(Minghui.org) Mengakses situs web luar negeri selama beberapa minggu terakhir ini sangatlah sulit. Seorang praktisi lain mengatakan hal yang sama. Secara kebetulan kami dapat membuka satu atau dua halaman web, tetapi bukan situs web Minghui.

Saya mencoba lagi suatu hari, dan akhirnya berhasil! Ketika saya bergegas mengunduh Mingguan Minghui edisi-edisi sebelumnya saat saya tidak bisa mengaksesnya, saya melihat ada email pengumuman dari Dewan Redaksi Minghui, yang merekomendasikan praktisi di Tiongkok untuk menonton versi lengkap dari film “Once We Were Divine.” Email ditutup dengan pesan “tetaplah gigih maju!”

Kami sangat terdorong dengan pesan dari Dewan Redaksi Minghui. Meskipun ada banyak masalah dengan internet, kami mengunduh film versi 2 jam 50 menit tanpa masalah. Saya membuat beberapa salinan bagi rekan praktisi lain dan menontonnya sendiri tiga kali. Saya sangat merasakan manfaatnya.

Ketika saya menonton film untuk pertama kalinya, saya demikian terkesan dengan adegan megah pertarungan antara dewa dan iblis sehingga saya sedikit memperhatikan detil lainnya. Namun, saya mengingat bahwa sangatlah meyakinkan ketika Song Guangming memberi tahu orang-orang tentang Falun Gong, dan itu sangatlah membantu saya.

Contoh: ketika Zhao Haifeng menulis artikel yang memfitnah Falun Gong, Song mencoba menghentikannya. Zhao mengabaikannya dan berkata, “Hanya karena kamu melakukan Falun Gong, bukan berarti saya harus memujinya pula.”

Song menjawab, “Saya tidak memintamu untuk memuji, hanya memintamu berbicara fakta sesungguhnya.”

Kata-katanya sangat menyentuh saya. Bicara tentang Falun Gong seperti ini dapat menginspirasi orang-orang yang memiliki nurani, karena banyak orang akan mengakui dan menghargai ketulusan hati orang.

Ada juga adegan di mana dua petugas keamanan menangkap Song ketika dia sedang membagikan materi klarifikasi fakta. Apa yang dikatakan Song kepada petugas yang lebih muda, telah mematahkan pemikiran ateis pemuda tersebut, sementara apa yang dikatakan Song kepada petugas yang lebih tua membalikkan kesalahpahamannya bahwa Partai Komunis telah berubah baik.

Cara Song menjelaskan fakta kebenaran adalah wajar dan mudah diterima orang lain. Jadi saya menonton film itu untuk kedua kalinya untuk mempelajari lebih lanjut. Kali ini, saya juga memperhatikan percakapan antara Wumi Sang Bijak dan Yu’er ketika Wumi berkata, “Hanya di sini kamu dapat melihat apa yang ingin kamu lihat.”

Saya menyadari dari perkataannya bahwa apa pun yang terjadi di alam manusia, betapapun sepelenya, bukanlah suatu kebetulan. Mereka yang terkekang oleh Rantai Pengikat Hati adalah mereka yang terlambat datang, mereka yang tersesat, dan mereka yang menyimpang ke jalan iblis. Seseorang dapat memutus rantai ini hanya dengan mengandalkan pikiran sejatinya dan memahami fakta kebenaran.

Ketika Song hendak dibunuh demi organ tubuhnya, dia memikirkan istri dan putrinya dan hampir menyerah. Namun kemudian dia menyadari bahwa dia belum menunaikan misinya, jadi dia tidak bisa pergi begitu saja. Ketika pikiran lurusnya menguat, segalanya berbalik secara ajaib. Adegan ini juga sangat membantu saya. Lagi pula, ketika seorang pengikut mempunyai pikiran lurus yang kuat, Guru Li (pencipta Falun Gong) mempunyai cara untuk menyelesaikan apa pun!

Saat saya menonton film tersebut untuk ketiga kalinya, saya lebih memperhatikan adegan-adegan yang terjadi di alam surga, dan saya melihat bahwa Dewa Laut (Zhao Haifeng di dunia manusia) dan Raja Cahaya (Song Guangming di dunia manusia) memiliki tujuan yang berbeda ketika mereka turun ke bumi.

Raja Cahaya bersumpah sebelum turun ke dunia manusia: “Kami bersumpah untuk menjunjung moralitas di tengah kekacauan, untuk menyelamatkan makhluk hidup di saat bahaya. Bersatu kita turun, bersatu kita akan pulang ke alam surga.”

Namun, Dewa Laut berkata, “Keberhasilan dalam upaya ini akan membawa pahala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya... Jika saya gagal, saya tidak akan pulang ke surga!” Karena dia turun ke alam manusia untuk mendapatkan pahala besar, keegoisannya telah terungkap sebelum dia pergi. Akibatnya, dia semakin tersesat saat berada di dunia manusia dan berkata beberapa kali, “Saya hanya ingin membuat diri saya terkenal dan tidak menjalani hidup saya dengan sia-sia.” Saya memahami bahwa ini adalah salah satu alasan mengapa dia tidak dapat pulang kembali.

Di akhir film, saya menyaksikan gerakan isyarat tangan (shouyin) yang Raja dari Seluruh Raja gunakan ketika Dia memusnahkan dewa yang disebut “Kehancuran” di alam semesta lama. Saya tidak pernah terpikir bagaimana dahsyatnya shouyin, tidak hanya memusnahkan dewa “Kehancuran” tetapi juga mengubah prinsip hukum dari alam semesta lama.

Wumi Sang Bijak berkata di akhir film, “Kita dulu adalah dewa. Apakah anda dapat pulang ke jati diri yang sejati tergantung pada pilihan anda sendiri.”

Harapan saya adalah kita semua, praktisi dapat menunaikan misi kita dan berhasil pulang ke rumah sejati kita!

Catatan redaksi: Artikel ini hanyalah pemahaman penulis saat ini yang ditujukan untuk berbagi dengan sesama praktisi jadi kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” (“Berkultivasi Nyata,” Hong Yin I)