(Minghui.org) Manusia bukanlah orang suci dan bijak, jadi siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan? Ketika anda masih muda dan bodoh, anda mungkin agak sembrono dan pernah menyakiti orang lain, dalam dunia yang penuh dengan kebohongan, anda mungkin pernah berbohong dan menipu orang lain; di tengah masyarakat setiap orang hanyut mengikuti arus. Apalagi di bawah tirani yang semacam doktrin absolut, yang mereka lihat adalah kebenaran, tanpa sadar orang akan menari bersama iblis.

Lima puluh tahun yang lalu, Partai Komunis Tiongkok (PKT) melancarkan "Revolusi Kebudayaan". Selama sepuluh tahun bencana buatan manusia tersebut, terlalu banyak lelucon, tragedi demi tragedi terjadi di tanah Tiongkok. Saat itu, sudah biasa guru dan murid saling bertikai, suami istri saling membeberkan, perkelahian massa, karena terlalu sering terjadi sehingga dianggap sudah biasa.

Dalam sebuah perkelahian, ‘pengawal merah’ di antara siswa sekolah menengah di Beijing, Wang Jiyu yang baru berusia 16 tahun - mengacungkan tongkat besar dan membunuh remaja berusia 19 tahun. Selama empat dekade berikutnya, dia sering terbangun dalam kegelapan dan bertanya pada dirinya sendiri: "Saya telah membunuh orang, balasan karma apa yang menanti?"

Pada Januari 2011, Wang Jiyu, seorang pengusaha Beijing berusia 62 tahun, memilih untuk bersikap dan memberi tahu dunia tentang dosa-dosanya: "Pengakuan dosa terlalu ringan, saya tidak meminta pengampunan, saya mengakuinya, saya pantas disiksa, dan mendapat balasan karma. Berbicara berarti meninggalkan bukti untuk sejarah."

Lei Yinglang, 68 tahun dari Kabupaten Taining, Provinsi Fujian, sangat malu dengan perilakunya yang menghina "para antek kapitalis": "Setelah bertahun-tahun, melalui perenungan, saya menyadari bahwa tindakan saya sangat tercela dan menghina martabat orang lain, dan saya sangat menyesalinya."

Chen Xiaolu, putra Chen Yi, mengatakan dalam "Chen Xiaolu Merefleksikan Permintaan Maaf yang Tulus Terkait ‘Revolusi Kebudayaan’": "Sebagai pemimpin siswa Sekolah Menengah No. 8 dan direktur komite revolusioner sekolah, saya bertanggung jawab langsung atas nasib kepala sekolah dan beberapa guru serta teman sekelas yang dikritik kemudian dikirim ke program reformasi buruh." "Permintaan maaf resmi saya sudah terlambat, tetapi untuk pemurnian jiwa, untuk kemajuan masyarakat, dan untuk masa depan bangsa, permintaan maaf semacam ini harus dilakukan. Tanpa refleksi diri, bagaimana kita bisa berbicara tentang kemajuan?"

Wang Jiyu, Lei Yinglang, Chen Xiaolu, mengapa mereka bertobat? Karena setelah mengalami malapetaka tak terduga, mereka menyadari bahwa: propaganda partai komunis, fanatisme massa, dan perintah atasan tidak bisa menjadi alasan bagi mereka untuk ‘mengkritik’, memukul, dan menyakiti orang lain. Mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri. Tindakan mereka yang telah kehilangan sisi kemanusiaan dan melanggar moralitas selama Revolusi Kebudayaan adalah dosa terhadap Langit, dan mereka harus memikul salib.

Pada Juli 1999, PKT mulai menganiaya Falun Dafa, disertai kampanye nasional untuk memfitnah Fa Buddha dilakukan lagi di Tiongkok. PKT telah mengumpulkan metode keji yang lengkap dari masa lalu dan kini untuk menganiaya praktisi - pengawasan, penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan, yang dipentaskan hari demi hari.

Menurut data yang berhasil diverifikasi oleh Minghui.org, lebih dari 4.800 praktisi Falun Gong telah dianiaya hingga meninggal oleh rezim komunis (korban sesungguhnya jauh di atas angka tersebut). Pada tahun 2021 saja, telah diverifikasi bahwa 131 praktisi Falun Gong lainnya telah dianiaya hingga meninggal oleh PKT. Praktisi Falun Gong yang dianiaya sampai meninggal semuanya mengalami tingkat penganiayaan yang berbeda-beda selama hidup mereka. Praktisi Falun Gong Jiang Guobo, seorang pejabat Komite Hukum Kota Weifang, disiksa dengan 77 cara selama hidupnya, dia disiksa hingga sekarat sebanyak 39 kali!

Tuo Yuying, seorang hakim wanita dari Pengadilan Kabupaten Huining di Provinsi Gansu, menderita kanker tidak lama setelah berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong. Sebelum dia meninggal, dia mengaku bersalah kepada kerabat dan teman-temannya bahwa dialah yang melakukan kejahatan terhadap Dafa dan menderita pembalasan ini. Pada akhirnya, dia meninggal merana.

Seorang pejabat Komite Hukum dan Politik di Provinsi Guizhou mendapat ganjaran karma karena berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong. Putranya yang sehat tiba-tiba menderita penyakit mematikan, dan hidupnya tinggal seutas benang. Nyawanya berada dalam bahaya kapan saja. Setelah praktisi Falun Gong mengklarifikasi fakta kepadanya, dia segera mengaku bersalah kepada Guru Li, pencipta Falun Gong, dan meminta maaf kepada Guru Li. Hasilnya, putranya selamat dari kondisi kritis. Setelah itu, pejabat ini secara diam-diam melindungi pengikut Dafa, dengan demikian mengumpulkan pahala kebajikan bagi dirinya sendiri.

Penganiayaan terjadi setiap hari, pertobatan terjadi setiap hari, dan setiap hari orang-orang yang sadar membuat pernyataan khidmat di situs web Minghui.org, menyatakan bahwa semua yang mereka pernah tuliskan, katakan, atau lakukan yang mencemarkan, memfitnah Falun Dafa dan Guru Dafa dengan ini dinyatakan batal dan tidak berlaku. Mereka percaya bahwa Falun Dafa baik, mendukung Falun Dafa, dan berniat menebus kesalahan.

Tuo Yuying, ketua Komite Politik dan Hukum Provinsi Guizhou, mengapa bertobat? Karena hati nurani mereka bangkit dan memahami kesalahan diri, di samping ketakutan batin membuat mereka gelisah. Praktisi Falun Gong telah mempertaruhkan hidup mereka untuk mengklarifikasi fakta dan menyampaikan fakta kebenaran untuk menyelamatkan makhluk hidup di tengah propaganda kebohongan dan kebencian. Dan mereka telah mengikuti PKT dalam penganiayaan, yang memperburuk situasi praktisi Falun Gong, yang sama saja dengan menyiram minyak ke dalam kobaran api.

Manusia adalah yang paling cerdas dari semua makhluk hidup karena dia memiliki hati belas kasih. Dan ketika orang menyakiti orang lain dan mencelakai orang lain, dia benar-benar lebih rendah dari hewan!

Malu berarti membedah diri sendiri; bertobat berarti menyalahkan diri sendiri atas kesalahan; meminta maaf berarti merasa bersalah terhadap orang lain. Tetapi tidak satu pun dari ini dapat memulihkan kehidupan almarhum, tidak dapat menebus rasa sakit anggota keluarganya, dan tidak dapat menghapus dosa mereka sendiri.

Ketika seseorang berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap praktisi Falun Dafa, dia melakukan kejahatan yang dikutuk oleh para dewa dan masyarakat dunia, dan bencana tanpa pandang bulu dapat menimpa keluarga mereka kapan saja, dan bahkan dapat memengaruhi keturunan mereka.

Hari ini kita, dalam menghadapi benar dan salah, bagaimana memilih dan apa yang harus dilakukan, kita harus sadar dan rasional. Apakah seperti para ‘pengawal merah’ dalam Revolusi Kebudayaan, yang demikian bergelora melakukan kejahatan kemanusiaan yang diperintahkan partai jahat, dan kemudian menghabiskan sisa hidupnya dalam penyesalan? Atau apakah seperti para pejabat yang menganiaya Falun Gong, mengikuti PKT untuk berpartisipasi dalam penganiayaan, kemudian gemetar di hadapan balasan Langit?

Mengapa mereka bertobat? Karena mereka telah memfitnah orang yang tidak bersalah, karena mereka telah menganiaya orang baik dan jujur, dan karena mereka telah mencelakai orang lain.

Bagaimana kita melindungi diri kita sendiri? Mengetahui dan memahami mana yang baik dan yang jahat, mengasihani dan bersimpati kepada yang lemah, dan membantu yang baik dan jujur.