(Minghui.org) (Lanjutan dari Bagian 1)

Ada banyak cerita tentang Yu Agung, seorang raja legendaris di Tiongkok kuno yang dikenal karena mengendalikan air. Menurut Huainanzi, Yu Agung pernah berubah menjadi beruang raksasa untuk membelah Gunung Xuanyuan. Saat dia mengamati Tiongkok selatan, Yu Agung sedang berlayar menyusuri sungai ketika seekor naga kuning muncul. Orang-orang lain di perahu itu ketakutan setengah mati, namun Yu Agung berkata, “Diberikan misi oleh Dewa, saya telah bekerja keras untuk melayani masyarakat. Berada di sini memberi saya waktu untuk memenuhi misi saya dan kematian berarti kembali ke tempat asal saya. Tidak ada yang bisa mengganggu pikiran saya.” Naga itu lalu pergi.

Banyak cerita dan peninggalan budaya yang berhubungan dengan naga dapat ditemukan di seluruh budaya Tiongkok. Penggambaran naga muncul di mana-mana, mulai dari patung hingga lukisan, dari peralatan hingga hiasan dan spanduk. Meskipun sebagian orang menganggap naga sebagai makhluk fiksi dalam mitologi, namun suatu pertanyaan yang menarik bagaimana orang dahulu bisa menghasilkan gambaran naga yang begitu hidup dan mirip.

Peninggalan Berusia 6.000 Tahun

Dahulu kala selama pembangunan proyek pengalihan air, sebuah pola naga sepanjang tujuh meter ditemukan di sebuah desa di Kabupaten Huangmei, Provinsi Hubei.

Dilapisi batu bulat, polanya menunjukkan seekor naga dengan empat cakar seperti qilin (juga dikenal sebagai kirin, makhluk legendaris), sepasang tanduk seperti rusa, sisik, dan ekor. Polanya sangat jelas, dan menarik perhatian para arkeolog serta ahli biologi. Diperkirakan pola tersebut tercipta setidaknya 6.000 tahun yang lalu.

Budaya Hongshan

Contoh lainnya adalah budaya Hongshan di Kota Chifeng, Mongolia Dalam. Pada tahun 1971, seekor naga giok ditemukan. Itu adalah naga giok tertua yang pernah ditemukan para arkeolog.

Karya seni ini berukuran panjang 60 cm (sekitar 24 inci) dan berdiameter 2,3 cm (sekitar satu inci). Kepala memiliki mata, hidung, mulut, dan janggut. Surai di punggung naga dihiasi lebih jelas. Karya seni batu giok lainnya yang dibuat dengan gaya serupa telah ditemukan di Mongolia Dalam dan di dekat Provinsi Liaoning.

Meskipun temuan di atas adalah tentang peninggalan kuno, insiden di Tiongkok modern berikut ini mungkin memberikan lebih banyak pengetahuan tentang keberadaan naga.

Naga Jatuh

Satu insiden terjadi di Kota Yingkou, Provinsi Liaoning, pada musim panas tahun 1934. Hujan telah turun selama lebih dari sebulan dan kolam alang-alang terendam banjir. Seorang warga setempat mencium sesuatu yang aneh di kolam tersebut. Ketika dia dan orang lain menyelidikinya, mereka menemukan makhluk raksasa yang tampak sekarat.

Xiao Yuqin, seorang wanita tua di Yingkou, saat itu baru berusia sembilan tahun. Pada tahun 2004 dia teringat bahwa dia sedang berdiri di atas punggung kuda ditopang oleh ayahnya ketika dia melihat makhluk itu. Dia melihat mata naga itu setengah tertutup dan ekornya melengkung. Ia memiliki dua cakar depan, seperti gambar naga yang biasa digambarkan orang.

Mengingat naga itu adalah makhluk yang membawa keberuntungan, penduduk setempat berusaha menyelamatkannya. Ada yang membangun kanopi agar sinar matahari tidak masuk, ada pula yang terus menuangkan air ke atasnya. Hal ini berlangsung selama beberapa hari hingga makhluk itu menghilang secara misterius. Namun, lebih dari tiga minggu kemudian, orang-orang melihat naga itu di suatu tempat di Yingkou, dan saat itu naga itu sudah mati.

Seorang lansia lainnya, Yang Shunyi, menceritakan kepada Kantor Sejarah Yingkou pada tahun 2004 apa yang dia lihat saat itu. Dia bahkan menunjukkan kepada petugas di mana naga itu mati. “Ada banyak tulang berbentuk segitiga di tanah, lebih dari 100 buah. Makhluk itu juga memiliki satu atau dua tanduk.”

Penduduk setempat pada saat itu percaya bahwa itu adalah naga yang jatuh, dan surga mungkin akan menghukumnya dan menyambarnya dengan petir sebelum jatuh ke dalam kolam.

Menurut artikel berjudul “Naga Mati Karena Dehidrasi” di Shengjing Times pada tanggal 14 Agustus 1934, tulang-tulang naga dipindahkan ke Provinsi Hebei dan dipajang di depan umum. Banyak orang yang tertarik dengannya.

Laporan tentang naga di Shengjing Times pada 14 Agustus 1934.

Tulang Naga Misterius

Pada tanggal 16 Juni 2004, Sun Zhengren, berusia 81 tahun, dari Yingkou membawa sebuah kotak berisi lima potong tulang ke Kantor Sejarah Yingkou. Dia mengatakan bahwa itu adalah tulang naga yang dia kumpulkan pada tahun 1934 ketika dia berusia 11 tahun.

Han Xiaodong, wakil direktur kantor, dan anggota staf lainnya sangat penasaran sehingga mereka mencari dan menemukan artikel Shengjing Times tanggal 14 Agustus 1934 tentang naga.

Shengjing Times juga melaporkan bahwa naga itu memiliki dua tanduk di kepalanya dan empat cakar. Naga itu menggali sendiri sebuah lubang sepanjang 17 meter (sekitar 56 kaki) dan lebar tujuh meter (sekitar 23 kaki). Bekas cakaran terlihat jelas. Rupanya, naga itu sempat meronta sebelum mati.

Laporan tersebut juga mengutip Li Binsheng, seorang kartunis dari Beijing, yang mengatakan bahwa dia dan dua saudara kandungnya melihat naga itu saat itu. “Saya berusia 10 tahun saat itu dan makhluk itu dikelilingi oleh jangkar dan tali untuk mencegah pengunjung mendekat,” kenangnya. “Panjangnya sekitar 10 meter (11 yard). Tulang punggungnya melengkung di tengah—tidak seperti ikan. Ada tanduk di kepalanya yang berbeda dari tanduk makhluk laut mana pun.”

Saat kejadian tersebut diberitakan di TV nasional, CCTV menyatakan bahwa tulang yang dibawa Sun adalah tulang ikan paus. Namun tiga orang lanjut usia dari Yingkou—Cai Shoukang, Huang Zhenfu, dan Zhang Shunxi—yang semuanya pernah melihat naga itu secara langsung, langsung membantah pernyataan tersebut.

Cai mengatakan dia berusia sembilan tahun saat itu dan tinggal di dekat kolam alang-alang tempat naga itu ditemukan. Selain itu, ia dan teman-temannya pernah melihat seekor naga di langit selama kurang lebih 15 detik pada hari berawan pada tahun 1934. Naga itu berwarna abu-abu dan bergerak di langit seperti ular. Itu mirip dengan gambar naga yang sudah dikenal: dua tanduk lurus di kepalanya, janggut, dan mata melotot. Naga itu panjangnya lebih dari 10 meter (sekitar 11 yard) dengan sisik, empat cakar seperti buaya, dan ekor seperti ikan mas.

Cai, Huang, dan Zhang semuanya mengatakan bahwa CCTV yang mengklaim naga itu adalah ikan paus adalah salah. Cai menulis surat ke CCTV dan Kebun Binatang Beijing tetapi tidak pernah mendapat tanggapan.

CCTV membuat program tindak lanjut pada tahun 2005. Meskipun tidak secara spesifik mengakui keberadaan naga, namun tidak lagi menegaskan bahwa makhluk yang jatuh itu adalah seekor paus.

Budaya yang Hilang

Gambar naga juga muncul di peradaban lain. Di Kuil Kukulcan di situs arkeologi Chichén Itzá di Meksiko, terdapat dua patung Dewa Hujan Chaac di sudut utara piramida. Mereka terlihat sangat mirip dengan naga, hal ini sejalan dengan kepercayaan dalam budaya Tiongkok bahwa naga bertanggung jawab atas hujan.

Dewa Hujan Maya, Chaac.

Seperti halnya kebudayaan Tiongkok kuno, peradaban Maya juga sangat maju. Piramida Kukulcan tingginya sekitar 30 meter (sekitar 33 yard) dan memiliki 91 anak tangga di setiap sisinya. Jika dijumlahkan dengan anak tangga terakhir di atas, total ada 365 anak tangga yang mewakili jumlah hari dalam satu tahun.

Kesamaan antara dewa hujan Maya, Chaac, dan naga Tiongkok yang juga bertanggung jawab atas hujan adalah bukti adanya benang merah di berbagai budaya. Kepercayaan umum lainnya di berbagai peradaban adalah bahwa peradaban prasejarah pernah dihancurkan oleh banjir dan bahwa orang-orang dari peradaban tersebut sedang menunggu penyelamatan dari Sang Pencipta.

Beberapa ilmuwan besar telah menyadari pentingnya pikiran terbuka. Albert Einstein, misalnya, pernah menyatakan bahwa ilmu pengetahuan modern hanya dapat membuktikan keberadaan sesuatu dan tidak dapat menyangkal bahwa sesuatu itu tidak ada. “Kami melihat alam semesta diatur dengan luar biasa, mematuhi hukum-hukum tertentu, namun kami hanya memahami hukum itu secara samar-samar,” juga katanya.

Akankah umat manusia dapat melihat naga dan petunjuk dari dunia dewa lagi? Waktu akan berbicara.

(Tamat)