(Minghui.org) Tiga petugas polisi datang ke rumah saya pada Juni 2020. Mereka ingin masuk ke ruangan tempat saya menyiapkan materi informasi Falun Dafa. Saya juga memiliki foto Guru di dinding, yang dapat mereka lihat dari luar. Saya tidak bisa membiarkan mereka memasuki ruangan. Saya mengatakan itu adalah hak privasi saya, dan saya tidak akan pernah membiarkan mereka masuk ke ruangan itu. Mereka mencoba membuka kuncinya, tapi saya berjalan di antara mereka dan pintu, dan mencegah mereka mendekat.

Saya memancarkan pikiran lurus dan meminta bantuan Guru. Tiba-tiba saya memikirkan puisi Guru, “Apa yang Ditakuti” di Hong Yin II, dan langsung menenangkan diri. Saya berkata, “Sebelum saya berlatih Falun Dafa, saya menderita hipertensi berat dan kondisi jantung, dan hidup saya dalam bahaya. Sejak berkultivasi Dafa, saya sembuh dari semua penyakit, dan saya tidak minum obat apa pun selama 20 tahun. Guru memberi saya kehidupan kedua. Selama saya masih hidup, jangan coba-coba membuka pintu itu. Saya tidak akan membiarkan foto Guru rusak dengan cara apa pun.”

Menghadapi Polisi dengan Percaya Diri

Setelah mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat membuka pintu, mereka menyuruh saya untuk mengikuti mereka ke kantor polisi. Saya setuju. Menantu perempuan saya memberi tahu mereka, “Kalian bertanggung jawab jika masalah jantungnya kambuh.”

Di pos polisi, dua petugas pergi untuk makan siang. Petugas yang bertugas bertanya kepada orang yang membawa saya: “Mengapa Anda menangkapnya? Apa masalahnya?" Orang yang membawa saya masuk berkata: “Kami menyuruhnya datang,” dan kemudian berkata kepada saya: “Mengapa anda tidak melakukan latihan dan berhenti memberi tahu kami betapa buruknya Jiang Zemin. Kita semua tahu itu.”

Saya duduk dan memancarkan pikiran lurus. Petugas yang bertugas memberi tahu saya bahwa salah satu petugas yang pergi makan siang adalah wakil kepala, dan jika saya mengatakan hal-hal baik kepadanya, dia mungkin mengizinkan saya pulang. Saya pikir ini adalah kesempatan yang baik untuk mengklarifikasi fakta kepadanya.

Ketika wakil kepala kembali, saya mulai memberitahunya mengapa saya ingin berkultivasi Falun Dafa. Dia membawakan saya makanan dan air serta meminta saya untuk makan dulu. Saya bilang saya tidak lapar. Dia meminta saya untuk menelepon ke rumah dan meminta seseorang untuk datang menjemput saya. Saya berkata: "Saya akan pulang sendiri." Dia berkata: “Kami akan pergi ke daerah anda lagi jam empat sore. Mengapa anda tidak menunggu, dan kami akan mengantar anda pulang.” Saya berkata: “Tidak apa-apa. Saya akan pulang dan menumpang dengan seseorang dari desa kami.” Dia berkata: "Baiklah."

Sebuah insiden yang terdengar agresif dan mengancam terpecahkan dengan mengingat perlindungan Guru.

Berurusan Secara Efektif dengan Polisi

Kami didatangi kepala polisi baru pada September 2020. Dia datang ke rumah saya dengan dua petugas lainnya, dan mereka semua tampak agak mengancam, seperti mereka bermaksud menggeledah rumah saya. Saya meminta bantuan Guru dan memancarkan pikiran lurus.

Dia melihat sekeliling dan berbalik ke ruangan di mana saya memajang foto Guru. Dia bertanya kepada saya: “Anda masih memuja foto itu?” Saya bilang iya. Dia berkata: "Buka pintunya dan mari kita lihat." Saya berkata, “Ini adalah hak saya untuk privasi dan kebebasan berkeyakinan. Saya tidak bisa membuka pintu untuk menunjukkannya kepada Anda.” Dia berkata dengan nada agak rendah, “Kami tidak akan menyentuhnya. Kami hanya akan melihat-lihat.”

Saya berkata: “Anda harus berjanji tiga hal. Yang pertama adalah Anda tidak boleh merusak foto itu, yang kedua adalah anda tidak dapat mengambilnya, dan yang ketiga adalah anda tidak boleh menangkap saya.” Mereka berkata sambil tersenyum, "Kami berjanji."

Setelah saya membuka pintu, tidak hanya mereka tidak membahayakan, mereka menyarankan agar saya memperbaikinya dengan tidak menggunakan paku untuk foto, dan biarkan saja di atas meja. Mereka membantu saya menurunkannya dan meletakkannya di atas meja di bawah. Kemudian mereka pergi dengan puas.

Dua agen muda datang ke rumah saya pada Juni 2021. Mereka bertanya apakah saya masih berkultivasi Falun Dafa. Saya berkata: “Ini adalah urusan saya jika saya berkultivasi Falun Dafa. Beberapa orang tidak dapat melakukannya bahkan jika mereka mau.” Mereka berkata, "Lakukan saja di rumah, dan jangan membuat masalah di luar." Saya berkata: “Saya menjadi sehat dengan berlatih. Bukankah itu bagus?” Mereka kemudian masuk ke kamar dan melihat foto Guru, dan pergi dengan gembira.

Ketakutan dan Keterikatan Lain yang Perlu Disingkirkan

Saya bertanya-tanya mengapa polisi terus datang ke rumah saya. Itu pasti keterikatan saya. Saya tenang dan mencari ke dalam diri saya sendiri. Saya menemukan banyak keterikatan, termasuk pamer, kegembiraan hati, bersaing, dendam, dan yang paling buruk, takut.

Saya ingat pertama kali saya pulang dari kantor polisi, saya benar-benar takut. Saya pikir jika mereka datang untuk melihat ruangan, itu akan buruk ketika mereka melihat banyak hal yang saya miliki di dalam sana. Saya sangat khawatir sehingga saya berhenti membuat materi klarifikasi fakta selama beberapa minggu. Guru berkata seseorang tidak boleh berdiam diri ketika jatuh. Saya baik-baik saja dengan perlindungan Guru. Mengapa saya tetap tidak beranjak, meskipun saya tidak jatuh?

Saya menemukan itu karena ketakutan saya, yang diatur oleh kekuatan lama. Setelah menggali lebih dalam, saya menyadari bahwa saya tidak percaya 100 persen pada Guru dan Dafa. Mengapa saya masih takut dengan adanya Guru dan Dafa?

Saya menemukan pemikiran "bagaimana jika" menjadi sesuatu yang digunakan oleh kekuatan lama untuk membingungkan praktisi. Ketika anda tidak berpikiran jernih anda akan berada di jalur yang mereka atur. Guru terus menekankan bahwa praktisi perlu belajar Fa lebih banyak. Tanpa dukungan Dafa, kita tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah saya menyadari hal ini, batu berat yang menekan saya tersingkirkan, dan seluruh tubuh saya menjadi nyaman. Saya mengambil semua peralatan pencetakan saya dan memulihkan operasi pencetakan materi Dafa. Namun, saya masih memiliki banyak keterikatan yang harus disingkirkan.