(Minghui.org) Qi Yingjun, 63 tahun, dari Kota Jinan, Provinsi Shandong, diadili pada tanggal 14 Agustus 2023 karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah latihan kultivasi jiwa dan raga yang telah dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok sejak Juli 1999. Dia tidak diizinkan untuk membela hak konstitusionalnya atas kebebasan berkeyakinan.

Qi ditangkap di rumahnya pada tanggal 19 Juni 2023. Petugas penangkapan dari Kantor Polisi Zhangjiawa berusaha memasukkannya ke Pusat Penahanan Keenam Kota Jinan, namun gagal karena ia menunjukkan gejala penyakit parah. Kemudian, dia dibebaskan sebagai tahanan rumah.

Pada tanggal 25 Juni, polisi menyerahkan Kasus Qi ke Kejaksaan Distrik Laiwu, yang kemudian diteruskan ke Pengadilan Distrik Laiwu empat hari kemudian.

Pada tanggal 24 Juli, Qi menerima telepon dari pengacara yang ditunjuk pengadilan yang mengatakan bahwa dia dijadwalkan hadir di pengadilan pada tanggal 31 Juli. Namun sidang kemudian ditunda hingga tanggal 14 Agustus.

Dalam sidang pengadilan, Qi menolak pengacara yang ditunjuk pengadilan karena pengacara tersebut diperintahkan untuk mengajukan pengakuan bersalah atas dirinya. Dia membantah tuduhan jaksa bahwa dia menggunakan “aliran sesat” untuk melemahkan penegakan hukum, sebuah dalih standar yang digunakan untuk menjebak dan memenjarakan praktisi Falun Gong. Dia menekankan bahwa tidak ada hukum di Tiongkok yang mengkriminalisasi Falun Gong atau mencapnya sebagai “aliran sesat.” Ia menantang jaksa untuk menyajikan di pengadilan apa yang disebut sebagai bukti penuntutan untuk diperiksa silang, namun hakim menolak permintaannya.

Saat Qi membela diri, jaksa berteriak, “Qi Yingjun mempromosikan Falun Gong!” Kemudian, hakim menyita pernyataan pembelaan tertulis Qi sebelum bertanya, “Apakah ada hal lain yang ingin anda katakan?” Qi menjawab bahwa ia masih ingin banyak bicara mengenai tuduhan sewenang-wenang atas dirinya karena menggunakan hak konstitusionalnya atas kebebasan berkeyakinan. Lalu, hakim meminta pada Qi untuk menuliskan apa pun yang ingin dia katakan dan kemudian menyerahkan atau mengirimkan pernyataan itu kepadanya.

Qi masih dalam tahanan rumah dan menunggu keputusan.

Sebelum penganiayaan terbaru ini, dia dan istrinya berulang kali menjadi sasaran karena menjunjung tinggi keyakinan mereka selama 24 tahun terakhir. Qi dijatuhi hukuman tiga tahun kerja paksa pada tahun 2000 dan disiksa secara brutal di tahanan. Putrinya dijatuhi hukuman tiga tahun kerja paksa pada tahun 2005 setelah diwawancarai oleh pengacara hak asasi manusia Gao Zhisheng. Dia baru berusia 19 tahun saat itu. Ibunya dijatuhi hukuman dua setengah tahun penjara setelah penangkapannya pada tahun 2019.

Mempelajari Falun Gong

Dulunya, Qi menderita berbagai macam penyakit, dan menjalani kehidupan yang menyakitkan dan tanpa harapan. Ketika spondylosis serviksnya (kerusakan cakram tulang belakang yang berkaitan dengan usia) berada pada kondisi terburuknya, hal ini menekan saraf optiknya dan menyebabkan masalah pada matanya. Dia berjuang untuk tetap membuka matanya. Karena penyakit maag kronis yang dideritanya, dia tidak bisa makan atau minum apa pun yang dingin; perutnya sakit, perutnya kembung, dan diare. Hidungnya selalu tersumbat karena sinusitisnya dan dia harus bernapas melalui mulut sehingga menyebabkan dia sakit kepala. Faringitisnya (radang selaput lendir bagian tengah tenggorokan) juga membawa penderitaan yang tak ada habisnya.

Pada musim panas tahun 1998, Qi mendapat Zhuan Falun, buku utama Falun Gong. Buku tersebut memungkinkannya memahami makna hidup dan pentingnya menjadi orang baik. Saat dia terus membaca buku, penyakitnya juga sembuh satu demi satu. Hanya dalam waktu tiga minggu, dia menjadi sehat sepenuhnya dan juga belajar bergaul dengan semua orang.

Qi dan istrinya, Chen Lianmei, memulai bisnis grosir yang menjual sepatu, topi, dan pakaian di Pusat Perbelanjaan Guansi di Kota Laiwu pada bulan Juni 1999. Chen terkejut bahwa suaminya bisa fokus pada bisnis keluarga karena dulu dia tidak begitu peduli dengan keluarga. Dia bertanya apa yang mengubahnya.

Qi bercerita tentang Falun Gong dan Chen mulai berlatih pada bulan Juli 1999. Dia segera merasa tenang dan suasana hatinya membaik. Beberapa minggu kemudian, rezim komunis memulai penganiayaan terhadap Falun Gong. Memiliki pengalaman positif dengan latihan ini, pasangan ini tidak pernah goyah dalam keyakinan mereka. Mereka menjadi sasaran penganiayaan berulang kali selama lebih dari dua dekade berikutnya.

Suaminya Ditangkap Dua Kali pada Tahun 2000 dan Dihukum Tiga Tahun Kerja Paksa

Penangkapan Pertama pada bulan Maret 2000

Qi dan Chen membawa putra mereka yang saat itu berusia lima tahun ke Beijing pada tanggal 15 Maret 2000 untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong. Putri mereka yang saat itu berusia 14 tahun ditinggalkan dalam perawatan seorang kerabat. Qi ditangkap segera setelah keluarga mereka tiba di Beijing. Dia ditahan di kandang logam di Kantor Polisi Qianmen selama lebih dari tiga jam sebelum dijemput oleh Zhang Shenchun dari Kantor Penghubung Departemen Kepolisian Kota Laiwu di Beijing.

Zhang membiarkan Qi berada di kantornya selama lebih dari 20 jam. Selama waktu tersebut, dia memukulinya dengan sangat keras hingga telinga Qi berdenging lama setelahnya. Zhang juga menyita uang tunai lebih dari 200 yuan yang dibawa oleh Qi.

Zhang juga memborgol Qi bersama praktisi Falun Gong lainnya di kamar kecil selama lebih dari sepuluh jam.

Qi dipindahkan ke lokasi lain di Beijing pada tanggal 20 April 2000. Dia ditelanjangi dan tubuhnya digeledah. Semua barang yang dibawanya disita. Tidak ada tempat tidur dan dia harus tidur di lantai semen. Keesokan harinya, dia dipindahkan ke Pusat Penahanan Distrik Haidian di Beijing. Dia melakukan mogok makan sebagai protes dan dicekoki makan secara paksa. Para penjaga memasukkan selang makanan ke perutnya melalui lubang hidung. Tabung itu berlumuran darah saat ditarik keluar.

Sepuluh hari kemudian, petugas Liu Qing dari Departemen Kepolisian Kota Laiwu menjemputnya dan membawanya kembali. Kemudian, dia ditahan di Pusat Penahanan Kota Laiwu selama satu bulan.

Penangkapan Kedua pada bulan Juni 2000, Diikuti dengan Kerja Paksa selama 3 Tahun

Qi melakukan latihan Falun Gong di sebuah taman di Kota Laiwu pada tanggal 9 Juni 2000 dan ditangkap oleh petugas Liu dan Tian Yugang. Mereka membawanya ke Kamp Kerja Paksa Kedua Provinsi Shandong keesokan harinya untuk menjalani hukuman tiga tahun.

Chen terpaksa tinggal jauh dari rumah untuk menghindari penangkapan. Petugas Liu bahkan pergi ke sekolah putranya yang berusia lima tahun untuk mengancam anak lelaki itu agar bisa mengetahui keberadaan Chen. Bocah itu ketakutan dan trauma.

Direktur kamp kerja paksa, Sun Jiyin dan Xin Xiuzhong, bersama dengan sekretaris komite politik Wang Jiayong, memerintahkan penjaga Zhao Yongming untuk menggunakan segala cara untuk membuat praktisi Falun Gong yang ditahan melepaskan keyakinan mereka. Zhao memimpin lebih dari dua belas narapidana berotot untuk menyetrum praktisi yang teguh dengan tongkat listrik bertegangan tinggi (kadang-kadang hingga 300.000 volt). Akibatnya, bibir beberapa praktisi menjadi sangat bengkak.

Seluruh tubuhnya disetrum dengan delapan tongkat listrik berkekuatan 150.000 volt secara bersamaan. Rasanya seperti kepalanya dipukul dan jantungnya berdebar kencang. Tubuhnya bergerak-gerak tak terkendali. Ruangan itu dipenuhi bau daging terbakar. Ketika dia kembali ke selnya, dia melihat bekas luka bakar di sekujur tubuhnya. Lebih dari sepuluh hari kemudian, keropengnya terlepas saat dia melepas pakaiannya di malam hari.

Penyiksaan lain yang dialami Qi adalah duduk di bangku kecil dan keras (lebarnya hanya 10 sentimeter) selama lebih dari sepuluh jam (dari pukul 04.30 hingga 00.00) setiap hari. Selain makan, dia tidak diperbolehkan melakukan aktivitas lain, termasuk berbicara dengan orang lain atau menggunakan kamar kecil. Bahkan ketika penjaga memberinya waktu istirahat di toilet, mereka dengan sengaja menunggu selama satu jam atau bahkan lebih lama sebelum menyetujui permintaannya untuk menggunakan toilet. Mereka hanya memberinya waktu 4 menit setiap kali ke toilet. Kadang-kadang, dia dipanggil kembali bahkan sebelum dia sampai di kamar kecil. Jika dia tidak berbalik cukup cepat, para narapidana menggunakan sikat yang penuh kotoran untuk menyodok pantatnya. Akibatnya, dia mengompol.

Bokong Qi membusuk dan berdarah setelah duduk di bangku selama berjam-jam. Keropeng terbentuk tetapi kembali terbuka dan membusuk lagi. Dia hanya diperbolehkan tidur empat jam sehari.

Selain menyiksanya seperti yang disebutkan di atas, para penjaga juga memutar video yang memfitnah Falun Gong tanpa henti dan memaksanya untuk menonton.

Selama ini penahanan Qi, setiap kali penjaga menganggapnya tidak patuh, mereka menyetrumnya dengan tongkat listrik atau memaksanya berdiri berjam-jam. Akibatnya, tungkai dan kakinya menjadi bengkak.

Ditangkap Dua Kali pada Tahun 2005

Petugas Liu dan atasannya Han Kefeng (wakil kepala Departemen Kepolisian Kota Laiwu) memimpin sekelompok agen dan menangkap pria Qi pada tanggal 30 September 2005.

Salah seorang petugas menyeret Qi di tanah dengan borgolnya sejauh lebih dari 200 yard. Borgol itu menusuk jauh ke dalam pergelangan tangannya dan sebagian besar kulit terkelupas dari bahunya. Darah membasahi bagian depan kemejanya.

Ketika polisi membawanya ke pusat penahanan setempat, penjaga tidak memberikan perawatan medis apa pun atas luka-lukanya. Lukanya membusuk dan mengeluarkan nanah. Narapidana lain tidak tahan melihat luka-lukanya. Bekas borgol di pergelangan tangannya tidak hilang selama tiga tahun.

Setelah Qi dibebaskan, dia mendirikan kelas bimbingan belajar untuk membantu anak-anak praktisi setempat lainnya yang ditahan atau terpaksa tinggal jauh dari rumah. Petugas Liu mengetahui tentang kelas tersebut dan menggerebeknya, serta menyita semua perlengkapan sekolah. Kemudian, dia memimpin petugas lain untuk menginterogasi setiap anak dan pengasuh mereka, juga mengancam mereka untuk mengungkapkan siapa lagi selain Qi yang terlibat dalam menjalankan kelas bimbingan belajar.

Putrinya Dihukum Tiga Tahun Kerja Paksa pada Tahun 2005

Pada bulan November 2005, Putri Qi, Qi Xin, yang saat itu berusia sekitar 19 tahun, diwawancarai oleh pengacara hak asasi manusia, Gao Zhisheng. Dia menggambarkan penderitaan keluarganya di tangan rezim komunis.

Liu dan Han menangkap Qi tanpa memberitahu orang tuanya. Mereka tidak mengetahui dia ditangkap selama beberapa hari. Ketika mereka pergi ke pusat penahanan setempat untuk mengantarkan pakaian untuknya, mereka diberitahu bahwa dia dibawa ke Kamp Kerja Paksa Wanita Jinan untuk menjalani hukuman tiga tahun.

Istri Dihukum 2,5 Tahun Penjara Setelah Penangkapan pada Tahun 2019

Qi dan Chen ditangkap di rumahnya pada tanggal 16 Juli 2019 dan rumah serta toko mereka digerebek. Polisi menyita buku-buku Falun Gong mereka dan membawanya ke Pusat Penahanan Kereta Api di Kota Jinan.

Pasangan ini dipindahkan ke Pusat Penahanan Kota Laiwu pada tanggal 27 Juli 2019. Qi sakit parah saat itu dan gagal dalam pemeriksaan medis yang diwajibkan di Rumah Sakit Pusat Laiwu. Dia dibebaskan dengan jaminan sedangkan Chen dimasukkan ke pusat penahanan.

Kejaksaan Distrik Laiwu mendakwa Chen dan meneruskan kasusnya ke Pengadilan Distrik Laiwu pada tanggal 13 Januari 2020.

Pada bulan Februari 2020, kedua anaknya mengajukan permintaan agar dia dibebaskan dengan jaminan, namun Kejaksaan Kota Jinan, yang mengawasi Kejaksaan Kota Laiwu, mengabaikan permintaan mereka.

Pengadilan Kota Laiwu mengadili Chen pada tanggal 1 September 2020, namun tidak mengizinkan pembela keluarganya untuk mewakilinya di pengadilan. Dia dijatuhi hukuman 2,5 tahun dan denda 5.000 yuan pada tanggal 24 November 2020.

Qi terpaksa tinggal jauh dari rumah ketika Chen dijatuhi hukuman. Kemudian, dia kembali ke rumah pada sekitar tanggal 1 Juli 2021 dan terlihat oleh polisi yang sedang memantau kamera pengintai. Mereka segera tiba dan mengepung gedung apartemennya.

Qi menggunakan tali untuk turun dari apartemennya di lantai empat. Talinya putus dan kakinya terluka. Seseorang yang baik hati membantunya sebelum polisi datang.

Saat terjadi kebuntuan, putranya datang tetapi tidak bisa masuk ke dalam karena ada polisi di sana. Pemuda itu mengecam polisi karena menganiaya warga negara yang taat hukum. Setelah itu mereka mulai mengikutinya.

Chen dibebaskan pada tanggal 15 Januari 2022.

Laporan Terkait dalam bahasa Mandarin:

屡遭中共迫害 济南市亓英俊面临不法庭审

Laporan Terkait:

Empat Warga Shandong Dijatuhi Hukuman karena Keyakinan Mereka

Kota Jinan, Provinsi Shandong: Delapan Praktisi Falun Gong Ditangkap, Tiga Tetap Dalam Penahanan