(Minghui.org) Dirayakan oleh sebagian besar negara Asia, Festival Pertengahan Musim Gugur adalah saat ketika keluarga berkumpul kembali dan merayakannya bersama orang yang mereka cintai. Festival ini sangat menyedihkan bagi sekelompok anak muda karena orang tua mereka dipenjara karena penganiayaan terhadap Falun Dafa oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), membuat reuni keluarga menjadi mustahil bagi mereka.

Praktisi muda Falun Dafa ini tumbuh di lingkungan kultivasi dan belajar menempa karakter mereka (xinxing) dan menghadapi ujian besar dengan tenang. Dengan semakin dekatnya Festival Pertengahan Musim Gugur, mereka ingin mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Guru Li Hongzhi, pencipta Falun Dafa, atas bimbingan dan ajarannya, yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan diri mereka sendiri di tengah kesulitan dan menjadi orang yang tangguh dan jujur.

Praktisi muda di Toronto mengucapkan selamat Festival Pertengahan Musim Gugur kepada Guru.

“Arus yang jernih di dunia yang keruh ini”

Stacy berterima kasih kepada Guru dan mengucapkan Selamat Festival Pertengahan Musim Gugur.

Stacy, lahir tahun 1994, bertubuh lemah dan sering mengalami demam tinggi saat masih kecil. Dia sering harus minum obat dan mendapat suntikan. Orang tuanya harus bekerja di kota lain, jadi dia tinggal bersama seorang bibinya. Ketika Stacy berusia tujuh tahun, bibinya jatuh sakit parah, meninggalkannya sendirian dan tidak berdaya. Saat itu, seorang bibi yang lebih tua baru saja mulai berlatih Falun Dafa. Dia baik hati dan menawarkan untuk merawat Stacy. Bibi ini menjadi seperti ibu bagi Stacy.

Setiap malam, Stacy tidur di samping bibinya dan mendengarkan dia membaca Zhuan Falun (buku utama Falun Dafa). Stacy mengenang, “Ketika saya masih kecil, saya mudah tersinggung, sulit diatur, dan egois. Namun setelah saya mendengarkan Zhuan Falun, saya belajar menjadi baik dan toleran. Saya bersedia berbagi buku dengan anak-anak lain dan saya membantu bibi saya mengerjakan pekerjaan rumah. Saya tidak lagi lemah dan sakit-sakitan, saya menjadi kuat dan sehat.”

Ketika Stacy berusia tiga belas tahun, dia pergi tidur lebih awal pada suatu malam karena dia ada ujian akhir keesokan harinya. Di tengah malam, dia terbangun oleh suara gaduh. Dia membuka matanya dan melihat bibinya diborgol dan dipegang oleh dua petugas polisi. Stacy ketakutan dan menangis.

“Saya membenci polisi dan mengira mereka adalah orang jahat yang menyakiti bibi saya. Saya pikir mereka akan mendapat balasan. Belakangan, melalui kultivasi, saya menyadari bahwa Guru mengajari saya untuk memiliki kebaikan dan belas kasih. Saya belajar untuk melepaskan kebencian dan melawan penganiayaan ini dengan pola pikir damai.” Stacy mengatakan dia memberi tahu teman-teman sekelasnya fakta sebenarnya tentang penganiayaan Falun Dafa, berharap mereka bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dia juga membagikan materi klarifikasi fakta, CD, dan membuat stiker klarifikasi fakta.

Teman sekamar Stacy di kampus bersikap acuh tak acuh dan sarkastik, sehingga menyulitkan orang lain untuk mendekatinya. Namun, Stacy mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia adalah seorang praktisi, jadi dia harus baik kepada orang lain. Dia dengan tulus baik kepada teman sekamarnya dan berteman dengannya. Seiring waktu, kepribadian teman sekamarnya menjadi ceria dan suka membantu seperti Stacy.

Teman sekamarnya memberi tahu Stacy bahwa dia menjadi agresif karena dia dirundung di sekolah ketika masih kecil. Kebaikan Stacy, tanpa meminta imbalan apa pun, itulah yang menyentuh dan mengubah dirinya.

Stacy berkata, “Karena saya berlatih Falun Dafa, saya belajar memperlakukan orang lain dengan baik. Setelah menyadari bahwa kekuatan kebaikan dapat mengubah orang-orang di sekitar saya, saya menjadi lebih bertekad untuk mengultivasi diri sendiri.”

Sebagai seorang murid muda yang telah berlatih selama lebih dari 20 tahun, Stacy berkata, “Rahmat Guru sungguh besar dan tak terlukiskan. Dunia sedang kacau, dan banyak orang tersesat dan terbawa arus. Hanya karena saya berlatih Falun Dafa maka saya mampu melawan arus dan menjadi arus jernih di dunia yang keruh ini.”

“Guru membantu saya menemukan jalan pulang”

Hannah mengucapkan selamat Festival Pertengahan Musim Gugur kepada Guru.

Hana adalah seorang mahasiswa. Ketika dia masih di taman kanak-kanak, dia secara pribadi mengalami penganiayaan. “Rumah kami digeledah,” kenangnya. “Saya hanya ingat kekacauan di tanah, tangisan adik perempuan saya, ketidakberdayaan ibu saya, dan momen menyaksikan polisi jahat menyeret ayah saya keluar rumah. Dia mengenakan pakaian tipis dan mereka bahkan tidak mengizinkannya memakai sepatu.”

Hannah tidak bertemu ayahnya selama dua tahun. Ibunya berulang kali mengunjungi pihak berwenang, berusaha agar ayahnya dibebaskan dari kamp kerja paksa, sementara Hannah dan saudara perempuannya dirawat oleh bibi dan nenek mereka.

Setelah ayahnya dibebaskan dari kamp kerja paksa, pihak berwenang setempat tidak pernah berhenti memantau keluarga Hannah. “Orang-orang memperhatikan kami. Ada kamera di dalam lift, dan penjaga keamanan di pintu masuk subdivisi menanyai kami setiap kali kami keluar atau pulang ke rumah; mereka terus-menerus mengingatkan kami bahwa penganiayaan masih berlangsung,” kata Hannah.

Karena lingkungan yang keras di Tiongkok, orang tua Hannah memutuskan untuk membawa kedua putrinya ke Kanada ketika Hannah hendak masuk sekolah menengah pertama. Namun, PKT menolak mengeluarkan paspor untuk ayah Hannah. Hannah sudah hampir delapan tahun tidak bertemu ayahnya.

Hannah selalu percaya bahwa Dafa adalah lurus, bukan hanya karena ajaran dan teladan yang diberikan oleh orang tuanya tetapi juga karena dia secara pribadi telah merasakan keajaiban dan keindahan Dafa. Saat duduk di bangku kelas delapan, ia mengikuti Kontes Matematika Gauss yang diadakan di Universitas Waterloo. “Saya baru saja menghadiri perayaan Hari Falun Dafa Sedunia di Ottawa dan kembali ke Toronto malam itu. Saya masih mengantuk sebelum ujian. Beberapa pertanyaan terakhir dalam tes tersebut memberikan tantangan bagi saya.”

Dia selalu melafalkan “Falun Dafa baik, Sejati, Baik, Sabar baik,” dan meminta bantuan Guru ketika dia menghadapi masalah yang tidak dapat dia selesaikan. Hannah melakukan hal yang sama kali ini. Dengan berkah Guru, dia mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tanpa diduga, dia memenangkan tempat pertama.

“Terima kasih, Guru, karena membantu saya menemukan jalan pulang di dunia yang luas ini,” kata Hannah.

“Kultivasi membuat saya cerah dan ceria”

Gilbert mengucapkan selamat Festival Pertengahan Musim Gugur kepada Guru.

Lahir pada tahun 1996, Gilbert baru berusia satu tahun ketika dia dan ibunya mendengarkan rekaman ceramah Fa Guru. Dia mulai belajar membaca ketika berusia tiga tahun, tetapi dia merasa kesulitan dan tidak dapat mengenali karakter. Namun, ketika ibunya mengajarinya membaca Zhuan Falun, dia menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Di usianya yang masih belia, ia sudah bisa membaca keseluruhan buku.

Penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada tahun 1999. Gilbert baru berusia empat tahun ketika dia dan ibunya melakukan perjalanan ke Beijing pada tahun 2000 untuk mengajukan permohonan kepada pemerintah. Mereka ditangkap dan dipisahkan. Polisi mengembalikannya kepada ayahnya, namun ibunya ditahan di Beijing.

Setelah itu, ibu Gilbert berulang kali ditangkap. Polisi dan orang-orang dari komite lingkungan mengetuk pintu rumah mereka dan mengganggu mereka. Ayahnya harus meminta kerabatnya untuk merawat Gilbert. Dia selalu mengkhawatirkan ibunya.

Gilbert mengenang, “Ketika saya berumur delapan tahun, ibu saya melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan ilegal. Dia dibebaskan ketika hidupnya dalam bahaya. Saya menjadi depresi. Meskipun penganiayaan sangat parah dan saya ketakutan, saya memahami arti hidup. Saya tidak pernah berpikir untuk berhenti berlatih Falun Dafa dan saya selalu percaya pada Guru dan Dafa.”

Ketika Gilbert berusia dua belas tahun, dia mulai mengambil tanggung jawab melebihi usianya dan mulai memberikan dukungan teknis (komputer) bagi praktisi Dafa. Dia menunjukkan kepada mereka cara mengunduh dan mencetak materi klarifikasi fakta. Dia mengatakan dibutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk mengajari praktisi lanjut usia menggunakan komputer dan merawat printer. “Guru mengajarkan kita untuk mencari ke dalam,” kata Gilbert. “Jadi, saya tidak lagi mencari ke luar dan mengeluh tentang pelupanya praktisi atau betapa lambatnya mereka. Sebaliknya, saya mendapati bahwa saya tidak sabar. Saya memutuskan bahwa proses mengajar adalah ujian bagi karakter saya dan saya dengan sabar mengajari praktisi tua.”

Ketika dia berumur sembilan belas tahun, Gilbert datang ke Kanada untuk kuliah. Tahun lalu, Gilbert mulai bekerja di sebuah perusahaan media yang dijalankan oleh praktisi. “Saya bertemu dengan praktisi muda lainnya. Mereka semua polos, lincah, dan ceria. Saya menyadari bahwa inilah keadaan pikiran yang seharusnya saya miliki. Orang-orang yang mengenal saya sebelumnya tidak percaya ketika mereka melihat saya lagi. Dulu saya sedih, tapi sekarang saya selalu tersenyum.

“Saya dengan hormat mengucapkan selamat Festival Pertengahan Musim Gugur kepada Guru! Saya akan hidup sesuai dengan kebaikan Guru dan berlatih dengan tekun.”