(Minghui.org) Sebanyak 1.040 insiden penangkapan atau gangguan praktisi Falun Gong karena keyakinan mereka dilaporkan pada bulan September dan Oktober 2023. Falun Gong adalah latihan kultivasi jiwa dan raga yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sejak tahun 1999.
Di antara 614 kasus penangkapan tersebut, satu kasus terjadi pada tahun 2021, 69 kasus pada semester pertama tahun 2023, 50 kasus pada bulan Juli 2023, 94 kasus pada bulan Agustus 2023, 280 kasus pada bulan September 2023, dan 121 kasus pada bulan Oktober 2023. Dari 426 kasus gangguan tersebut, 54 kasus terjadi di semester pertama tahun 2023, 33 kasus pada bulan Juli 2023, 56 kasus pada bulan Agustus 2023, 189 kasus pada bulan September 2023, dan 94 kasus pada bulan Oktober 2023. Karena sensor informasi yang ketat di Tiongkok, kasus penganiayaan tidak selalu dapat dilaporkan tepat waktu dan juga tidak semuanya informasinya sudah tersedia.
Kasus-kasus baru yang dilaporkan terjadi di 25 provinsi dan 4 kota dikontrol oleh pusat (Beijing, Chongqing, Shanghai, dan Tianjin). Shandong melaporkan kasus gabungan terbanyak (164 kasus) penangkapan dan gangguan, diikuti oleh 138 kasus di Heilongjiang, 137 kasus di Hebei, dan 104 kasus di Jilin. Empat belas wilayah mempunyai kasus dua digit antara 11 dan 91. Sebelas wilayah lainnya memiliki kasus satu digit antara 1 dan 9.
Sebanyak 176 praktisi yang menjadi sasaran, termasuk 109 orang yang ditangkap dan 67 orang yang dilecehkan, berusia 60 tahun atau lebih pada saat penangkapan atau pelecehan mereka, dengan 63 orang berusia 60-an, 70 orang berusia 70-an, 40 orang berusia 80-an dan 3 orang di usia 90-an.
Praktisinya berasal dari berbagai kalangan, termasuk jurnalis, guru, dokter, seniman, dan insinyur.
Tren Utama
- Beberapa episode pelecehan terjadi di sekitar “tanggal sensitif”, termasuk Festival Pertengahan Musim Gugur (29 September), Asian Games ke-19 (23 September – 8 Oktober 2023), hari libur nasional 1 Oktober, dan “One Belt One Road” forum yang diadakan di Beijing pada pertengahan Oktober.
- Pihak berwenang di seluruh negeri mengorganisir pengumpulan tanda tangan untuk memfitnah Falun Gong, dengan puluhan juta penduduk di berbagai provinsi menandatangani nama mereka pada materi propaganda anti-Falun Gong.
- Praktisi di setidaknya tujuh provinsi ditangkap atau dilecehkan karena memposting informasi tentang Falun Gong di berbagai platform media sosial.
Kasus Pilihan
- Dua wanita berusia 80-an ditangkap karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Suami seorang praktisi, yang buta dan bergantung padanya dalam perawatan, kini berada dalam situasi yang mengerikan karena istrinya berada di tahanan.
- Seorang warga Hubei melakukan mogok makan sejak ditangkap pada 24 Oktober 2023 dan nyawanya dalam bahaya.
- Seorang warga Hubei lainnya ditangkap lagi setelah menghabiskan 7 tahun penjara, meninggalkan ibunya yang berusia 80-an tahun untuk mengurus dirinya sendiri. Ayah lansia seorang warga Beijing menghadapi situasi serupa setelah putrinya ditangkap saat mengunjunginya.
- Seorang ibu berusia 51 tahun dilarang bepergian ke luar negeri untuk mencari perawatan medis bagi putranya yang lumpuh.
- Setelah dipenjara selama hampir 13 tahun, seorang artis di Beijing berulang kali dilecehkan pada paruh pertama tahun 2023 sebelum ditangkap lagi pada bulan September 2023.
Pelecehan Seputar Tanggal Sensitif
Antara bulan September dan Oktober 2023, beberapa hari libur dan acara besar berlangsung, termasuk Festival Pertengahan Musim Gugur (waktu tradisional berkumpulnya keluarga) pada tanggal 29 September, Asian Games ke-19 antara tanggal 23 September dan 8 Oktober di Kota Hangzhou, provinsi Zhejiang, dan Tanggal 1 Oktober adalah hari libur nasional, dan forum “One Belt One Road” di Beijing pada tanggal 17 dan 18 Oktober. Selama apa yang disebut “tanggal sensitif,” pihak berwenang sering memperketat pengawasan dan pelecehan terhadap praktisi Falun Gong, untuk mencegah mengungkap penganiayaan kepada publik selama masa-masa ini.
Ketika putra dari Zhao Ya membelikannya tiket untuk menonton pertandingan bola basket di Asian Games ke-19 pada akhir September 2023, polisi dari kampung halamannya di Kabupaten Liquan, Provinsi Shaanxi melakukan perjalanan lebih dari 700 mil ke rumah putranya dan menangkapnya. Sejak putranya pergi ke Kota Hangzhou untuk kuliah pada tahun 2001 dan kemudian mendapatkan pekerjaan di sana setelah lulus, dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengunjunginya selama liburan karena penganiayaan. Dia dan suaminya berharap untuk menghabiskan Festival Pertengahan Musim Gugur bersama keluarga putranya – namun impian mereka pupus.
Di Beijing, Liu Xingdu diganggu oleh petugas Wu Wensheng dari Kantor Polisi Wulituo pada tanggal 13 Oktober. Wu mengancamnya, menyuruhnya untuk tidak keluar dan berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Seorang staf dari komite perumahan menemani Wu dan mengambil foto Liu tanpa persetujuannya.
Beberapa praktisi di Distrik Daxing, Beijing, yang juga diganggu melaporkan bahwa polisi memerintahkan mereka untuk tidak pergi ke Lapangan Tiananmen atau mendekati tempat diadakannya forum “One Belt One Road”. Beberapa staf komite perumahan membawakan beras, mie, dan minyak goreng kepada praktisi dan mencoba memotret mereka dengan barang-barang tersebut. Mereka bermaksud menggunakan gambar-gambar tersebut untuk menunjukkan betapa pihak berwenang peduli terhadap praktisi dengan menghadiahkan mereka barang-barang tersebut. Semua praktisi menolak untuk mematuhi aksi propaganda ini.
Mulai bulan September 2023, Kantor 610 di beberapa provinsi memobilisasi guru di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan komite jalan setempat untuk mengirim pesan ke kelompok orang lansia, pensiunan, atau lingkungan sekitar melalui WeChat (aplikasi media sosial yang dominan di Tiongkok) untuk menandatangani petisi di “Jaringan Anti-Aliran Sesat Tiongkok,” yang memuat banyak konten yang memfitnah Falun Gong. Banyak orang lansia yang terpaksa menandatangani namanya agar tidak menimbulkan masalah dengan guru dari anak-anaknya.
Menurut seorang praktisi Falun Gong di Provinsi Hebei, pada tanggal 31 Oktober 2023, 14,54 juta orang di Provinsi Henan telah menandatangani petisi, diikuti oleh 13,62 juta di Hebei, dan 4,21 juta di Shandong. Penganiayaan terhadap Falun Gong sangat parah di ketiga provinsi ini dibandingkan dengan wilayah lain di negara ini.
Juga di Provinsi Shandong, Kantor 610 Kabupaten Mengyin mengadakan sesi pencucian otak baru pada bulan Oktober 2023 dan memobilisasi polisi setempat dan pejabat desa untuk membawa praktisi ke sana untuk “pendidikan lebih lanjut.” Sheng Defu sedang bekerja di ladang pertaniannya pada tanggal 24 Oktober ketika lima petugas tiba-tiba menangkapnya. Dia ditahan di pusat pencucian otak yang dijuluki “Pusat Perawatan” selama tujuh hari.
Ditargetkan karena Berbicara
Saat melakukan kampanye propaganda tanpa henti untuk memfitnah Falun Gong dan membenarkan penganiayaan, rezim komunis Tiongkok juga menargetkan praktisi yang berani berbicara, baik itu berbicara langsung kepada orang-orang, menyebarkan materi informasi, berbagi informasi di Internet, atau bahkan mencetak informasi pada mata uang kertas. Tindakan praktisi sering kali mendapat balasan dari pihak berwenang yang mengakibatkan penangkapan dan hukuman penjara.
Antara bulan Juli dan Agustus 2023 saja, tujuh praktisi di tujuh provinsi berbeda ditangkap karena memposting informasi tentang Falun Gong di media sosial.
Cheng Qianyue, seorang petani di Kabupaten Cao, Provinsi Shandong, ditangkap pada tanggal 3 Juli 2023 setelah polisi mengetahui bahwa dia telah memposting pesan bertuliskan “Falun Dafa baik dan Sejati-Baik-Sabar baik” di Kwai (sejenis TikTok, platform media sosial untuk video pendek dan tren).
Selain Cheng, Xue Shunrong dari Kabupaten Huzhu, Provinsi Qinghai, Zhang Jinglong dari Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, dan Qiu Guaixia dari Kota Yinchuan, Daerah Otonomi Ningxia Hui, juga ditangkap masing-masing pada tanggal 6, 7, dan 11 Juli, karena memposting informasi di Kwai. Zhang dan Qiu ditahan masing-masing selama 15 dan 7 hari. Xue masih ditahan pada saat penulisan artikel ini dan menghadapi tuntutan.
Yao Xianmin, berusia 53 tahun, penduduk asli Kota Siping, Provinsi Jilin, telah melakukan pekerjaan serabutan di Changchun (ibu kota provinsi) dalam beberapa tahun terakhir. Dia memiliki akun di TikTok, di mana dia menggunakan nama samaran untuk memposting informasi Falun Gong dalam berbagai bentuk (video, puisi, dll.) dari sudut pandang praktisi non-Falun Gong. Dikatakan bahwa dia memiliki sekitar 30.000 pengikut. Polisi Internet menemukan identitas aslinya dan menangkapnya sekitar tanggal 10 Juli 2023. Saat ini, dia ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Zhenlai di Provinsi Jilin. Kunjungan keluarga dan pengacaranya ditolak.
Tang Zhifei, berusia 41 tahun, adalah seorang insinyur perangkat lunak di Kota Hefei, Provinsi Anhui. Beberapa agen polisi masuk ke rumahnya pada tanggal 3 Agustus 2023 dan menangkapnya. Putranya yang masih kecil, saat itu hanya mengenakan pakaian dalam, tidak diperbolehkan mengenakan pakaian apa pun. Kemudian, seorang polisi wanita mengajak anak laki-laki tersebut ke rumah kakek dan nenek dari pihak ayah, yang terletak di dekatnya.
Istri Tang sedang berada di luar kota pada saat itu. Dia bergegas kembali ke Hefei setelah mengetahui berita tersebut. Saat dia menjemput putranya dari rumah mertuanya, putranya itu mengenakan pakaian kakeknya.
Polisi menggerebek rumah Tang dan menyita komputer, ponsel, akta rumah, dan izin usahanya (dia memiliki bisnis bersama dengan rekannya). Sebelum berangkat, polisi juga mengganti kunci pintunya. Istrinya tidak punya pilihan selain membawa putra mereka ke kampung halamannya di Kota Fuyang, Provinsi Anhui. Dia mengundang mertuanya, keduanya pensiunan dokter, untuk pergi bersamanya agar mereka terhindar dari gangguan polisi, namun mereka menolak karena kesehatan mereka tidak memungkinkan untuk bepergian.
Saat ini, Tang ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Changfeng. Polisi mengatakan bahwa mereka menargetkannya setelah mengetahui bahwa dia telah mengunggah video informasi Falun Gong di platform media sosial luar negeri dengan lebih dari 6.000 penayangan. Mereka mengancam akan menjatuhkan hukuman minimal tiga tahun kepadanya.
Mo Shanyi, penduduk asli Kabupaten Pengxi, Provinsi Sichuan, sedang bekerja di Kota Wenzhou, Provinsi Zhejiang, ketika polisi setempat mendekatinya pada tanggal 20 Juli 2023. Mereka memerintahkan dia untuk menyerahkan ponselnya dan kemudian mengembalikannya setelah pemeriksaan singkat. Polisi menangkap Mo pada tanggal 7 Agustus dan mengklaim bahwa akun WeChat miliknya berisi informasi tentang Falun Gong. Dia juga dituduh mengunggah informasi tentang Falun Gong di TikTok. Mo dipindahkan kembali ke Pengxi dan ditahan di Pusat Penahanan Kabupaten Pengxi. Dia dibebaskan pada tanggal 14 September.
Di bawah ini adalah kasus tambahan yang dipilih.
Penganiayaan terhadap Praktisi Lanjut Usia
Wanita Berusia 80 Tahun Ditahan, Suami yang Buta Tidak Terawat
Xing Yuqing, seorang warga Beijing berusia 80 tahun, telah ditahan sejak penangkapannya pada tanggal 1 Oktober 2023, setelah polisi melihatnya berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Suaminya, yang buta dan bergantung padanya dalam perawatan, kini berada dalam situasi yang memprihatinkan karena istrinya berada dalam tahanan.
Sebelum cobaan terakhirnya, Xing, seorang pensiunan pekerja, telah menjadi sasaran berkali-kali karena keyakinannya selama bertahun-tahun. Penangkapan lainnya baru-baru ini terjadi pada pertengahan Desember 2021, setelah dia dilaporkan oleh seorang siswa karena berbicara dengannya tentang Falun Gong. Rumahnya digeledah dan dia dibebaskan pada hari yang sama.
Wanita Berusia 81 Tahun Dibawa ke Pusat Pencucian Otak
Xu Lai, berusia 81 tahun, dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, ditangkap di rumahnya pada tanggal 7 September 2023 dan dibawa ke Pusat Pencucian Otak Etouwan. Ini adalah kedua kalinya dia dibawa ke pusat pencucian otak yang sama tahun ini karena berlatih Falun Gong.
Sebelumnya, Xu ditangkap pada tanggal 2 Maret 2023, setelah dilaporkan oleh seseorang ketika dia berbicara dengannya tentang Falun Gong di pasar petani. Polisi menggerebek rumahnya dan menyita sebuah laptop, beberapa buku Falun Gong, dan foto pencipta Falun Gong. Dia ditahan di Pusat Pencucian Otak Etouwan untuk jangka waktu yang tidak diketahui.
Sebelumnya, Xu ditangkap tiga kali pada tahun 2000, 2001, 2005, dan ditahan di dua pusat pencucian otak. Selama penahanannya, dia ditahan di ruang isolasi dan diawasi oleh dua orang sepanjang waktu. Seorang agen Kantor 610, Hu Shaobin, sering mengintimidasinya. Dia juga dipaksa bekerja tanpa bayaran.
Miao Shuqing, warga Kota Fushun, Provinsi Liaoning, berusia 74 tahun, ditangkap oleh enam petugas pada tanggal 11 Agustus 2023, saat kembali dari perjalanan luar kota. Keluarganya berusaha mencegahnya diturunkan dari bus jarak jauh yang mereka tumpangi, namun tidak berhasil. Polisi membawanya ke Pusat Penahanan Kota Fushun. Mereka menelepon putrinya keesokan harinya dan memerintahkan putrinya untuk menandatangani surat penahanan sementara untuk Miao dalam persiapan untuk menyerahkan kasusnya ke kejaksaan.
Ini bukan pertama kalinya Miao menjadi sasaran karena keyakinannya. Sebelumnya, dia dipenjara dua kali dan menjalani hukuman dengan total delapan tahun. Selama dua masa hukuman penjara, dia disiksa secara brutal. Dia sering disetrum dengan tongkat listrik selama berjam-jam, dan mengakibatkan inkontinensia dan luka parah di tubuhnya. Bahkan saat ini, Miao menjadi mengompol jika dia berada di bawah tekanan. Dia mengalami kebutaan pada mata kirinya dan mata kanannya memiliki penglihatan yang sangat terbatas. Pensiunnya ditangguhkan pada bulan Juni 2016, satu bulan setelah dia menyelesaikan masa hukuman keduanya.
Penangkapan terakhir Miao terjadi tidak lama setelah dia kembali ke rumah setelah terpaksa tinggal jauh dari rumah pada bulan Agustus 2022 untuk menghindari penganiayaan.
Kesejahteraan Fisik dalam Bahaya
Kong Jiuhong telah melakukan mogok makan sejak dia ditangkap pada tanggal 24 Oktober 2023. Karena suami dan anak Kong tinggal di kota yang berbeda, mereka tidak mengetahui penangkapannya sampai beberapa hari kemudian ketika suaminya kembali ke rumah mereka di Kota Anlu, Provinsi Hubei. Pintu depan mereka telah dibuka paksa, garasi digeledah, dan Komputer, printer, dan buku-buku Falun Gong milik Kong disita. Suaminya mencarinya kemana-mana dan akhirnya menemukannya di pusat pencucian otak.
Suami Kong membenarkan bahwa dia memulai mogok makan pada hari penangkapannya untuk memprotes penganiayaan. Dia menuntut pembebasannya segera, namun ditolak oleh Departemen Kepolisian Kota Anlu.
Ini bukan pertama kalinya Kong, mantan karyawan pabrik tekstil, menjadi sasaran karena menjunjung tinggi keyakinannya. Dia ditangkap pada bulan Februari 2000 karena pergi ke Beijing untuk memohon hak berlatih Falun Gong. Dia dibawa kembali ke Anlu, ditahan selama dua setengah bulan, dan didenda 2.000 yuan. Dia ditangkap lagi pada bulan Oktober 2002 dan dicekoki makan secara paksa lebih dari 90 kali dalam sebulan. Penangkapan Kong berikutnya terjadi pada tanggal 25 Mei 2016, setelah dia dilaporkan karena berbicara dengan penduduk desa tentang Falun Gong. Dia dibawa ke Pusat Pencucian Otak Provinsi Hubei di Wuhan, ibu kota Hubei, pada tanggal 1 Juni tahun itu dan ditahan untuk jangka waktu yang tidak diketahui.
Selama pencekokan makan, para narapidana membuka paksa mulut Kong dengan tang, menempelkan botol plastik ke lidahnya, lalu mengikatnya dengan mengikatkan handuk di mulut dan kepalanya. Satu orang mencubit hidungnya sementara yang lain memegang tangan dan kakinya agar dia tidak bergerak. Kemudian, mereka menuangkan bubur yang dicampur garam dalam jumlah besar ke dalam botol. Mereka tidak akan berhenti untuk membiarkannya bernapas sampai bubur di dalam botol masuk ke mulutnya. Kemudian, mereka menuangkan lebih banyak makanan ke dalam botol dan mengulangi prosedur tersebut beberapa kali. Mereka tidak berhenti sampai perutnya terlihat kembung dan makanan hampir keluar dari perut ke mulutnya.
Setelah dicekoki makan secara paksa, para narapidana menahan Kong di tempat tidur untuk mencegahnya muntah. Ketika dia mencoba untuk muntah, penjaga mengancam akan mengulangi pencekokan paksa. Ketika dia berteriak memprotes, penjaga memerintahkan narapidana menutup pintu agar orang lain tidak mendengarnya. Terkadang, narapidana memukuli Kong dan menuangkan sisa makanan ke rambut atau kerah bajunya. Rambutnya akan membeku ketika penjaga memaparkannya pada suhu rendah.
Liu Liguang, kepala pusat penahanan, pernah berkata kepada Kong, “Apakah anda tidak melakukan mogok makan? Kami akan bermain dengan anda sampai akhir.” Penjaga lainnya, Yue Zhonggui, berkata, “Jika anda tidak berperilaku baik, kami akan mencekoki anda dengan air pedas.”
Karena kandungan garam yang berlebihan pada bubur tersebut, Kong selalu merasakan sakit yang luar biasa dan organ dalamnya terasa terbakar setelah dicekoki makan secara paksa. Setiap pencekokan makan seperti sesi penyiksaan ekstrem. Dia sering memuntahkan darah setelahnya. Dia dicekoki makan secara paksa lebih dari 90 kali selama penahanan dalam sebulan.
Ketika penjaga membawa Kong ke Kamp Kerja Paksa Shayang. Dia sangat kurus dan lemah hingga tidak bisa menjaga keseimbangannya. Kamp kerja paksa menolak menerimanya sehingga penjaga harus membawanya kembali ke pusat penahanan. Mereka melakukan upaya lain untuk memasukkannya ke kamp kerja paksa dua minggu kemudian, namun kamp masih menolak menerimanya karena detak jantungnya yang meningkat dan tekanan darahnya yang tinggi. Dia dibawa kembali ke pusat penahanan dan terus menjadi sasaran pemukulan dan bentuk penyiksaan lainnya karena menolak melepaskan Falun Gong.
Wanita Liaoning yang Ditahan karena Keyakinannya Dipukuli dan Dipaksa Tetap Makan Setelah kenyang
Dong Liping, seorang penduduk Kota Haicheng, Provinsi Liaoning, ditangkap pada tanggal 21 Juli 2023. Pengacaranya mencatat bahwa kondisi fisik dan mentalnya menurun setiap kali dia mengunjunginya antara bulan Agustus dan September.
Dong mengatakan kepada pengacaranya bahwa teman satu selnya sering memukulinya dan memaksanya untuk tetap makan bahkan setelah dia kenyang. Penjaga pusat penahanan menutup mata terhadap penganiayaan ini.
Dong berada di rumahnya pada sore hari, tanggal 21 Juli 2023, ketika seorang kapten polisi mengetuk gerbang pagar yang mengelilingi rumahnya. Dia mengatakan bahwa dia bisa menunjukkan kartu identitas polisinya, tetapi dia tidak membuka gerbangnya. Lima petugas lainnya kemudian memanjat pagar, dua dari sisi timur dan tiga dari sisi barat, dan melompat ke halaman rumahnya. Mereka berteriak agar dia melemparkan kunci rumahnya kepada mereka. Ketika dia menolak, mereka membuka kunci dan masuk.
Polisi tidak menjawab ketika Dong menanyai mereka mengapa mereka masuk ke rumah warga yang taat hukum. Mereka memborgolnya dan menundukkan kepalanya di tempat tidur. Selama dua jam, polisi menyita komputer, ponsel, buku-buku Falun Gong, dan barang berharga milik Dong lainnya. Mereka membawanya ke Pusat Penahanan Kota Yingkou.
Kejaksaan Distrik Zhanqian di Kota Yingkou mengeluarkan surat perintah penangkapan resmi terhadap Dong pada tanggal 25 Agustus 2023.
Pengacara Dong mengunjunginya di pusat penahanan pada tanggal 28 Agustus 2023. Dia mengatakan bahwa dia telah melakukan mogok makan selama tiga hari sebagai protes atas penganiayaan. Pengacara mencatat bahwa dia tampak sangat lemah.
Ketika pengacara mengunjungi Dong lagi pada tanggal 6 September 2023, pengacara menemukan bahwa dia berjalan pincang dan kondisi mentalnya tidak terlalu baik. Dia mengeluh karena sering dipukuli dan dianiaya oleh teman satu selnya. Teman satu selnya memaksanya untuk terus makan ketika dia sudah kenyang. Para penjaga tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya.
Setelah mengetahui gangguan yang dialaminya melalui pengacara, keluarga Dong, yang menemani pengacara di sana tetapi tidak diizinkan masuk, segera menelepon kantor pengunjung pusat penahanan dan meminta pertemuan dengan direktur. Resepsionis mengatakan bahwa direktur sedang ada rapat. Keluarganya menunggu di luar pusat penahanan dan menelepon lagi beberapa jam kemudian. Mereka diberitahu bahwa direktur masih dalam rapat. Kemudian, mereka menelepon lembaga pengawas pusat penahanan untuk melaporkan penganiayaan terhadap orang yang mereka cintai.
Sekitar pukul 15:00 pada hari itu, dua orang keluar untuk menemui keluarga Dong dan berulang kali menyangkal bahwa Dong pernah dianiaya.
Pengacara mengunjungi Dong untuk ketiga kalinya pada tanggal 25 September 2023 dan menyadari bahwa dia tampak linglung. Dia mengatakan bahwa dia menderita inkontinensia beberapa hari sebelumnya. Kemudian, dia menunjuk ke perutnya dan berkata, “Saya curiga ada batu di sini.” Keluarganya sangat khawatir dan tidak mengetahui penganiayaan tambahan apa yang dialaminya yang mungkin menyebabkan gejala terbarunya.
Penderitaan Keluarga
Praktisi Falun Gong Dilarang Bepergian ke Luar Negeri untuk Mencari Perawatan Medis bagi Putranya yang Lumpuh
Li Aiping (juga dikenal sebagai Li Xiaohong), dari Kota Jingshan, Provinsi Hubei, mengajukan permohonan paspor pada pertengahan Mei 2023, namun departemen kepolisian setempat menolak memproses permohonannya. Kemudian, dia diberitahu bahwa dia termasuk dalam daftar hitam praktisi Falun Gong yang dilarang bepergian ke luar negeri. Oleh karena itu, ia tidak dapat mendapatkan perawatan medis yang lebih baik di luar negeri untuk putranya yang berusia 25 tahun, yang menjadi cacat karena tuberkulosis tulang (suatu kondisi dimana tuberkulosis menyebar ke luar paru-paru dan mempengaruhi persendian).
Li, berusia 51 tahun, dan suaminya, Zhou Qing, berusia sekitar 53 tahun, telah berulang kali dianiaya karena berlatih Falun Gong selama 24 tahun penganiayaan. Putra mereka, Minghui, baru berusia satu tahun ketika Partai Komunis Tiongkok melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada bulan Juli 1999. Selama delapan tahun pertama, ayahnya, Zhou, jarang ada di rumah. Sebaliknya, dia ditahan di berbagai fasilitas karena berlatih Falun Gong atau bersembunyi untuk menghindari penangkapan. Karena Minghui tidak bertemu ayahnya selama bertahun-tahun, dia khawatir bahwa dia tidak akan mengenalinya lagi. Pada suatu saat, kedua orang tuanya dipenjara. Ketika dia melihat anak-anak lain bersama orang tuanya, dia menangis dan berkata kepada neneknya, “Saya menginginkan seorang ayah dan seorang ibu. Bisakah anda membelikannya untuk saya?”
Minghui didiagnosis menderita tuberkulosis tulang sekitar tahun 2019 ketika dia berusia sekitar 21 tahun. Kondisinya menjadi sangat parah sehingga dia mengalami kesulitan bernapas dan berjalan. Ia tidak bisa mendapatkan perawatan yang layak karena keluarganya harus terus berpindah-pindah untuk menghindari gangguan polisi.
Akhirnya, orang tuanya memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Kota Jingshan, Provinsi Hubei, pada pertengahan tahun 2020. Keluarganya tidak tinggal bersama karena Zhou dan Li tidak ingin putra mereka hidup dalam pelarian karena kondisi kesehatannya yang parah. Orang tua Li menawarkan untuk menerima Minghui. Pemuda itu menjadi lumpuh tidak lama setelah dia kembali ke Jingshan dan dia menjalani operasi besar pada tulang punggungnya. Dia hampir meninggal selama operasi.
Ketika polisi di Kota Guiyang, Provinsi Guizhou, tempat pasangan tersebut tinggal sebelumnya, tidak dapat menemukan pria tersebut. Zhou atau Li, mereka melakukan perjalanan lebih dari 600 mil ke Provinsi Hubei pada bulan Juni 2021 untuk mengganggu Minghui saat dia masih terbaring di tempat tidur dan dalam masa pemulihan dari operasi. Setelah polisi pergi pada pukul 22:00, kakeknya tidak bisa tidur malam itu. Dia terjatuh keesokan harinya dan berakhir di kursi roda. Namun, polisi Guiyang terus menelepon dan mengganggu dia dan cucunya.
Karena gangguan dan tekanan tanpa henti dari polisi, Minghui tidak pernah bisa pulih sepenuhnya dari operasi tersebut. Punggungnya sakit ketika dia mencoba meluruskannya. Dia tidak bisa berdiri lebih dari 20 menit setiap kalinya. Ibunya ingin membawanya ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, namun dia tidak bisa mendapatkan paspor.
Zhang Guangjie, seorang warga Kota Jingmen, Provinsi Hubei, berusia 60 tahun, masih ditahan setelah penangkapannya pada tanggal 23 September 2023 karena keyakinannya pada Falun Gong. Ibunya, berusia 80-an tahun, yang tinggal bersamanya, sangat ketakutan dengan penangkapan tersebut dan kini berjuang untuk mengurus dirinya sendiri.
Ini bukan pertama kalinya Zhang, seorang pensiunan Perusahaan Perminyakan Jingmen, menjadi sasaran karena keyakinannya. Dia dijatuhi hukuman empat tahun setelah penangkapannya pada tahun 2001 dan tiga tahun lagi setelah penangkapannya pada tahun 2016. Dia menjalani kedua hukuman tersebut di Penjara Wanita Provinsi Hubei (terletak di ibu kota Wuhan) dan disiksa secara brutal. Tidak dapat menahan tekanan penganiayaan, suaminya menceraikannya. Ayahnya juga meninggal setelah hidup dalam ketakutan selama bertahun-tahun.
Majikan Zhang menangguhkan dana pensiunnya selama masa hukumannya yang kedua dengan alasan adanya kebijakan baru yang melarang pensiunan menerima dana pensiun mereka (walaupun tidak ada ketentuan seperti itu dalam undang-undang ketenagakerjaan atau undang-undang asuransi sosial Tiongkok).
Warga Beijing Ditangkap karena Keyakinannya, Meninggalkan Ayahnya yang Berusia Delapan Puluhan Tahun yang dalam Kondisi Sakit
Gao Weiping, seorang warga Beijing, telah ditahan di Pusat Penahanan Distrik Shunyi sejak penangkapannya pada tanggal 14 September 2023. Ayahnya, berusia 80-an tahun, menyaksikan penangkapan putrinya di rumahnya sendiri. Dia menderita kesehatan yang buruk dan Gao sering mengunjunginya untuk merawatnya. Pria lanjut usia itu sangat terpukul dengan penangkapan putrinya dan kehilangan nafsu makan.
Karena sensor informasi di Tiongkok, rincian tentang situasi Gao saat ini belum sepenuhnya diketahui.
Gao Weiping
Polisi Melakukan Perjalanan Lebih Dari 700 Mil untuk Menangkap Seorang Wanita dari Rumah Putranya Selama Festival Pertengahan Musim Gugur
Setelah mengetahui bahwa putra Zhao Ya membelikannya tiket menonton pertandingan bola basket di Asian Games ke-19 pada akhir September 2023, polisi dari kampung halamannya melakukan perjalanan lebih dari 700 mil ke rumah putranya dan menangkapnya.
Zhao, seorang warga Kabupaten Liquan, Provinsi Shaanxi, berusia 66 tahun, melakukan perjalanan bersama suaminya ke Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, pada Agustus 2023 untuk mengunjungi putra mereka. Sejak putranya berangkat ke Kota Hangzhou untuk kuliah pada tahun 2001 dan kemudian mendapatkan pekerjaan di sana setelah lulus, Zhao tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengunjunginya selama liburan karena dia sedang sibuk merawat mertuanya (yang telah meninggal dunia dalam beberapa tahun terakhir pada usia 93 dan 86 tahun) atau dia ditahan secara sewenang-wenang karena berlatih Falun Gong. Dia dan suaminya berharap untuk menghabiskan liburan Festival Pertengahan Musim Gugur mendatang bersama keluarga putranya, namun impian mereka pupus.
Pada tanggal 24 September 2023, enam orang tiba-tiba datang di rumah putranya. Mereka adalah agen dari Kantor Polisi Kota Chengguan, Pemerintah Kota Chengguan, dan komite desa setempat di kampung halaman Zhao. Mereka telah berkendara lebih dari 700 mil ke Hangzhou setelah mengetahui bahwa putranya telah membelikannya tiket untuk menonton pertandingan bola basket di Asian Games ke-19 (yang diadakan di Hangzhou dari tanggal 23 September hingga 8 Oktober 2023).
Keenam orang tersebut mengatakan bahwa tugas mereka adalah membawa Zhao kembali ke Provinsi Shaanxi. Suaminya baru saja menjalani operasi mata dan putra mereka memohon kepada agen untuk tidak membawa ibunya pergi. Dia menawarkan untuk mengembalikan tiket bola basketnya, namun agen bersikeras agar Zhao kembali ke Shaanxi atau mereka akan menyerahkan kasusnya ke polisi Hangzhou agar polisi bisa mengawasinya.
Pada tanggal 26 September, tiga dari enam agen Shaanxi, termasuk petugas Ma dan dua penduduk desa, mengawal Zhao dan suaminya dalam penerbangan menuju Shaanxi.
Pada pukul 20:00, tanggal 1 Oktober, seorang petugas dari Kantor Polisi Kota Chengguan menelepon suami Zhao dan menanyainya kapan dia dan Zhao telah pergi ke Hangzhou dan kapan mereka kembali ke Shaanxi. Suami Zhao menolak berbicara dengan mereka karena pihak berwenang telah pergi ke Hangzhou untuk membawa mereka kembali dan polisi seharusnya sudah mengetahui keseluruhan situasinya.
Berulang Kali Dianiaya Karena Keyakinan Mereka
Wanita Berusia 69 Tahun Ditangkap Lagi Kurang dari Tiga Bulan Setelah Empat Tahun Penahanan
Kurang dari tiga bulan setelah Li Guihua selesai menjalani hukuman empat tahun karena berlatih Falun Gong, pensiunan pekerja pabrik kayu berusia 69 tahun itu ditangkap lagi karena mempraktikkan keyakinannya.
Li, seorang warga Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, ditangkap di rumahnya oleh petugas dari Kantor Polisi Songlin pada tanggal 15 September 2023. Ketika putrinya kembali ke tempat tinggal mereka bersama setelah bekerja, dia melihat bahwa tempat itu telah digeledah. Dia segera menerima telepon dari Li, yang mengatakan bahwa dia telah dijatuhi hukuman 15 hari penahanan.
Saudara Li ditelepon polisi dua hari kemudian dan diberitahu bahwa Li dimasukkan ke dalam tahanan kriminal dan dipindahkan ke pusat penahanan. Dia diminta untuk mengantarkan beberapa pakaian kepada ibunya. Tidak jelas apakah Li telah dibebaskan pada saat penulisan artikel ini.
Sebelumnya, Li ditangkap pada tanggal 20 Juni 2019 karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Pengadilan Distrik Xiangyang menjatuhkan hukuman empat tahun penjara kepada Li pada tanggal 18 Desember 2019 karena “merusak penegakan hukum dengan organisasi sesat,” sebuah dalih standar yang digunakan oleh PKT untuk memenjarakan praktisi Falun Gong.
Li mengajukan banding atas putusan tersebut, namun ditolak tujuh bulan kemudian. Dia menderita tekanan darah tinggi yang berbahaya dan penyakit jantung setelah 13 bulan di Pusat Penahanan Kota Jiamusi. Pusat penahanan menyediakan beberapa perawatan medis, namun kondisinya tidak membaik. Keluarganya mengajukan permohonan pembebasan bersyarat medis atas namanya ke Pengadilan Menengah Kota Jiamusi, namun pengadilan tidak menyetujuinya dan memerintahkan petugas pengadilan untuk membawanya ke Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang. Dia menjalani masa penahanan penuh dan dibebaskan pada tanggal 20 Juni 2023.
Karena pensiun Li ditangguhkan selama empat tahun masa penahanannya, dia sekarang berjuang untuk mencari nafkah. Juga tidak jelas apakah pensiunnya telah dipulihkan pada saat laporan ini dibuat.
Artis Beijing Ditangkap Lagi Setelah Dia Dipenjara Selama Hampir 13 Tahun
Artis Qin Wei ditangkap di rumahnya di Beijing pada tanggal 7 September 2023. Dia ditahan di Pusat Penahanan Distrik Haidian selama lebih dari sebulan dan dibebaskan pada akhir bulan Oktober.
Dalam lima bulan menjelang penangkapan terakhirnya, polisi mengganggu Qin tiga kali sebelum peringatan “Permohonan 25 April,” sebuah demonstrasi damai oleh 10.000 praktisi Falun Gong yang terjadi pada tanggal 25 April 1999. Polisi memotretnya dan meneleponnya pada larut malam.
Qin Wei
Qin, Berusia 62 tahun, adalah lulusan dari Departemen Lukisan Dekoratif di Akademi Pusat Seni dan Kerajinan. Dia mendapatkan pekerjaan di sebuah penerbit setelah lulus tetapi kemudian berhenti untuk mengajar seni di Sekolah Menengah Bayi di Distrik Haidian sehingga dia dapat memiliki lebih banyak waktu selama liburan musim dingin dan musim panas untuk fokus pada karya seninya. Setelah ia mulai berlatih Falun Gong, ia memperoleh pemahaman lebih dalam tentang kehidupan dan alam semesta, yang membantunya menciptakan karya seni yang murni dan positif.
Karena Qin tetap teguh pada keyakinannya setelah rezim komunis memerintahkan penganiayaan pada tahun 1999, dia berulang kali ditangkap dalam 24 tahun terakhir. Dia menjalani dua hukuman kamp kerja paksa, dua hukuman penjara, serta beberapa kali penahanan, dengan total hukuman hampir 13 tahun.
Setelah Satu Tahun Kerja Paksa dan Dua Tahun Penjara, Wanita Jiangxi Menghadapi Tuntutan Lagi
Xia Mingjin, berusia 58 tahun, dari Kota Nanchang, Provinsi Jiangxi, ditangkap pada tanggal 19 September 2023 karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Dia ditahan di Pusat Penahanan Pertama Kota Nanchang sejak itu.
Ini bukan pertama kalinya Xia menjadi sasaran karena keyakinannya pada Falun Gong. Dia dijatuhi hukuman satu tahun kerja paksa pada tahun 2011 dan dijatuhi hukuman dua tahun setelah penangkapannya pada tahun 2018. Setelah dia dibebaskan dari penjara pada tahun 2020, dia masih terus-menerus menghadapi gangguan dari polisi. Sebelum penangkapan terakhirnya, dia ditahan di pusat pencucian otak selama sepuluh hari pada bulan Juni 2021.
Xia Mingjin sebelum dianiaya.
Xia Mingjin saat menjalani hukuman di penjara.
Laporan terkait: