Oleh Grup Minghui

Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019

Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation

(Bagian 16)

(Lanjutan dari Bagian 15)

§9.2 Pelaku Utama Penganiayaan Lainnya

§§9.2.1 Luo Gan

Antara tahun 2002 hingga 2007, Luo Gan merupakan salah satu pemimpin tertinggi Tiongkok, menjabat sebagai anggota Komite Tetap Politbiro yang beranggotakan sembilan orang dan sebagai sekretaris Komite Hukum dan Politik (PLAC) Pusat, yang selama masa jabatannya menjadi salah satu lembaga politik paling kuat di Tiongkok dan birokrasi yang didanai dengan baik. Ia juga menjabat sebagai ketua Kelompok Pimpinan Utama untuk Menangani Masalah Falun Gong dari 2003 hingga 2007.

Antara 2001 hingga 2003, ketika penganiayaan paling parah, Luo Gan memberikan setidaknya delapan pidato publik yang berusaha untuk memaksa sistem politik dan peradilan Tiongkok untuk memasukkan Falun Gong sebagai “target serangan” terpenting. Genosida terhadap praktisi Falun Gong - kemudian dan masih berlanjut hingga sekarang - dilakukan secara terbuka dan sistematis.

Setiap kali Luo Gan memberikan pidato atau pergi ke suatu tempat untuk secara langsung mengawasi “perkembangan” setempat, penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong di daerah itu atau seluruh Tiongkok akan meningkat. Misalnya, pada 29 Agustus 2000, dua hari setelah Luo Gan berbicara di “Rapat Pertukaran Pengalaman dan Penghargaan Tugas Pendidikan dan Transformasi dari Kementerian Kehakiman” (juga dikenal sebagai “Pidato Transformasi”), Boxun News Net melaporkan, “Beijing berencana meningkatkan upaya untuk menganiaya Falun Gong dan memusnah-kannya dalam kurun tiga bulan.”

Bahkan setelah masyarakat internasional mengetahui bahwa retorika Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap Falun Gong adalah fitnah, dan meskipun terjadi peningkatan oposisi internal terhadap penganiayaan, Luo Gan masih memberikan pidato terbuka yang mendorong intensifikasi upaya untuk menganiaya Falun Gong. Di antaranya adalah pidatonya saat “Rapat Kerja Politik dan Peradilan Nasional” pada 7 Desember 2004; sebuah artikel yang diterbitkan di majalah Qiu Shi pada Februari 2005; dan pidato lainnya di “Pertemuan Majelis Pahlawan dan Teladan yang Berjasa dalam Pelayanan di Area Keamanan Publik Nasional” pada 25 Agustus 2005.

Pada September 2005, beberapa hari setelah Luo memberikan pidato publik, PKT mulai mengumpulkan dan menahan sejumlah besar praktisi Falun Gong di seluruh wilayah di Tiongkok. Banyak praktisi yang disiksa dengan kejam.

Luo berulang kali berbicara tentang apa yang disebut “[situasi] jangka panjang, rumit, dan sulit,” yang menunjukkan bahwa kampanye menindas Falun Gong akan berlangsung lama dan brutal. Misalnya, ia mengatakan bahwa kamp kerja paksa “harus melakukan pekerjaan yang mendalam dan menyeluruh pada pemikiran orang-orang,” mengacu pada instensifikasi pencucian otak paksa.

Untuk mencegah orang-orang yang sudah “diubah/ditransformasi” berlatih Falun Gong lagi di luar keinginan mereka, Luo berkata, “Kamp kerja paksa perlu membangun sistem komunikasi dan umpan balik yang teratur dengan tempat kerja yang memiliki praktisi Falun Gong. Ketika mereka [praktisi Falun Gong] dibebaskan, kantor komunitas dan pemukiman harus terus mengawasi 'pemikiran' mereka. Kamp kerja paksa harus membangun sistem komunikasi dengan tempat kerja para praktisi yang sudah 'berubah' untuk mendapatkan umpan balik secara teratur tentang apakah mereka berlatih Falun Gong lagi.”

Menurut pidato Luo, metode penganiayaan terperinci termasuk menggunakan praktisi Falun Gong yang sudah “berubah” agar bekerja sama dengan PKT untuk “mengubah” praktisi lain, serta mengembangkan metode, mengumpulkan serta menyebarkan pengalaman penganiayaan ke seluruh negeri.

§§9.2.2 Zeng Qinghong

Sebagai anggota Politbiro pengganti, sekretaris Sekretariat Komite Pusat PKT, dan kepala Departemen Organisasi PKT, Zeng Qinghong adalah salah satu pejabat teras pertama yang mendukung Jiang Zemin dalam menganiaya Falun Gong. Di tahap awal penganiayaan, Zeng menyebut “perjuangan” melawan Falun Gong sebagai ujian penting bagi Partai Komunis. Ia menggunakan wewenangnya sebagai kepala Departemen Organisasi, yang mengawasi anggota staf dalam jajaran PKT, untuk menekan pejabat lain agar berpartisipasi dalam penganiayaan.

Zeng adalah salah satu perencana rekayasa “insiden bakar diri di Lapangan Tiananmen” pada 23 Januari 2001 (lihat Lampiran 2). Antara 27 Januari hingga 1 Februari, Zeng mengunjungi Jiangsu, Hunan, dan provinsi lain untuk memfitnah Falun Gong berdasarkan berita hoax. Ia memerintahkan agar penindasan terhadap Falun Gong “dijadikan sebagai tugas penting yang harus dilakukan dengan cepat dan baik, tanpa keraguan sama sekali atau bersikap lunak.”

Pada 20 April 2001, pada konferensi nasional di Beijing tentang “pendidikan studi pemikiran” untuk para pejabat desa di daerah pedesaan, Zeng memuji teori politik Jiang Zemin “Tiga Wakil” dan sekali lagi meminta orang-orang di pedesaan untuk menindas Falun Gong.

Sebelum 1 Oktober 2001 (Hari Nasional PKT), Zeng Qinghong dan Luo Gan secara langsung memimpin “Operasi Badai No.3” yang menyebabkan gelombang penangkapan banyak praktisi Falun Gong. Sebagai bagian dari operasi ini, pemerintah pusat mengirimkan pakar jaringan komputer ke setiap provinsi untuk memantau dan menghalangi akses ke Minghui.org. Polisi untuk sementara mempekerjakan pemuda untuk memantau area publik, perumahan dan jalan-jalan di kota-kota besar sepanjang waktu. Akibatnya, sejumlah praktisi ditangkap.

Zeng secara langsung mengarahkan penganiayaan di beberapa daerah. Misalnya, antara 17 hingga 23 Januari 2001, ia dan Luo Gan pergi ke Provinsi Hunan. Luo pergi ke Kota Hengyang, dan Zeng pergi ke Kota Changsha (ibukota Provinsi Hunan). Dalam enam hari, lebih dari 1.600 praktisi Falun Gong ditangkap dan dibawa ke kamp kerja paksa di Hengyang, dan jumlah yang tidak diketahui ditangkap di Changsha.

Tiga bulan kemudian, pada akhir April 2001, Zeng Qinghong pergi ke Kota Hefei, Provinsi Anhui, di mana sejumlah besar praktisi ditangkap pada 29 dan 30 April atas arahannya.

§§9.2.3 Liu Jing

Sebagai mantan Wakil Menteri Keamanan Publik dan mantan pimpinan Kantor 610 Pusat, Liu Jing adalah salah satu pelaku utama penganiayaan di bawah Jiang Zemin. Liu merancang metode untuk memaksa praktisi Falun Gong melepaskan keyakinan mereka, memberi perintah kepada polisi untuk menembak dan membunuh praktisi di tempat, mengoordinasikan penangkapan massal terhadap praktisi, serta membantu mengatur rekayasa “insiden bakar diri di Lapangan Tiananmen” (lihat Lampiran 2) untuk memfitnah Falun Gong.

Dalam salah satu contoh pengembangan dan promosi metode untuk “mengubah” praktisi, Liu Jing secara langsung mengarahkan enam orang untuk bertindak sebagai praktisi Falun Gong, menyusup ke Kamp Kerja Paksa Masanjia, dan memanipulasi praktisi sejati yang ditahan di sana - agar melepaskan Falun Gong dengan mengarang dan menyalah-artikan ajaran Falun Gong. Liu Jing dan Luo Gan kemudian memberikan ceramah di seluruh provinsi agar kamp kerja paksa, pusat penahanan, dan penjara lainnya mengadopsi metode “transformasi/pengubahan” yang digunakan di Masanjia.

Sebelum Tahun Baru Imlek pada Februari 2002, Liu mengadakan pertemuan di Hotel Nanhu di Changchun, Provinsi Jilin, di mana ia mengkritik kurangnya efektivitas pemerintah provinsi dalam menindas praktisi dan memberi perintah untuk “dengan tuntas memusnahkan” Falun Gong. Kantor Keamanan Publik Changchun kemudian melakukan penangkapan besar-besaran terhadap praktisi selama beberapa malam berturut-turut. Petugas diberikan otorisasi menembak untuk membunuh praktisi yang ketahuan memasang poster atau menggantung spanduk Falun Gong.

Setelah praktisi menyiarkan informasi tentang penganiayaan dengan menginterupsi sinyal TV di Changchun pada 5 Maret 2002, Jiang Zemin memerintahkan agar para pelaku “dibunuh tanpa ampun.” Ia mengirim Luo Gan, Liu Jing, dan pejabat lainnya ke Provinsi Jilin beberapa kali untuk mengarahkan upaya penindasan di sana. Dalam penangkapan massal di seluruh provinsi di bulan yang sama, pihak berwenang di Changchun mengirim lebih dari 6.000 petugas polisi dan menangkap lebih dari 5.000 praktisi Falun Gong. Setelah disiksa di Changchun, mereka dipindahkan ke penjara di Provinsi Jilin dan terus dianiaya. Sedikitnya 6 praktisi terbunuh, dan 15 lainnya dijatuhi hukuman 4 hingga 20 tahun penjara.

Ketika Liu mewakili Tiongkok pada pertemuan Komisi Hak Asasi Manusia PBB tahun 2000 dan 2001, ia memfitnah Falun Gong dan menyangkal bahwa praktisi di Tiongkok telah ditangkap dan disiksa.

§§9.2.4 Zhou Yongkang

Zhou Yongkang ditunjuk untuk menggantikan Jia Chunwang sebagai Menteri Keamanan Publik pada 9 Desember 2002. Selama masa transisi, peran Zhou sebagai administrator baru dari “Kampanye Memukul Keras” terhadap Falun Gong ditekankan dalam laporan APA dan Reuters. Sebagai contoh, pada 9 Desember 2002, “Tiongkok Mendapat Menteri Keamanan Publik Baru,” APA (edisi Beijing) menerbitkan ulang pengumuman People's Daily tentang penunjukan Zhou pada jabatan tersebut, yang menekankan pada “Kampanye Memukul Keras” terhadap Falun Gong sebagai salah satu pencapaian utama mantan kepala polisi sebelum Zhou.

Pada 26 Desember 2002, dalam “Desakan Kepala Keamanan Publik Tiongkok atas Standar Tugas Penegakan Hukum yang Lebih Baik,” British Broadcasting Corporation (BBC) melaporkan pernyataan yang dibuat oleh Zhou saat telekonferensi. Antara lain, Zhou mendesak semua instansi keamanan publik di seluruh Tiongkok untuk, “khususnya, secara ketat menjaga dan ‘memukul keras’ aktivitas yang membuat masalah serta merusak yang dilakukan oleh kekuatan musuh di dalam dan di luar negara ini, [termasuk] organisasi sesat Falun Gong.”

Pada 28 Mei 2004, China News Service melaporkan pernyataan Zhou pada pertemuan urusan kementerian yang diadakan oleh Kementerian Keamanan Publik. Di antara topik-topiknya, “ia menekankan bahwa mereka harus mengambil langkah-langkah efektif lebih lanjut; ‘memukul keras’ kegiatan yang melanggar hukum dan kriminal... dan memperhatikan dengan teliti tren operasional kekuatan musuh internal dan eksternal, kekuatan teroris yang kejam, kekuatan pemecah belah etnis, kekuatan ekstremis agama, dan organisasi sesat seperti Falun Gong; mengambil tindakan pencegahan yang ketat; dan 'memukul keras' aktivitas mereka yang mengganggu dan merusak.” Partisipasi langsung Zhou dalam penganiayaan dilakukan terutama melalui manajemennya di Kantor 610. Polisi dan aparat keamanan (termasuk dari Kantor 610) yang menangkap, menahan, mencuci otak, dan menyiksa praktisi Falun Gong menerima perintah dari Kantor Keamanan Publik di tingkat provinsi dan/atau kotamadya, yang berada di bawah Kementerian Keamanan Publik di mana Zhou Yongkang menjadi penanggung jawabnya.

§§9.2.5 Li Lanqing

Sebagai kepala “Kantor 610 Pusat” yang pertama, Li Lanqing menggunakan bahasa penganiayaan Jiang Zemin, selain pengaruh ideologis dan statusnya sendiri untuk menerapkan kampanye Jiang “douzheng.” Misalnya, pada Februari 2001, pada Pertemuan Penghargaan Nasional, Li Lanqing memuji anggota pasukan keamanan Tiongkok karena menaklukkan Falun Gong dengan “douzheng” dan “transformasi.” Ia selanjutnya menginstruksikan para pemimpin Partai dan pemerintah di semua tingkatan untuk terus melakukan kampanye “douzheng” terhadap Falun Gong untuk memperkuat tingkat kepercayaan dan mencapai tujuan Partai Komunis. Li menjabat sebagai kepala Kantor 610 dari Juni 1999 hingga ia pensiun di bulan November 2002.

(Bersambung)

https://www.tiantibooks.org/collections/minghui-publications-featured/products/minghui-report-the-20-year-persecution-of-falun-gong-in-china-print?variant=40824205508713