(Minghui.org) Pada bulan September 2022, ibu saya ditabrak oleh sebuah mobil besar saat berjalan-jalan di dekat rumahnya. Ketika ayah dan adik laki-laki saya diberitahu tentang kecelakaan itu, mereka bergegas ke tempat kejadian. Ibu saya kehilangan kesadaran dan terbaring di tanah dalam genangan darah. Dia dalam kondisi kritis dan dilarikan ke rumah sakit daerah terdekat.

Kecelakaan itu menyebabkan ibu mengalami patah tulang rusuk, kaki, dinding medial orbital kiri, dan tulang pipi kanan. Dia menderita sindrom gangguan pernapasan akut ketika trauma pada paru-parunya menyebabkan pembuluh darah pecah. Dia juga mengalami syok traumatis, emfisema mediastinum dan subkutan, memar jaringan lunak kulit kepala, hematoma kelenjar adrenal, asites, dan efusi panggul. Selain itu, ibu menderita insufisiensi hati, trombositopenia, kerusakan miokard, dan fibrilasi ventrikel.

Setelah empat jam upaya resusitasi, dokter mengatakan bahwa peluang ibu saya untuk bertahan hidup hampir nol. Ayah, adik laki-laki, adik perempuan dan saya hanya bisa menangis dalam diam.

Seluruh keluarga merasa tidak berdaya. Dua bibi saya, yang adalah praktisi Falun Dafa, memberi tahu saya bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan ibu saya adalah ayah saya segera meminta bantuan dari Guru Li Hongzhi (pencipta Falun Dafa). Ayah saya adalah seorang ateis. Dia tidak percaya apapun termasuk Dafa. Ibu saya tidak pernah berani berkultivasi, karena dia khawatir dengan reaksi ayah saya terhadap hal ini.

Saya berkata kepada ayah saya, “Rumah sakit tidak dapat menyelamatkan ibu dengan obat-obatan modern atau operasi. Dia berada di ambang kematian. Falun Dafa adalah satu-satunya harapan sekarang. Mari kita pulang dan meminta bantuan Guru.” Saya memegang tangannya dan berkata, "Ibu akan diselamatkan."

Kami memiliki foto Guru Li di rumah karena nenek saya adalah seorang praktisi Falun Dafa. Bibi bungsu saya dan saya pulang bersama ayah saya. Kami langsung pergi ke foto Guru dengan rasa hormat dan meminta bantuan untuk ibu saya. Sekitar 30 menit kemudian, seorang kerabat menelepon dari rumah sakit untuk memberi tahu kami bahwa ibu saya selamat dari operasi dan telah dipindahkan ke unit perawatan intensif. Dokter tidak menyangka ibu saya akan keluar dari ruang operasi hidup-hidup. Sebuah keajaiban memang terjadi!

Dua hari setelah dipindahkan ke ICU, ibu saya mulai mengalami aritmia jantung dari waktu ke waktu. Dia stabil hanya setelah defibrilasi. Dokter meminta kami sesekali menandatangani surat pemberitahuan penyakit kritis karena ibu saya masih dalam bahaya. Meskipun dokter tidak menaruh harapan apapun, saya selalu percaya dalam hati bahwa Guru akan membantunya.

Dokter berkata bahwa ibu saya memiliki kesempatan yang jauh lebih baik untuk bertahan hidup di rumah sakit provinsi yang lebih besar. Selama pemindahan, saya duduk di samping ibu saya dan terus melafalkan “Falun Dafa baik, dan Sejati-Baik-Sabar baik”. Dokter ICU di rumah sakit provinsi berkata bahwa keadaannya sangat buruk. Saya berkata pada diri sendiri bahwa Guru memiliki keputusan akhir, dan saya akan menyerahkan segalanya kepadanya.

Tanda-tanda vital ibu saya berangsur-angsur stabil, tetapi dokter masih pesimis. Dia mengatakan bahwa ibu saya mungkin dalam keadaan vegetatif karena kehilangan banyak darah yang mempengaruhi paru-paru, suplai darah yang tidak mencukupi ke otak, dan hipoksia yang berkepanjangan bahkan jika dia selamat. Kemudian, keajaiban terjadi lagi. Ibu sadar kembali setelah anestesi!

Karena pandemi yang parah saat itu, rumah sakit ingin ibu untuk berobat di rumah meski belum sembuh total. Tidak lama setelah kembali ke rumah, ibu saya sudah bisa bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan. Dia juga bisa memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga ringan. Semua dokter yang terlibat dalam perawatannya mengatakan bahwa dia selamat adalah keajaiban.