat menggambarkan rasa terima kasih saya kepada Guru. Saya tidak akan pernah bisa membalas kebaikan Guru karena telah menyelamatkan saya dengan belas kasih.

Saya mengunjungi ibu mertua beberapa hari kemudian. Tidak peduli apa yang dia katakan, hati saya tetap tenang, seperti danau yang damai tanpa riak. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Saya hanya baik padanya.

Epilog

Dalam kultivasi Dafa, pengalaman ajaib ini adalah nyata. Anda benar-benar dapat melihat dan merasakannya. Dewa dan Buddha benar-benar ada. Setiap kali memikirkan Guru, saya meneteskan air mata. Saya sangat berterima kasih atas semua yang telah Guru lakukan untuk saya. Sebagai pengikut Dafa, saya tidak akan mengecewakan Guru. Saya akan melakukan tiga hal dengan baik dan menyelamatkan lebih banyak makhluk hidup seperti yang Guru minta.