(Minghui.org) Beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini membuat saya lebih sadar bahwa para kultivator harus lebih memperhatikan peningkatan Xinxing dan tidak hanya melenyapkan konsep manusia saat membaca Fa.

Sesuatu terjadi ketika saya sedang belajar Fa dengan beberapa praktisi. Salah satu dari mereka berkata bahwa kita harus memegang buku-buku Dafa dengan tegak, tidak boleh meletakkannya di lantai. Saya berpikir, “Mengapa tidak memperhatikan peningkatan Xinxing? Mengapa memusatkan perhatian pada hal-hal sepele seperti itu?”

Kemudian saya menyadari bahwa saya punya masalah. Ketika rekan-rekan praktisi tidak tahu bagaimana berkultivasi Xinxing, saya harus membantu mereka daripada mencemooh mereka. Saya adalah seorang kultivator. Saya harus memiliki belas kasih. Saya menyadari bahwa sayalah yang harus mengkultivasi Xinxing dan menaikan tingkat saya.

Peristiwa kedua terjadi di rumah. Saya pulang kerja dan langsung membuat makan malam, meskipun suami saya sedang libur. Dia bekerja keras dalam pekerjaannya dan selalu lelah, jadi saya membiarkan dia beristirahat di hari liburnya.

Saya membangunkannya setelah saya membuat makan malam, tetapi dia mengeluh bahwa masakan saya tidak enak.

Putri saya juga sedang tidur siang dan menyuruh saya untuk membangunkannya sebelum makan malam. Tetapi setiap kali saya mencoba membangunkannya, dia marah dan masih ingin tidur. Tetapi ketika dia akhirnya bangun dan melewatkan makan malam, dia marah lagi dan mulai meneriaki saya.

Baik suami dan anak perempuan saya menyerang saya, tetapi saya tidak marah sama sekali, karena saya telah memutuskan untuk meningkatkan Xinxing saya. Saya menganggapnya sebagai ujian. Saya tenang dan merasa nyaman. “Baiklah, jika ini membuat mereka merasa lebih baik, biarlah.” Kemudian mereka berdua berhenti mengeluh.

Saya mengalami situasi serupa di masa lalu. Walaupun saya berhasil untuk tidak melawan, saya selalu mengalami kesulitan untuk menyingkirkan kebencian saya. Namun, kali ini, saya tidak menyimpan dendam terhadap suami atau putri saya. Saya menyadari bahwa hanya dengan mengubah konsep seseorang, seorang kultivator dapat menaikan tingkat dan alam pikiran seseorang. Jika kita bersabar tetapi masih mempunyai rasa benci, tidak peduli seberapa kecil kebencian itu, kita masih terjebak pada tingkat orang biasa.

Dengan menurunnya standar moral, orang akan melakukan apa saja untuk keuntungan pribadi mereka—sama seperti rekan kerja saya, yang sering memperjuangkan hal-hal yang menurut perusahaan seharusnya milik saya. Saya mencoba yang terbaik untuk toleransi terhadap mereka, tetapi saya benar-benar memandang rendah mereka.

Sekarang, setelah dua peristiwa yang baru saja saya jelaskan, saya telah mengubah pola pikir saya. Saya merasa kasihan pada rekan kerja saya karena mereka berjuang hanya untuk keuntungan kecil. Mereka tidak bisa tidur atau makan dengan baik. Mereka terlihat sangat buruk. Mereka telah membuat banyak karma di sepanjang jalan hidup mereka. Menyaksikan mereka berjuang di lautan pahit dunia manusia, saya tidak lagi memandang rendah mereka. Saya merasa kasihan pada mereka dan rasa belas kasih muncul dalam diri saya.

Guru memberi tahu kami: “Ketika perasaan belas kasih kita telah timbul, mungkin akan melihat segala makhluk hidup berada dalam penderitaan.”(Ceramah 7, Zhuan Falun)

Saya menyadari bahwa ketika kita melihat bahwa orang lain semua menderita, kita telah mengembangkan belas kasih. Jika kita hanya melakukan sesuatu demi peningkatkan dan kesempurnaan pribadi, tidak peduli seberapa banyak atau sedikit yang kita lakukan, kita masih berada di tingkat manusia biasa. Hanya ketika kita memiliki hati yang belas kasih, kita dapat mengembangkan keinginan untuk memberikan keselamatan kepada orang lain, bukan hanya untuk kesempurnaan kita sendiri. Ini adalah kewajiban dari seorang kultivator.

Ini adalah pemahaman saya di tingkat saya. Mohon tunjukkan sesuatu yang tidak pantas.

Catatan editor: Artikel ini hanya mewakili pemahaman penulis dalam keadaan kultivasi mereka saat ini dimaksudkan untuk berbagi di antara praktisi sehingga kita dapat “Banding belajar, banding kultivasi,” (“Kultivasi Nyata,” Hong Yin)