(Minghui.org) Praktisi Falun Dafa mengadakan rapat umum di Taman Pohon Natal Goshen pada tanggal 17 Juli 2022 untuk menyerukan diakhirinya 23 tahun penganiayaan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap disiplin spiritual.

Mereka memulai acara hari itu dengan memperagakan latihan Falun Dafa.

Praktisi memperagakan lima perangkat latihan Falun Dafa.

Setelah mereka melakukan latihan, praktisi membentangkan spanduk yang ditulis dalam bahasa Inggris dan Mandarin yang mengekspos kekejaman PKT. Praktisi juga mengangkat spanduk bertuliskan, “Bawa Jiang Zemin Ke Pengadilan.” Jiang, adalah kepala pemerintahan pada tahun 1999, bertanggung jawab karena memulai penganiayaan brutal terhadap Falun Gong.

Praktisi Falun Gong mengadakan rapat umum di Taman Pohon Natal Goshen pada tanggal 17 Juli 2022.

Ketua Pusat Layanan Global untuk Mundur dari PKT: Rezim PKT Secara Terbuka Merampok Nilai-Nilai Dunia

Yi Rong, ketua Pusat Layanan Global untuk Mundur dari PKT, berkata, “Hampir 400 juta warga Tiongkok telah mundur dari PKT dan organisasi afiliasinya. Ini adalah salah satu dari banyak keajaiban yang terjadi selama 23 tahun penganiayaan.”

Yi Rong, ketua Pusat Layanan Global untuk Mundur dari PKT, berbicara di rapat umum.

Yi melanjutkan, “Penganiayaan PKT terhadap praktisi Falun Dafa adalah yang paling jahat. Ini menghancurkan sifat manusia dan nilai-nilai universalnya. PKT telah menghancurkan 5.000 tahun budaya, moral, dan keyakinan tradisional Tiongkok dan telah mendorong peradaban Tiongkok menuju kehancuran. Rezim PKT telah secara terbuka merampok nilai-nilai dunia dan tujuan utamanya adalah membawa manusia menuju kehancuran.”

Yi Rong menekankan, “PKT akan menghancurkan dirinya sendiri dalam proses penganiayaan terhadap Falun Dafa. Berdasarkan sudut pandang orang-orang pada prinsip Sejati-Baik-Sabar, kami percaya bahwa kebangkitan budaya dewa, dan peningkatan moral akan terjadi dan PKT hancur. Kembali ke tradisi dan berbelas kasih adalah satu-satunya harapan untuk bertahan hidup!”

Korban Penganiayaan Zhang Yuhua

Zhang Yuhua diundang untuk bertemu dengan mantan presiden Donald Trump di Gedung Putih tiga tahun lalu. Dia mengangkat masalah penganiayaan terhadap Falun Dafa dan pengambilan organ paksa oleh PKT dari praktisi yang dipenjara karena keyakinan mereka.

Zhang adalah seorang profesor di Universitas Normal Nanjing dan merupakan perwakilan dari Komite Tetap Kongres Rakyat Nanjing. Dia secara ilegal dijatuhi hukuman penjara satu kali dan dikirim ke kamp kerja paksa tiga kali, dipenjara dengan total tujuh tahun tujuh bulan. Zhang berpidato di rapat umum dan menggambarkan pelecehan psikologis dan fisik yang dialaminya.

“Saya dipaksa berlari di bawah terik matahari dengan suhu sekitar 36°C (sekitar 96,8°F). Saya berkeringat tetapi penjaga tidak mengizinkan saya untuk mandi. Mereka menolak untuk membiarkan saya mencuci tangan, bahkan setelah menggunakan kamar mandi. Saya tidak diizinkan menggunakan kamar mandi selama dua minggu.”

Dia juga disiksa ketika penjaga melarangnya tidur selama berminggu-minggu. Dia disiksa secara brutal selama lebih dari 50 hari.

“Mereka secara paksa menyuntik saya dengan substansi yang tidak diketahui dua kali. Ketika penjaga memaksa mulut saya terbuka dan mengisi mulut saya dengan substansi yang tidak diketahui selama 30 menit untuk pertama kalinya, lidah saya mulai mati rasa dan kaku, anggota badan saya juga mulai terasa kaku dan saya mulai kejang tak terkendali.

“Mereka mencekok saya dengan cairan dengan memasukkan selang plastik ke dalam lubang hidung saya. Saya mulai merasa pusing dan mual dan jantung saya mulai berdetak sangat cepat. Saya tidak bisa membuka mulut dan saya kesulitan bernapas. Tubuh saya kesakitan luar biasa dan saya mulai kejang tak terkendali. Saya pingsan tak lama setelah itu.” Zhang mengatakan bahwa ketika dia sadar kembali, para penjaga menyeretnya ke dalam mobil dan membawanya ke kamp kerja paksa. Selang cekok makan paksa masih dimasukkan ke dalam lubang hidungnya.

Suami Zhang, Ma Chenyu, masih ditahan secara ilegal oleh PKT. Dia telah ditahan selama lebih dari 12 tahun karena Ma adalah kepala pusat bimbingan Falun Dafa di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu. Dia dianiaya sekali lagi pada bulan September 2017.

“Selama kami di penjara, kami terus-menerus dipaksa untuk menjalani tes darah. Saya sangat mengkhawatirkan suami saya karena para penjaga tampaknya tertarik dengan golongan darah suami saya.”

Mimpi Buruk Jiang Chenhua

Jiang Chenhua pernah bekerja sebagai perencana perusahaan di 500 perusahaan teratas di Beijing. Sebelumnya dia sakit, ia mendapatkan kembali kesehatannya setelah berlatih Falun Dafa dan penuh energi, serta bekerja lebih keras. Namun dia disiksa secara brutal di sebuah pusat penahanan karena dia membagikan brosur klarifikasi fakta. Dia secara ilegal dijatuhi hukuman 13 tahun, di mana dia berada di bawah pengawasan terus-menerus, dipaksa untuk melakukan kerja tidak dibayar dan menjadi sasaran sesi cuci otak.

“Pergelangan kaki dan pergelangan tangan saya dirantai dan saya tidak bisa berdiri dengan benar. Ini berlangsung selama sekitar satu minggu. Bahkan sekarang saya masih merasakan sakit di punggung saya.”

Jiang mengenang, “Lengan saya dirantai ke kursi ketika saya diinterogasi. Para penjaga dengan brutal memukul dada saya dengan tinju mereka, mencoba memaksa saya untuk memberitahu nama-nama praktisi Falun Dafa lainnya. Saya sering dipukul sampai mati rasa.

“Saya diawasi oleh tahanan lain selama sepuluh tahun saya di penjara. Saya diawasi bahkan ketika saya pergi ke kamar mandi atau mandi. Saya tidak punya privasi. Saya dipaksa melakukan kerja berat termasuk menggali selokan, menanam pohon dan sayuran, melakukan pekerjaan pertanian, membungkus permen, membuat bunga buatan, dll.”

Jiang menyerukan semua orang dengan belas kasih, “Sudah saatnya kita mengakhiri penganiayaan ini. Mohon dengarkan fakta kebenaran Falun Dafa. Tolong dukung protes damai kami dan akhiri penganiayaan ini. Anda berdiri di sisi keadilan dengan mendukung kami. Anda juga akan memiliki masa depan yang cerah.”

Penduduk Setempat Mendukung Praktisi Falun Dafa

Selama rapat umum, banyak penduduk setempat mengacungkan jempol kepada praktisi dan pengendara juga membunyikan klakson untuk menyatakan dukungan mereka.

Kevin Ottochian dan istrinya Clarisse-Anna mengetahui tentang rapat umum dari pendeta setempat. Mereka datang ke acara tersebut dan ingin tahu lebih banyak tentang latihan tersebut. Kevin, seorang guru sejarah, berkata, “Menurut pengetahuan saya tentang PKT, saya jelas tidak mendukung rezim dalam menganiaya rakyatnya sendiri secara brutal. Penganiayaan ini tidak adil dan salah.” Mereka menandatangani petisi untuk menunjukkan dukungan mereka.