(Minghui.org) Empat praktisi Falun Dafa Bangalore berbicara kepada mahasiswa pascasarjana di Universitas St. Joseph pada 25 April 2023. Pembicaraan berkisar pada Permohonan 25 April yang dilakukan oleh praktisi di Tiongkok pada 1999 dan memberi tahu mahasiswa tentang Falun Dafa dan bagaimana Partai Komunis Tiongkok (PKT) menganiaya praktisi di Tiongkok.

Ruang kelas yang penuh dengan mahasiswa pascasarjana di St. Joseph's University mendengarkan pembicaraan para praktisi.

Latar belakang Permohonan 25 April

Hampir 100 mahasiswa pascasarjana yang mempelajari pekerjaan sosial menghadiri acara tersebut, yang memberi mereka pemahaman tentang Republik Rakyat Tiongkok dan PKT untuk mengatur konteks seputar pentingnya Permohonan 25 April.

Seorang praktisi memberi tahu para mahasiswa tentang kontrol kejam PKT atas masyarakat Tiongkok sejak berkuasa pada 1949. PKT menjalankan serangkaian kampanye politik yang menargetkan berbagai minoritas sosial untuk menegakkan kekuasaannya atas masyarakat dan menekan perbedaan pendapat, dengan banyak dari mereka berakhir dalam kekerasan terhadap minoritas yang dipilih. Dia mencantumkan Revolusi Kebudayaan dan Pembantaian Lapangan Tiananmen tahun 1989 sebagai contoh.

Pada 1999, polisi di Tianjin menangkap 45 praktisi Falun Dafa. Sekitar 10.000 praktisi berkumpul di luar Kantor Permohonan Dewan Negara di Beijing pada 25 April untuk meminta pembebasan praktisi yang ditangkap.

Permohonan itu tertib dan tenang. Semua praktisi pulang tanpa insiden setelah perdana menteri saat itu Zhu Rongji meyakinkan para praktisi bahwa mereka dapat terus berlatih Falun Dafa tanpa gangguan.

Meskipun setelah Permohonan 25 April sengaja disalahartikan oleh PKT sebagai serangan politik untuk memfitnah Falun Dafa, seperti yang dikatakan oleh praktisi, itu adalah tanda bahwa semangat perlawanan belum padam di Tiongkok.

Simpati dan Dukungan

Banyak mahasiswa ingin tahu tentang Falun Dafa. Para praktisi menunjukkan sebuah film dokumenter singkat yang mencatat bagaimana latihan spiritual menjadi sangat populer di Tiongkok karena manfaat kesehatannya dan prinsip-prinsip panduan Sejati, Baik, Sabar.

Pada akhir tahun 90-an, PKT memperkirakan 100 juta orang Tionghoa berlatih Falun Dafa, melebihi jumlah anggota PKT. Oleh karena itu, PKT melancarkan penganiayaan terhadap Falun Dafa di Tiongkok, dengan maksud untuk sepenuhnya menghapuskan pengaruhnya. Praktisi Falun Dafa secara sewenang-wenang ditangkap, disiksa, dibunuh, dan beberapa diambil organnya.

Beberapa mahasiswa mengungkapkan simpati dan dukungan mereka kepada praktisi.

Divya, seorang mahasiswa, berkata bahwa penganiayaan terhadap Falun Dafa adalah pelanggaran hak asasi manusia, dan harus diperhatikan.

Mahasiswa lain Rupali, menekankan pentingnya melawan penindasan dan untuk kemanusiaan dalam mendukung praktisi. Teman sekelasnya Vanshika setuju bahwa penting hal ini diketahui.

Vanshika berkata, “Adalah tanggung jawab kita untuk melawan penghancur kehidupan.”

Mahasiswa lain John mengatakan bahwa sebagai orang yang tinggal di India, adalah baik untuk melindungi tetangga mereka di Tiongkok.

Sesi diakhiri dengan beberapa ucapan terima kasih dari Dekan Pekerjaan Sosial St. Joseph, Fr. Dr. G Augustine Lourdu, yang mengungkapkan rasa terima kasih atas upaya para praktisi dalam menyadarkan topik penting tentang pelanggaran hak asasi manusia.

Dia berkata, “Pekerjaan sosial membutuhkan keberanian, dan orang tidak bisa hanya menjadi aktivis kursi. Ketika terjadi pelanggaran hak asasi manusia, orang harus berani berbicara karena suara setiap orang dapat membuat perbedaan dalam mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.”