(Minghui.org) Pengadilan Kota Pengzhou di Provinsi Sichuan menghukum tiga warga pada tanggal 30 Oktober 2023 karena mempraktikkan keyakinan mereka, Falun Gong, sebuah latihan watak dan raga yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok sejak bulan Juli 1999.

Liu Jia (pria), penduduk Chengdu (ibu kota Provinsi Sichuan), Nie Zongguo (pria), penduduk Kota Pengzhou, dan Gong Yubin (wanita, tidak jelas apakah dia tinggal di Chengdu atau Pengzhou) masing-masing dijatuhi hukuman lima tahun.

Liu, berusia sekitar 54 tahun, ditangkap pada pagi hari tanggal 6 Januari 2022, saat berkendara ke Pengzhou (sekitar 20 mil dari Chengdu) untuk beberapa keperluan. Petugas yang menangkap dari Kantor Polisi Junyue di Pengzhou langsung menyita mobilnya dan menggerebek rumahnya di Chengdu sekitar jam 2 siang pada hari itu. Mereka menyita tujuh komputer, tiga ponsel, sebuah printer, satu server bluetooth, satu set buku-buku Falun Gong, dan uang senilai 2.000 yuan.

Petugas dari Kantor Polisi Junyue dan Kantor Keamanan Domestik Kota Chengdu juga menangkap Gong pada waktu yang hampir bersamaan. Tidak jelas lembaga polisi mana yang menangkap Nie dan pada hari apa, dan mengapa kasus ketiga praktisi tersebut kemudian digabung menjadi satu.

Saudara Perempuan Pingsan Saat Melihat Saudara Laki-lakinya Diseret

Liu, Nie, dan Gong semuanya dibelenggu dan diborgol, mereka masing-masing digiring oleh dua petugas pengadilan ke ruang sidang selama persidangan mereka di Pengadilan Kota Pengzhou pada tanggal 30 Oktober 2023.

Liu membela dirinya sendiri, sedangkan Nie dan Gong meminta pengacara mereka masing-masing untuk mengajukan pembelaan tidak bersalah bagi mereka. Hakim Ketua, Zhang Huawen, mengumumkan putusan bersalah terhadap ketiganya di akhir sidang.

Ketika Liu dibawa keluar dari ruang sidang, dia menoleh untuk melihat ibunya yang berusia 80 tahun dan adik perempuannya, yang ada di sana untuk menghadiri persidangannya. Petugas pengadilan mengatakan dia berjalan terlalu lambat dan menyeretnya keluar ruang sidang.

Saudara perempuan Liu mengkritik petugas pengadilan karena memperlakukan saudara laki-lakinya seperti itu, “Bagaimana anda bisa melakukan ini terhadap saudara laki-laki saya!” Setelah itu dia terjatuh ke tanah dan pingsan. Ibunya mulai menangis.

Pengadilan memanggil ambulans, dan petugas medis darurat menemukan bahwa tekanan darah saudara perempuan Liu sangat tinggi (dia tidak memiliki riwayat hipertensi). Setelah mendapat perawatan darurat selama tiga puluh menit, kondisinya stabil.

Penganiayaan terhadap Liu Sebelumnya

Ini bukan pertama kalinya Liu menjadi sasaran karena keyakinannya. Saat tinggal di Shanghai, dia dijatuhi hukuman dua tahun kerja paksa pada tahun 2001 karena pergi ke Beijing untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong. Dia kemudian pindah ke Kota Chengdu, Provinsi Sichuan dan bekerja sebagai manajer penjualan senior di Perusahaan Asuransi Ping An Tiongkok Cabang Asuransi Jiwa Chengdu. Dia ditangkap lagi pada tahun 2007 dan dijatuhi hukuman 5,5 tahun. Dia menderita penyiksaan brutal selama masa hukuman kamp kerja paksa dan hukuman penjara pertamanya.

Dua Tahun Kerja Paksa (1 Januari 2001 – 31 Desember 2002)

Saat bekerja di Shanghai, Liu pergi ke Beijing untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong pada tanggal 1 Januari 2001. Dia ditangkap dan diinterogasi dengan penyiksaan di Kantor Polisi Distrik Haidian di Beijing selama hampir satu jam. Polisi menyetrumnya dengan tongkat listrik dan menendang serta meninjunya.

Dia kemudian dijatuhi hukuman dua tahun kerja paksa dan dibawa ke Kamp Kerja Paksa Kota Shanghai (yang saat itu terletak di Distrik Dafeng, Kota Yancheng, Provinsi Jiangsu). Dari bulan Maret hingga Juli 2001, seorang kepala tim bermarga Hong menginstruksikan penjaga Xia untuk mengatur empat narapidana untuk mengawasi Liu sepanjang waktu. Para narapidana memberinya pelatihan militer selama lebih dari sepuluh jam sehari, termasuk lari jarak jauh, berdiri dalam postur militer, push-up, jongkok, lari dengan kaki terangkat, dan duduk di bangku rendah.

Para narapidana juga memasang sumbat termos di dinding dan menyuruh Ma berdiri menghadap dinding, sekitar 50 sentimeter dari dinding. Mereka kemudian memaksanya untuk membungkukkan tubuhnya sehingga kepalanya tepat berada di bawah sumbat termos. Dia harus berdiri berjam-jam dengan kepala menempel pada sumbat.

Penyiksaan lainnya adalah menggantungkan pispot di leher Liu setiap pagi, sambil memaksanya duduk di atas dua sumbat termos yang ditempatkan beberapa centimeter (cm) di bangku kecil. Untuk menambah penderitaannya, para narapidana juga menuangkan air ke dalam pispot hingga penuh.

Liu tetap teguh pada keyakinannya meskipun disiksa secara brutal. Penjaga Xia kemudian secara terpisah berbicara dengan empat narapidana yang mengawasinya, dan mengancam akan mencabut hak istimewa mereka untuk mendapatkan poin pengurangan masa hukuman jika mereka gagal membuat Liu melepaskan keyakinannya. Setelah itu, para narapidana meningkatkan penyiksaan.

Liu tetap teguh. Para penjaga kemudian memindahkannya ke tim lain pada tanggal 29 Oktober 2001 untuk menghentikannya mendorong praktisi Falun Gong lainnya agar tetap teguh pada keyakinan mereka.

Tim baru ini sebagian besar terdiri dari non-praktisi, Liu dipaksa melakukan kerja paksa tanpa bayaran tujuh hari seminggu, dari jam 7 pagi sampai sekitar jam 7 malam setiap hari. Mereka yang gagal menyelesaikan kuota pekerjaan sehari-harinya akan dipukul pada malam hari setelah mereka kembali ke selnya.

Para penjaga mengeluarkan narapidana yang “berkinerja rendah” dari sel mereka, memerintahkan mereka melepas celana mereka dan menggunakan tongkat kayu selebar satu inci dan tebal setengah inci untuk memukul pantat mereka yang telanjang. Berapa kali mereka dipukul tergantung pada jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Kurangnya satu bola yang dimasukkan ke dalam keranjang pada siang hari berarti lima cambuk dengan tongkat kayu. Suara pukulan dan rintihan yang menyakitkan membuat takut mereka yang telah menyelesaikan kuotanya namun khawatir akan menjadi korban berikutnya jika gagal menyelesaikan kuota pada hari berikutnya.

Bukan hal yang aneh jika terdengar kabar bahwa beberapa narapidana melakukan bunuh diri atau melukai diri sendiri dalam upaya menghindari kerja paksa dan hukuman.

Sekitar bulan Juni 2002, kamp kerja paksa dipindahkan ke daerah pinggiran kota di Shanghai. Liu diberi tugas baru yakni mencuci lampu hemat energi.

Setelah Liu dibebaskan pada tanggal 31 Desember 2002, dia pergi ke Kantor Polisi Gaoqiao di Distrik Pudongxin, Shanghai, yang bertanggung jawab atas lingkungannya, untuk memperbarui kartu identitasnya. Polisi menolak memproses permintaannya dengan alasan dia meninggalkan Shanghai selama dua tahun terakhir. Dia berjuang untuk menjalani kehidupan normal tanpa kartu identitas baru.

Dilarang Tidur Selama 15 Hari Berturut-turut Setelah Ditangkap pada Bulan Agustus 2007

Liu kemudian pindah dari Shanghai ke Kota Chengdu, Provinsi Sichuan. Dia ditangkap di rumahnya pada tanggal 1 Agustus 2007, oleh agen dari Kantor Keamanan Domestik Kota Chengdu dan Kantor Keamanan Domestik Distrik Wuhou. Mereka membawanya ke Pusat Pendidikan Hukum Distrik Wuhou yang berlokasi di Kotapraja Jinhua, Kota Chengdu. Fasilitas tersebut tampak seperti resor dari luar padahal sebenarnya adalah pusat pencucian otak.

Pusat tersebut memiliki sekitar 25 petugas polisi dan penjaga keamanan. Ada juga dua anjing serigala besar. Liu Xiaokang, mantan direktur Kantor Jalan Jiangxi di Biro Kehakiman Distrik Wuhou, mengepalai pusat pencucian otak.

Pada tanggal 3 Agustus 2007, polisi memindahkan Liu ke Hotel Yuanyuan, di mana dia dilarang tidur selama 15 hari berturut-turut.

Selama 15 hari itu, tangan Liu juga diborgol di depan atau di belakang punggung pada kursi kayu. Enam orang bergiliran mengawasinya agar dia tidak tertidur. Dua lampu meja besar berkekuatan 100 watt ditempatkan sekitar 20 sentimeter darinya, menyinari langsung ke matanya siang dan malam. Monitor juga terus berbicara dan memutar TV dengan keras. Setiap kali mereka menyadari bahwa Liu akan tertidur, mereka mengguncangnya untuk membangunkannya dan mengolesi minyak dan mustard di sekitar matanya, di pelipisnya, dan di sekitar lubang hidungnya. Mereka juga memasukkan mustard ke dalam mulutnya, menuangkan air dingin ke kepalanya, dan meninjunya.

Selama disiksa setiap hari, ia hanya diberi beberapa teguk air dan 2-3 mangkok mie.

Pada hari ke 10, yakni tanggal 13 Agustus 2007, seorang petugas berpakaian preman berotot bermarga Zhang datang untuk menyiksa Liu. Dia meninju, menendang dan mencubit paha bagian dalam kiri dan kanan Liu selama lebih dari setengah jam.

Liu dua kali pingsan karena kesakitan selama sesi penyiksaan. Paha kanannya hilang rasa dan menjadi bengkak dan hitam. Dia memerlukan bantuan dua petugas keamanan untuk bisa bergerak. Dia pingsan saat mencoba menggunakan kamar kecil.

Polisi menginterogasi Liu selama dua kesempatan ketika dia kehilangan kesadaran karena penyiksaan Zhang. Mereka mendorong kepalanya ke atas dan ke bawah untuk “mengangguk” ya atas pertanyaan mereka dan menempelkan sidik jarinya pada catatan interogasi.

Surat perintah penangkapan resmi milik Liu dikeluarkan pada tanggal 13 November 2007 dan kemudian dipindahkan ke Pusat Penahanan Kota Chengdu. Dia tidak pernah diperlihatkan atau diberikan salinan dokumen terkait, seperti surat perintah penangkapan dan pemberitahuan penahanan.

Dihukum selama 5,5 Tahun pada Bulan Oktober 2008 dan Dipindahkan ke Penjara pada Bulan Maret 2009

Pengadilan Distrik Wuhou menjatuhkan hukuman lima setengah tahun penjara kepada Liu pada tanggal 10 Oktober 2008. Rincian dakwaan, persidangan, dan hukumannya masih belum diketahui.

Liu dimasukkan ke Penjara Kota Deyang di Provinsi Sichuan pada tanggal 3 Maret 2009. Dia ditugaskan ke Divisi Empat dua minggu kemudian dan ditahan di sana hingga bulan Mei 2011 ketika dia dipindahkan ke Divisi Satu. Dia kemudian dipindahkan ke divisi lain pada tanggal 1 September 2011. Di mana pun dia ditahan, dia disiksa secara brutal.

Sehari setelah dia dimasukkan ke penjara, Liu dianiaya ketika dia menolak melafalkan peraturan penjara seperti yang diperintahkan. Para penjaga menghasut narapidana untuk menampar wajahnya dan memukulinya. Salah satu narapidana menendang dadanya dengan keras hingga ia langsung muntah darah.

Dahak Liu masih mengandung darah dua minggu kemudian. Dia meminta kertas dan pena untuk menulis pengaduan terhadap narapidana yang menendangnya, namun dia malah dipindahkan ke Divisi Empat untuk melakukan kerja paksa tanpa bayaran dan terus disiksa.

Penganiayaan yang Diderita di Divisi Empat (Maret 2009 – Mei 2011)

Liu menjadi sasaran pelecehan berikut di Divisi Empat:

- "Latihan militer"

Liu dan praktisi Falun Gong lainnya yang dipenjara dipaksa menjalani “pelatihan militer” intensif untuk jangka waktu yang lama. Penyimpangan sekecil apa pun dari postur standar atau ketidakpuasan terhadap penjaga akan mengundang hukuman. Saat memerintahkan praktisi untuk melakukan gerakan barisan militer, pelatih dengan sengaja memperpanjang dan memperlambat pengucapan setiap kata ketika meneriakkan perintahnya. Misalnya, bukannya mengatakan “berdiri dengan satu kaki” dengan cepat, pelatih malah mengatakan “beeeeeerdiiiiiiriiiiiii deeeeeengaaaaan saaaaatuuuuu kaaaaakiiiiiiiii.” Para praktisi berjuang untuk menjaga keseimbangan sambil berdiri dengan satu kaki, namun segera setelah mereka meletakkan kakinya, pelatih meninju dan menendang mereka karena tidak mengikuti perintahnya.

- Berdiri berjam-jam

Para penjaga sering memaksa Liu untuk berdiri tak bergerak selama berjam-jam, kadang-kadang bahkan selama beberapa hari berturut-turut, sampai kakinya menjadi sangat bengkak dan dia tidak dapat berdiri lagi. Kadang-kadang mereka menyuruhnya berdiri sepanjang malam namun tetap memerintahkan dia melakukan kerja paksa keesokan harinya, sebelum memaksanya berdiri lagi setelah dia kembali ke selnya pada malam hari.

Selama penyiksaan berdiri, Liu diawasi oleh beberapa narapidana, yang tugasnya memastikan dia tidak bersandar pada apa pun atau menutup matanya. Mereka juga tidak mengizinkannya minum, makan, menyikat gigi, mandi, atau menggunakan kamar kecil.

Untuk memperparah penderitaannya, para penjaga kadang-kadang meletakkan sebuah benda di atas kepalanya atau menempelkan kepalanya ke dinding atau sudut yang tajam. Di lain waktu, mereka memaksanya berdiri di luar, baik di bawah terik matahari atau di udara dingin yang membekukan. Ketidaktaatan sekecil apa pun akan mengundang pemukulan.

- Kerja Paksa dan Cuci Otak

Pada awal bulan Februari 2011, sipir penjara Liu Yuanhang memerintahkan semua divisi menandatangani perjanjian untuk membuat rencana bagaimana mengubah praktisi Falun Gong yang dipenjara. Setiap divisi diminta untuk mendirikan “kelas belajar” (penjara hitam di dalam penjara) dan menahan praktisi Falun Gong di sana.

Wu Yueshan, kepala departemen pendidikan di penjara, pernah mengatakan kepada praktisi yang dipenjara, “selama kami tidak menyiksa anda sampai mati, apa pun yang kami lakukan terhadap anda dianggap 'membantu anda mempelajari [materi anti-Falun Gong dan menjadi lebih baik] selaras dengan rezim komunis secara ideologis].'” Dia menghasut para penjaga dan narapidana untuk menggunakan apa pun untuk membuat praktisi melepaskan keyakinan mereka.

Para penjaga biasanya tidak memukuli praktisi secara langsung. Sebaliknya, mereka menghasut para narapidana untuk menyiksa praktisi. Dari bulan Februari hingga Mei 2011, Liu dipaksa melakukan kerja paksa di siang hari dan dibawa ke sudut lapangan terbuka setelah acara berita malam. Dia diperintahkan duduk di bangku di sana untuk mempelajari materi anti-Falun Gong sampai jam 10 atau 11 malam.

Penganiayaan yang Diderita di Divisi Satu (Mei 2011 – 31 Agustus 2011)

Pada bulan Mei 2011, Liu dipindahkan ke Divisi Satu, di mana kepala divisi Luo Guanglun menahannya di sel isolasi dan mengawasinya sepanjang waktu.

Sel isolasi itu berukuran sekitar 12 m², dan semua jendela ditutupi kertas tebal. Dua narapidana mengawasi Liu dari jam 7 pagi sampai jam 10 malam, dan dia diawasi oleh delapan narapidana dari jam 10 malam sampai jam 7 pagi keesokan harinya. Liu tidak diperbolehkan berbicara dengan siapa pun. Bahkan narapidana yang mengawasinya hanya bisa bertukar kata dengannya. Luo memerintahkan narapidana untuk mencatat perilaku, ekspresi wajah dan kata-kata Liu setiap satu jam sekali.

Liu hanya diberi sedikit makanan untuk dimakan. Luo juga memerintahkan para narapidana untuk membilas bumbu atau minyak apa pun dari sayuran yang sudah dimasak agar makanannya sehambar mungkin. Ketika makanan itu mengandung daging, Luo menyuruh para narapidana mengeluarkannya.

Liu diperintahkan untuk menggunakan pispot ketika dia harus buang air kecil. Satu-satunya saat dia diperbolehkan keluar ruangan adalah ketika dia harus buang air besar atau ketika dia dibawa ke tempat lain untuk disiksa.

Selama tiga bulan berada di Divisi Satu, Liu hanya diperbolehkan mandi tiga kali. Yang pertama adalah ketika petinggi akan memeriksa penjara, yang kedua adalah ketika Liu jatuh sakit karena penganiayaan dan harus dikirim ke rumah sakit, dan yang terakhir adalah ketika wakil kepala divisi tidak tahan lagi melihatnya menderita. Luo kemudian menegur wakil kepala karena merusak rencananya untuk membuat Liu menderita sebanyak mungkin.

Karena dia tidak bisa mandi di musim panas, Liu berbau busuk dan berkutu. Bahkan narapidana yang mengawasinya pun harus menutup hidungnya saat berada di dekatnya.

Selain penganiayaan di atas, Liu juga menjadi sasaran metode penyiksaan berikut:

- Penyiksaan “Jaket Pengekang” (Juli-Agustus 2011)

Suatu hari di awal bulan Juli 2011, Luo memanggil Liu ke kantor untuk “berbicara.” Tujuannya adalah memaksa dia menulis pernyataan untuk melepaskan dan mencela Falun Gong. Liu menolak untuk mematuhinya dan Luo bertanya apakah dia masih berlatih Falun Gong. Dia menjawab ya. Luo memintanya menghadap kamera pengintai dan mengulangi kata-katanya. Dia mengiyakan lagi, dan Luo segera mengeluarkan jaket pengekang dan memerintahkan beberapa narapidana untuk memakaikannya.

Jaket pengekang tersebut dibuat dari linen oleh narapidana di Divisi Empat dan menyerupai pakaian luar angkasa. Namun, jaket pengekang itu memiliki tali yang dipasang di manset masing-masing lengan. Setelah memaksa Liu memakainya, narapidana menarik tangannya ke belakang punggung dan mengikat kedua tali itu menjadi satu. Dengan menyesuaikan kekencangan tali pengikatnya, para narapidana dapat mengontrol jangkauan gerakan lengan Liu, sehingga menyebabkan tingkat rasa sakit yang berbeda-beda sesuai keinginan mereka.

Penutup lutut dari pakaian ketat itu dihubungkan dengan tali sepanjang 13 cm, yang menyebabkan Liu terhuyung-huyung seperti penguin ketika dia berjalan dan dia terjatuh setiap kali diperintahkan untuk jongkok.

Liu disuruh mengenakan pakaian ketat setiap hari dan sepanjang hari, hingga tanggal 31 Agustus 2011. (Pada saat itulah dia hanya diperbolehkan mandi tiga kali.) Untuk menambah penderitaannya, penjaga memasukkan bantal di antara keduanya tangannya dan pakaian ketat itu sehingga pakaian itu menempel erat di tubuhnya. Pakaian itu segera basah oleh keringat dan membutuhkan waktu berjam-jam untuk dikeringkan di malam hari ketika dia akhirnya diizinkan melepasnya. Dia diberi setengah baskom air untuk membersihkan dirinya setiap hari dan dia hanya punya waktu beberapa menit untuk mencuci dirinya.

Saat mengenakan pakaian ketat, Liu hanya diperbolehkan tidur dua jam setiap malam (02.00 - 04.00). Sisa hari itu dia terpaksa berdiri menghadap tembok atau jongkok. Dia hanya bisa duduk di bangku plastik kecil selama sepuluh menit saat waktu makan.

Hanya dalam beberapa hari setelah mengenakan jaket pengekang tersebut, Liu menjadi tampak lebih kurus dan matanya menjadi merah. Kakinya juga menjadi bengkak.

- Topi Katun Luar Angkasa Tebal

Para penjaga kemudian memaksa Liu untuk mengenakan topi katun tebal dengan penutup telinga untuk menutupi wajahnya saat dia mengalami penyiksaan dengan pakaian ketat. Topi itu terbuat dari kapas luar angkasa dan sangat berat. Setelah memakainya dalam waktu lama, Liu menjadi pusing.

Ketika penyiksaan dengan pakaian ketat dan topi tebal akhirnya dihentikan pada tanggal 31 Agustus 2011, tangan dan bahu Liu terluka parah. Dia menderita sakit kronis sejak itu. Meski topinya sudah dilepas, kepalanya masih terasa berat dan dia linglung seolah masih memakai topi yang tidak terlihat.

- Dicekoki Lewat Hidung

Selama Liu tinggal di Divisi Satu, kepala Luo terkadang membawanya ke ruang baca (juga dikenal sebagai ruang perpustakaan karena di dalamnya terdapat buku) untuk menyiksanya, di saat para narapidana pergi bekerja atau tidur.

Liu disiksa dengan cara dicekok melalui hiduang sebanyak tiga kali. Luo dan beberapa narapidana menjajarkan dua meja di ruang baca bersebelahan dan menahan Liu di atasnya.

Mereka menutup mulutnya dengan lakban dan memasukkan selang lunak ke salah satu lubang hidungnya hingga ke tenggorokannya. Tabung itu dihubungkan ke peralatan infus. Dia hanya bisa bernapas melalui lubang hidung lainnya.

Ketika air garam dimasukkan ke dalam dirinya, Liu hanya bisa menelan satu atau dua suap. Namun seringkali dia tidak cukup cepat untuk menelan cairan apa pun (karena narapidana dapat mempercepat aliran air garam dengan menyesuaikan pengaturan peralatan infus). Dia segera kesulitan bernapas dan wajahnya memerah. Otaknya menjadi tumpul karena kekurangan oksigen secara bertahap, dan ia menjadi linglung.

Luo memperhatikan bahwa Liu dalam bahaya dan memerintahkan narapidana untuk menghentikan pemberian makanan melalui hidung dan melepaskan selotip yang menutupi mulutnya.

Liu secara naluriah terengah-engah dan mengeluarkan air dari paru-parunya. Luo bertanya kepadanya apakah dia masih akan berlatih Falun Gong dan dia menjawab ya. Mulut Luo ditutup lakban lagi dan penyiksaan pemberian makanan melalui hidung dilanjutkan.

Liu kesulitan bernapas lagi dan para narapidana mulai melakukan kompresi dada. Dia merasa seperti sedang mabuk. Untuk beberapa saat, dia kehilangan kesadaran akan sekelilingnya dan tidak bisa mengenali Luo atau para narapidana.

Luo menghentikan pemberian makan setelah melihat Liu benar-benar kehilangan kesadaran. Mereka memindahkannya ke ruangan lain dan membiarkannya tidur.

Setelah satu atau dua minggu, Luo kembali menyiksa Liu. Dia dicekok melalui hidung sebanyak tiga kali, namun dia tetap teguh pada keyakinannya.

Luo menjadi sangat frustrasi sehingga dia secara pribadi memukuli Liu dengan kejam. Para narapidana juga memukulinya dan terkadang menyentil bola matanya dengan jari.

Penganiayaan yang Diderita di Divisi Lain (September 2011 – Mei 2013)

Liu dipindahkan ke divisi lain pada tanggal 1 September 2011 untuk menjalani sisa masa hukumannya. Ia kembali menjadi sasaran berbagai macam pelecehan dan dirampas hak asasinya.

Liu tidak pernah diizinkan makan bersama narapidana lain, bahkan selama liburan Tahun Baru Imlek. Dia hanya bisa makan bersama narapidana yang ditugaskan untuk mengawasinya.

Ketika Liu tidak berada di sel isolasi, dia disuruh tidur di ranjang paling bawah, bukan di ranjang paling atas. Para penjaga melakukan ini agar lebih mudah mengawasinya dan dia tidak bisa menyembunyikan materi Falun Gong di tempat tidurnya.

Liu tidak diperbolehkan menyimpan buku, pena, buku catatan, kertas, surat dari keluarga dan teman, atau foto orang yang dicintainya.

Liu tidak diperbolehkan meminjam buku dari ruang baca atau bertukar buku dengan narapidana lain.

Liu tidak diperbolehkan bergerak sendirian. Dia selalu diikuti oleh setidaknya dua narapidana. Dia tidak dapat berbicara dengan praktisi lain, bahkan tidak dapat bertukar senyuman. Mereka yang bersimpati padanya dianggap berisiko dan dikenakan hukuman.

Liu diperintahkan untuk menulis laporan pemikiran sekali setiap minggu. Pengawasnya harus membuat laporan mingguan tentang aktivitas hariannya.

Kunjungan keluarga Liu sering kali ditolak sedangkan para narapidana diperbolehkan mengunjungi keluarga dua kali setiap bulannya. Istrinya datang ke penjara, namun ditolak. Seorang penjaga menyatakan bahwa dia harus menunjukkan bukti dari majikannya dan komite jalan setempat bahwa dia tidak berlatih Falun Gong. Ketika dia akhirnya diizinkan menemuinya, kunjungan itu diawasi secara ketat oleh para penjaga.

Setiap kali Liu ditempatkan di bawah pengawasan ketat yang bertujuan untuk menyiksanya dan memaksanya melepaskan Falun Gong, asupan air, waktu istirahat, jumlah uang yang boleh ia keluarkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, dan penggunaan toilet, dibatasi. Dia tidak diperbolehkan melakukan panggilan telepon dengan istrinya. Para penjaga juga menahan semua surat yang ditujukan kepadanya.

Laporan terkait:

Pria Chengdu Dipukuli di Tempat Penahanan yang Diubah Menjadi Hotel, Mengalami Cedera di Kaki dan Kandung Empedunya