(Minghui.org) Tanggal 20 Juli 2023 menandai tahun ke-24 sejak Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menindas Falun Gong. Praktisi Falun Gong di 44 negara menyerahkan daftar pelaku lainnya ke pemerintah masing-masing, mendesak mereka untuk meminta pertanggungjawaban orang-orang ini atas penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok. Para praktisi meminta pemerintahnya untuk melarang pelaku dan anggota keluarganya masuk, dan membekukan aset mereka di luar negeri.

Di antara para pelaku yang terdaftar adalah Li Yilong, wakil sekretaris Komite Partai Kota Wuhan dan sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Wuhan.

Informasi Pelaku

Nama Lengkap Pelaku: Li (nama belakang) Yilong (nama depan) (李义龙)
Jenis Kelamin: Pria
Negara: Qianjing, Provinsi Hubei, Tiongkok
Tanggal/tahun Lahir: September 1964

Li Yilong

Jabatan atau Posisi

Desember 2005 – Desember 2013: anggota Komite Tetap Komite Partai Komunis Tiongkok (PKT) Kota Ezhou, sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Ezhou, dan direktur Biro Keamanan Umum Kota Ezhou

Desember 2013 – Mei 2017: wakil direktur dan direktur politik Biro Keamanan Publik Provinsi Hubei

Mei 2017 – Desember 2021: anggota Komite Tetap Komite PKT Kotamadya Wuhan, wakil sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Wuhan, sekretaris Partai dan direktur Biro Keamanan Umum Kotamadya

Januari 2022 – sekarang: wakil sekretaris Komite Partai Kota Wuhan dan sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Wuhan

Kejahatan Utama

Li Yilong telah lama bertugas di Biro Keamanan Umum dan Komite Urusan Politik dan Hukum. Ia secara aktif menerapkan kebijakan penganiayaan PKT terhadap praktisi Falun Gong dan secara pribadi mengarahkan kedua lembaga tersebut untuk menganiaya praktisi Falun Gong.

Li menjadi direktur Biro Keamanan Publik Wuhan pada Mei 2017. Pada Maret 2018, PKT menggabungkan Kantor 610 menjadi departemen fungsional Komite Urusan Politik dan Hukum, dan sebagian fungsinya (dalam mengarahkan penganiayaan) dipindahkan ke departemen keamanan publik. Pada Januari 2022, Li diangkat sebagai sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Wuhan. Dalam setahun, empat praktisi Falun Gong, Zong Ming, Hu Yongxiu, Tang Changjun, dan Li Juhua, dianiaya hingga meninggal dunia.

Kejahatan yang Dilakukan sebagai Sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Wuhan (Januari 2022 hingga sekarang)

Sejak Li menjabat sebagai wakil sekretaris Komite Partai Kota Wuhan dan sekretaris Komite Urusan Politik dan Hukum Wuhan pada Januari 2022, setidaknya 260 praktisi Falun Gong dari Wuhan menjadi sasaran karena keyakinan mereka pada tahun itu. Di antara mereka, tiga dianiaya sampai meninggal, sembilan dijatuhi hukuman, 101 ditangkap, tujuh diadili di pengadilan, 18 ditahan di pusat penahanan dan penjara, dan tiga ditahan di rumah sakit jiwa.

Kasus Kematian

Tang Changjun, seorang penduduk di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, ditangkap pada 12 April 2019, karena berbicara kepada orang-orang di kereta bawah tanah tentang Falun Gong. Pengadilan Distrik Hanyang mengadakan sidang virtual untuk kasusnya pada 10 September 2020, dan menjatuhkan hukuman 3,5 tahun dan denda 2.000 yuan (±Rp 4.200.000) pada 9 November 2020. Pengacaranya dan orang yang dicintai sidang beberapa kali, tetapi penjara tidak pernah menyetujui permintaan mereka untuk mengunjunginya selama masa hukumannya. Ketika dia dibebaskan dari Penjara Hankou pada 12 Oktober 2022, dia tidak bisa berjalan, bicaranya cadel, dan sangat kurus. Meski begitu, komite lingkungan setempat dua kali melecehkannya di rumah, memaksanya untuk meninggalkan keyakinannya. Dia meninggal pada 17 Desember. Dia berusia 74 tahun.

Zong Ming ditangkap pada 18 April 2022 selama kampanye “Sapu Bersih”, yang menargetkan semua praktisi dalam daftar hitam pemerintah untuk memaksa mereka melepaskan Falun Gong. Ketika dia dibebaskan setelah delapan bulan ditahan di pusat pencucian otak dia sangt kurus dan sulit berbicara. Dia meninggal pada 1 Januari 2023, enam hari setelah dia dibawa pulang oleh keluarganya.

Kasus Penganiayaan

Zhou Xiuhua, adalah seorang wanita berusia 73 tahun di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, ditangkap di rumahnya pada 15 Juli 2020 dan dibebaskan dengan jaminan satu tahun pada hari yang sama. Dia diadili dalam sidang virtual oleh Pengadilan Distrik Hanyang pada 22 Desember 2021. Hakim menjatuhkan hukuman enam tahun dengan denda 7.000 yuan (±Rp 14.700.000) esok harinya. Dia mengajukan banding ke Pengadilan Menengah Kota Wuhan, yang memutuskan untuk mempertahankan putusan awalnya pada 14 Maret 2022.

Kejahatan yang Dilakukan sebagai Direktur Biro Keamanan Publik Wuhan (2017 hingga 2021)

Dari Mei hingga Desember 2017, polisi Wuhan menangkap setidaknya 138 praktisi dan melecehkan 53 praktisi. Di antara mereka, 27 dimasukkan ke pusat pencucian otak, 57 ditahan di fasilitas penahanan, dan 8 dijatuhi hukuman penjara.

Pada tahun 2018, polisi Wuhan menangkap setidaknya 108 praktisi dan melecehkan 52 praktisi. Setidaknya 16 orang ditahan di pusat pencucian otak dan 48 orang di pusat penahanan, sementara 30 orang diadili, dijatuhi hukuman, dan dipenjara.

Pada 2019, polisi Wuhan meningkatkan upayanya selama Pertandingan Dunia Militer. Sedikitnya 144 praktisi ditangkap dan 92 dilecehkan. Sedikitnya 30 ditahan di pusat pencucian otak dan 59 di pusat penahanan. Empat praktisi meninggal akibat penganiayaan.

Penangkapan massal terhadap sedikitnya 40 praktisi terjadi pada tanggal 23 September 2019, sesaat sebelum Hari Nasional ke-70 PKT pada tanggal 1 Oktober, dan Pertandingan Dunia Militer ke-7 diadakan antara tanggal 18-27 Oktober di Wuhan.

Beberapa bulan sebelum penangkapan massal, petugas dari Kantor Polisi Pasar Duoluokou di Distrik Dongxihu telah menyusun rekaman praktisi Falun Gong yang terekam kamera pengintai berbicara dengan orang-orang atau menyebarkan informasi Falun Gong di atau dekat Pasar Duoluokou. Polisi mencetak foto praktisi dan menempelkan setiap foto ke tas besar, yang kemudian digunakan untuk menyimpan barang-barang yang disita dari masing-masing praktisi yang ditangkap.

Memasuki tahun 2020, pandemi COVID-19 merebak di Wuhan. Sementara kota dikunci selama 76 hari, pihak berwenang di Wuhan tidak berhenti menganiaya praktisi Falun Gong. Pada tahun 2020, setidaknya 50 praktisi ditangkap dan 56 dilecehkan. Sedikitnya enam ditahan di pusat pencucian otak dan 26 di pusat penahanan. Dua praktisi meninggal akibat penganiayaan. Ketika mereka menggeledah rumah Zhao Xiqing pada Juli 2020, polisi menyita uang tunai 250.000 yuan (±Rp 526.250.000).

Pada tahun 2021, polisi Wuhan melakukan kampanye “Sapu Bersih” dalam upaya untuk memaksa semua praktisi yang masuk daftar hitam pemerintah melepaskan keyakinan mereka. Sedikitnya 160 praktisi ditangkap dan 136 dilecehkan. Sedikitnya 92 ditahan di pusat pencucian otak dan 47 di pusat penahanan. Enam belas orang dijatuhi hukuman penjara. Seorang praktisi meninggal karena penganiayaan.

Kasus Kematian

Wan Dajiu di Distrik Hanyang di Wuhan dibebaskan pada tanggal 12 April 2019, setelah menjalani hukuman empat tahun karena berlatih Falun Gong. Kurang dari sebulan kemudian dia ditangkap lagi, pada tanggal 6 Mei 2019, dan dibawa ke Pusat Pencucian Otak Gunung Yusun di Distrik Hanyang. Dia menjadi tidak sadarkan diri dan tidak bisa mengurus dirinya sendiri ketika dia dibebaskan beberapa bulan kemudian. Dia meninggal pada bulan Oktober 2019. Keluarganya mencurigai pihak berwenang telah memberikan racun kepadanya.

Wei Youxiu di Distrik Qiaokou di Wuhan ditangkap di Taman Zhongshan setelah dia bertemu dengan petugas berpakaian preman pada tanggal 2 Juni 2018. Polisi menahannya di Pusat Penahanan No 1 Wuhan selama lebih dari setahun. Seseorang yang bertemu dengan dia di pusat penahanan dan mengatakan dia sangat kurus dan tidak bisa berjalan sendiri.

Pihak berwenang memberi tahu keluarga Wei pada tanggal 15 Agustus 2020, bahwa dia meninggal karena leukemia. Keluarganya menantang pihak berwenang, mengapa dan mengapa, karena dia sangat sehat ketika ditangkap, mengapa dia bisa terkena leukemia dan meninggal dalam waktu sesingkat itu?

Kasus Penganiayaan

Zhou Guoqiang, mantan karyawan Bank Dagang dan Industri dari Kota Chibi, Provinsi Hubei, ditangkap sekitar jam 17:00 pada tanggal 26 Desember 2018, saat bekerja di Wuhan di provinsi yang sama. Polisi menyita 80.000 yuan (±Rp 168.000.000) darinya saat menggeledah rumahnya.

Zhou, berusia 50-an, pertama kali dibawa ke Kantor Polisi Yujiatou. Polisi mengikatnya di kursi besi, menginterogasinya, dan memukulinya. Kemudian mereka membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik menyeluruh. Mata, jantung, ginjal, hati, dan paru-parunya diperiksa. Perawat juga mengambil darahnya beberapa ratus mililiter, lebih banyak daripada pemeriksaan fisik biasa. Dia juga mengumpulkan sampel sumsum tulangnya.

Tujuh warga Wuhan, termasuk Zhou Yuying, 83 tahun, Liang, 76 tahun, Liu Yunli, 71 tahun, Xu Nanshan, 70 tahun, Tang Lihua, 66 tahun, Yu Shifang, 57 tahun, dan Tong Li, berusia sekitar 43 tahun, sedang belajar ajaran Falun Gong di rumah Zhou pada tanggal 11 Maret 2021, ketika seorang petugas polisi tiba-tiba masuk setelah memotong jeruji jendela Zhou.

Petugas membuka pintu dan membiarkan petugas lainnya masuk. Polisi menangkap semua praktisi yang hadir dan membawanya ke kantor polisi. Para praktisi diinterogasi dan diambil fotonya, sampel darahnya, sidik jarinya, dan jejak kakinya. Zhou dan Liu dibawa ke Pusat Pencucian Otak Distrik Wuchang.

Wang Qihua, 66 tahun, ditangkap dan dibawa ke pusat pencucian otak Yusunshan pada tanggal 13 Juli 2017. Dia dipindahkan ke Pusat Penahanan No. 1 Wuhan beberapa hari kemudian. Pada tanggal 2 Mei 2018 dia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara oleh Pengadilan Distrik Xinzhou.

Xu Jianxin ditangkap pada sore hari tanggal 13 Mei 2018, dan rumahnya digeledah. Ketika anggota keluarga pergi mengunjunginya esok paginya, mereka menemukan bahwa Xu telah dipukuli dengan kejam; tubuhnya penuh luka dan banyak giginya copot.

Wu Yuanchou, 82, diadili oleh Pengadilan Distrik Wuchang pada 19 November 2019, dan dijatuhi hukuman tiga tahun penjara pada 26 November tahun yang sama, dengan denda 3.000 yuan (±Rp 6.500.000).

Li Yuzhen, 72 tahun, ditangkap di rumahnya pada tanggal 6 Juni 2021, dan dibawa ke Pusat Pencucian Otak Wangjiahe. Para penjaga memaksanya menonton video yang memfitnah Falun Gong dan memerintahkan dia menulis pernyataan melepaskan Falun Gong. Dia menolak mematuhi dan melakukan mogok makan untuk memprotes. Para penjaga bergiliran mengawasinya dan tidak membiarkannya tidur selama empat hari. Dia juga kadang-kadang dipaksa berdiri. Pada hari kelima, para penjaga mencekoknya makan. Dia sangat kesakitan dan tampaknya hampir mati.