Oleh Grup Minghui
Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019
Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation
(Bagian 14)
(Lanjutan dari Bagian 13)
§8.5 Tekanan pada Kalangan Bisnis di Luar Tiongkok
Sama seperti perusahaan asing yang beroperasi di Tiongkok, yang dipersenjatai oleh PKT untuk menyensor informasi tentang Falun Gong dan terlibat dalam praktik diskriminasi terhadap praktisi, beberapa perusahaan yang beroperasi di luar Tiongkok juga tunduk pada tekanan rezim untuk melindungi akses mereka ke pasar Tiongkok.
Kasus 1: Bangkok Marriott Membatalkan Kelas Latihan Falun Gong255
Selama konferensi kesehatan nasional di Bangkok pada 2003, manajer pusat kebugaran di Bangkok Marriott Resort & Spa di Royal Gardens Riverside mengundang Dr. Paitoon untuk mengajarkan latihan Falun Gong di hotel. Tiga minggu sebelum jadwal kelas yang telah disepakati, Dr. Paitoon menerima telepon dari manajer hotel, yang memberitahukan bahwa kelas tidak dapat dilanjutkan. Manajer mengakui bahwa manajemen hotel telah ditekan oleh kedutaan besar Tiongkok untuk membatalkan kelas tersebut.
Staf pusat kebugaran kemudian memberi tahu seorang jurnalis bahwa seorang tamu Tiongkok menyampaikan keluhan tentang kelas Falun Gong dan beberapa orang Thailand juga memiliki kesalahpahaman terhadap Falun Gong setelah dipengaruhi oleh media Tiongkok di Thailand.
Kasus 2: Ahli Akupunktur Inggris Dipaksa Meninggalkan Pekerjaan Setelah Konsulat Tiongkok Menekan Klinik256
Zhao Liping, seorang dokter pengobatan Tiongkok tradisional dan seorang praktisi Falun Gong, dipekerjakan sebagai ahli akupunktur di sebuah klinik pengobatan Tiongkok di Edinburgh pada November 2002. Pada September tahun berikutnya, ia menerima surat dari manajer klinik yang memintanya untuk tidak berbicara tentang Falun Gong di klinik. Seminggu kemudian, dalam dialog dengan pimpinan klinik, Zhao menemukan bahwa klinik telah menerima surat peringatan dari konsulat Tiongkok di Edinburgh.
Zhao berkata, “Saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Saya seorang dokter pengobatan Tiongkok. Wajar bagi saya untuk memperkenalkan Falun Gong kepada pasien saya. Falun Gong secara efektif membantu orang untuk mendapatkan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, dan itu adalah fakta yang telah diketahui banyak orang. Saya telah berlatih Falun Gong selama bertahun-tahun dan mendapat banyak manfaat dari kultivasi saya. Saya pasti akan diberhentikan dari pekerjaan jika saya menyebutkan Falun Gong di tempat kerja di Tiongkok. Tetapi yang sangat mengejutkan saya, hal semacam ini terjadi di Inggris.”
§8.6 Penyusupan ke Institusi Akademik
PKT telah hadir di banyak universitas dan sekolah Barat untuk mengekspor ideologinya serta memperluas pemantauan dan apa yang disebut “pertempuran melawan Falun Gong” dan kelompok sasaran lainnya di seluruh dunia. Rezim dengan demikian mampu melakukan penganiayaan terhadap Falun Gong melalui kendalinya atas Institut Konfusius dan asosiasi mahasiswa Tiongkok, serta dengan menekan universitas untuk mematuhi penyensoran dengan menggunakan ancaman dan kepentingan ekonomi.
§§8.6.1 Institut Konfusius
Sepanjang kekuasaannya, PKT senantiasa mencela Konfusianisme, salah satu pilar budaya Tiongkok tradisional, khususnya selama Revolusi Kebudayaan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, rezim telah mendirikan “Institut Konfusius” di kampus-kampus universitas di seluruh dunia. Pada tahun 2013, 440 Institut Konfusius telah dibuka di 120 negara, dan 646 Kelas Konfusius beroperasi di sekolah dasar dan menengah.
Bukannya memperkenalkan budaya Tiongkok tradisional dan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh Konfusius, institut ini telah digunakan oleh PKT untuk mengekspor ideologi komunisnya atas nama pendidikan budaya dan bahasa sebagai bagian dari kampanye “front persatuan” untuk menyusup ke masyarakat Barat.257 Instruktur di Institut Konfusius disaring secara ketat oleh otoritas komunis Tiongkok dan diharuskan mengarahkan diskusi kelas untuk mempromosikan kebijakan PKT terhadap topik-topik seperti hak asasi manusia dan Falun Gong.
Seorang mahasiswa mengenang pengalamannya di Institut Konfusius Sofia di Bulgaria, “Saya sama sekali tidak memahami apa pun tentang ajaran filsuf Tiongkok Konfusius, saya juga tidak memahami filosofi Timur, melainkan merasakan… semangat Partai [Komunis].”258
Semakin banyak universitas dan distrik sekolah memutuskan untuk menutup Institut Konfusius mereka setelah mengetahui ada agenda yang tersembunyi. Misalnya, Toronto District School Board (TDSB), dewan sekolah terbesar Kanada, memutuskan untuk mengakhiri perjanjiannya dengan Institut Konfusius pada 2014. Michel Juneau-Katsuya, mantan kepala Asia-Pasifik untuk Badan Intelijen Keamanan Kanada, mengatakan kepada TDSB, “Ada informasi yang tersedia bagi publik yang menyatakan dengan jelas bahwa lembaga kontra-intelijen Barat telah mengidentifikasi Institut Konfusius sebagai agen mata-mata yang digunakan oleh pemerintah [Tiongkok] dan dipekerjakan oleh pemerintah [Tiongkok].” Pengawas TDSB Pamela Gough mengutip “hubungan langsung antara Institut Konfusius dan Partai Komunis Tiongkok” yang menjadi keputusan para pengawas. Ia menambahkan, “Mereka sangat tidak nyaman dengan kurangnya kebebasan berbicara dari guru-guru tamu yang direkrut di Tiongkok.”259
Pada tahun yang sama, lebih dari 100 anggota fakultas di University of Chicago menandatangani surat yang mendesak pimpinan universitas agar membatalkan kontrak universitas dengan Hanban, kantor pusat Institut Konfusius. Surat itu menyatakan, “Masalah dasarnya adalah ini benar-benar semacam pengaturan yang tidak wajar di mana sebuah institusi di luar universitas, institusi yang kuat, dan memiliki kepentingan besar pada apa yang diajarkan [di universita kita], pada dasarnya memengaruhi siapa yang mengajar dan apa yang diajarkan dalam nama [univeritas] kita dan di dalam kurikulum kita.”
The Canadian Association of University Teachers (CAUT) mengeluarkan resolusi pada Desember 2013 untuk mengakhiri semua hubungan dengan Institut Konfusius karena pengaruh besar PKT terhadap Institut. James Turk, Direktur Eksekutif CAUT mengatakan, “Melalui penyelenggaraan Institut Konfusius, universitas dan perguruan tinggi Kanada telah mengorbankan integritas mereka sendiri dengan mengizinkan Dewan Internasional Bahasa Tiongkok untuk memiliki suara dalam sejumlah masalah akademik, seperti kurikulum, buku pelajaran, dan topik diskusi kelas. Campur tangan semacam itu merupakan pelanggaran mendasar terhadap kebebasan akademik.”260
§§8.6.2 Chinese Students and Scholars Associations (CSSA)
Banyak asosiasi mahasiswa Tiongkok di kampus-kampus universitas didanai dan dikendalikan oleh kedutaan atau konsulat Tiongkok, yang mengarahkan asosiasi untuk mengganggu acara yang diadakan oleh praktisi Falun Gong, dan mereka merekrut mahasiswa Tiongkok untuk mengancam dan memata-matai praktisi. Contoh: Seksi Pendidikan Konsulat Tiongkok di Sydney, ditugaskan untuk mendorong mahasiswa Tiongkok agar mencemarkan nama baik Falun Gong di universitas mereka, memberikan materi-materi propaganda anti-Falun Gong kepada asosiasi mahasiswa Tiongkok, “mengerahkan mahasiswa internasional untuk terlibat dalam pertempuran yang ditargetkan” melawan praktisi Falun Gong ketika mereka mengadakan acara pada kegiatan khusus, dan merekrut siswa yang “dapat diandalkan” untuk “membantu [konsulat] memahami situasinya.”261
›8.6.2(a) Memanipulasi Pemilihan untuk Mengangkat Presiden Asosiasi yang Pro-PKT
Konsulat Tiongkok biasanya memenangkan hati para pemimpin asosiasi mahasiswa Tiongkok dengan memberi mereka keuntungan pribadi, seperti mengundang mereka ke pertemuan di konsulat, meminta mereka untuk mengatur panitia penyambutan ketika pejabat Tiongkok mengunjungi daerah mereka, serta memperkenalkan mereka kepada para pemimpin politik dan bisnis di Tiongkok dan di komunitas Tionghoa di luar negeri.262 Pejabat konsulat juga diketahui memanipulasi pemilihan asosiasi ini dengan memobilisasi mahasiswa untuk mendukung kandidat pro-PKT yang disukainya dan menyerang kandidat lawan.
Sebelum pemilihan Presiden CSSA 2004 di Universitas Minnesota, dua staf seksi pendidikan di konsulat Tiongkok di Chicago mengundang lebih dari sepuluh anggota komite tetap CSSA untuk jamuan makan malam, termasuk dua praktisi Falun Gong, Wang Xiaodan dan Chi Xuedong. Salah satu pejabat kedutaan mencatat nama dan latar belakang setiap orang, universitas Tiongkok tempat mereka lulus, alamat rumah mereka di Tiongkok, detail tentang orang tua mereka, dan apakah mereka berencana untuk kembali ke Tiongkok di masa depan. Setelah Wang dan Chi pergi, pejabat lainnya memberi tahu para siswa, “Jika Falun Gong mengadakan kegiatan apa pun di universitas anda, anda harus memprotes dan berdemonstrasi menentangnya. Selama di AS, anda hanya bisa mengandalkan konsulat Tiongkok. Jika sesuatu terjadi pada anda di AS, hanya konsulat yang dapat mewakili anda.”
Wang Xiaodan mencalonkan diri sebagai presiden melawan seorang siswa bernama Li Ming. Pada hari pemilihan, lebih dari seratus siswa hadir, jumlah pemilih yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ketika Li Ming memberikan pidatonya, ia berkata, “Falun Gong sedang mencoba untuk menguasai CSSA.” Saat giliran Wang Xiaodan yang berbicara, beberapa siswa membuat keributan dan menggunakan bahasa yang tidak senonoh. Ketika seorang siswa yang tidak berlatih Falun Gong memilih Wang Xiaodan, ia langsung diserang dan dituduh sebagai “elemen Falun Gong yang paling tersembunyi di CSSA.” Li Ming akhirnya terpilih sebagai presiden. Sebelum pemilihan, Li pernah berkata bahwa alasan ia maju adalah untuk mencegah Wang Xiaodan terpilih karena Wang berlatih Falun Gong.
You Yunqing, Presiden CSSA untuk tahun 2002 dan 2003 dan anggota komite tetap pada 2004, berkata, “Semua ini diatur oleh konsulat Tiongkok. Malam sebelum pemilihan, konsulat Tiongkok memanggil setiap anggota komite CSSA.” Ia ingat banyak pemimpin mahasiswa mengatakan kepadanya bahwa mereka masih memiliki keluarga di Tiongkok dan tidak ingin keluarga mereka dilibatkan.263
›8.6.2(b) Mengganggu Falun Gong dan Kegiatan Hak Asasi Manusia Lainnya
Minghui telah melaporkan beberapa insiden di mana CSSA diarahkan untuk mengganggu simposium dan acara komunitas yang diadakan oleh praktisi Falun Gong.
Di Universitas Columbia, para pemimpin CSSA berusaha untuk mengganggu forum tentang pembunuhan rezim Tiongkok terhadap praktisi Falun Gong untuk mengambil organnya dan kemudian memposting propaganda anti-Falun Gong di situs web klub mahasiswanya. Setelah praktisi menghubungi administrasi universitas, fakultas, dan mahasiswa lain untuk membuat mereka sadar akan penganiayaan dan peran asosiasi mahasiswa Tiongkok dalam memfitnah Falun Gong atas nama PKT, CSSA terpaksa menghapus artikel-artikel fitnah dari situs webnya, dan para pemimpinnya diberi tahu agar tidak mengganggu kegiatan Falun Gong lagi karena tindakan mereka tidak dapat diterima di Amerika Serikat.264
Di Jerman, CSSA di Otto von Guericke University Magdeburg memposting di situs webnya, “Dengan dukungan departemen pendidikan di Kedutaan [Tiongkok], lembaran baru asosiasi mahasiswa Tiongkok telah dibentuk dengan Song Zheyang terpilih sebagai presiden.” Setelah praktisi Falun Gong berpartisipasi dalam festival mahasiswa, Song meminta seorang praktisi untuk memberikan rincian tentang kehidupan pribadinya. Tahun berikutnya, praktisi Falun Gong tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam festival karena presiden CSSA telah memberikan propaganda fitnahan PKT kepada penyelenggara festival dan memperingatkan penyelenggara bahwa konflik akan pecah di antara mahasiswa Tiongkok jika praktisi diizinkan untuk memperagakan latihan Falun Gong.
Asosiasi mahasiswa Tiongkok di universitas yang berbeda di wilayah yang sama telah diketahui saling meng-copy-paste kata-kata propaganda daring rezim komunis untuk menyerang Falun Gong dan menggunakan strategi yang sama untuk mengganggu acara yang sama,265 menunjukkan bahwa asosiasi tersebut dikoordinasikan secara terpusat.
›8.6.2(c) Merekrut dan Memaksa Siswa untuk Memata-matai Praktisi Falun Gong
Pada 2006, diplomat Tiongkok Wang Pengfei dipaksa meninggalkan Kanada setelah ia ditemukan telah membayar anggota asosiasi mahasiswa Tiongkok di Universitas Ottawa untuk mengumpulkan informasi tentang praktisi Falun Gong setempat. Zhang Lingdi yang tengah belajar di universitas, menerima email dari seseorang yang mengaku sebagai Xu, wakil presiden asosiasi mahasiswa Tiongkok di universitasnya.
Email tersebut mengatakan, “Asosiasi Mahasiswa Tiongkok dipimpin langsung oleh Kantor Pendidikan Kedutaan Besar Tiongkok di Kanada, dan kami mengawasi setiap gerakan yang anda lakukan.” Dalam email tersebut, Xu merujuk pada konferensi pers dan kegiatan lain yang diikuti Zhang untuk mencari bantuan guna menyelamatkan ayahnya, Prof. Zhang Kunlun, yang telah ditangkap secara ilegal karena berlatih Falun Gong di Tiongkok. Email tersebut juga mengatakan, “Menurut laporan dari mahasiswa dan penyelidikan oleh pemimpin Asosiasi Mahasiswa, anda masih seorang praktisi Falun Gong.” Kemungkinan sebagai taktik intimidasi, Xu lanjut memberikan informasi pribadi dan keluarga seorang praktisi di Ottawa secara rinci.266
Xu (pria, tidak ada kaitan dengan Xu di atas), seorang praktisi Falun Gong dan mantan wakil presiden CSSA di Florida Atlantic University (FAU), mengenang pengalamannya setelah penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada 1999:267
Presiden CSSA datang menemui saya dan mencoba membujuk saya untuk berhenti berlatih Falun Gong. Tentu saja saya menolak, dan saya memberitahunya fakta tentang Falun Gong. Pada akhirnya, ia berkata dengan canggung, “Jika kamu tidak berhenti berlatih, maka saya harus melaporkan kamu ke Konsulat Tiongkok di Houston. Mereka meminta nama kamu dari saya.”
Sejak saat itu, meskipun kami dulu berteman baik, ia selalu terlihat canggung saat bertemu dengan saya. Setelah praktisi Falun Gong mendaftar untuk berpartisipasi dalam Festival Pelajar Internasional dan diizinkan untuk memperagakan latihan Falun Gong di atas panggung, ia bertindak seolah-olah ia sedang menghadapi musuh berat. ia pergi menemui [administrasi] universitas dan penyelenggara acara beberapa kali untuk memicu perselisihan, mencoba mencegah kami untuk berpartisipasi. Ia bahkan berkata, “Kamu bisa melakukan ini karena kamu tidak ingin pulang ke Tiongkok lagi, tetapi saya masih memiliki orang-orang yang saya cintai di Tiongkok dan saya masih ingin pulang ke Tiongkok. Mereka mengatakan jika saya tidak melakukan hal-hal seperti ini, saya akan dilibatkan juga. Saya hanya bisa membebaskan diri dari masalah ini dengan melaporkanmu.”
§§8.6.3 Penyensoran Universitas Asing dengan Mengancam Pendapatan dari Siswa Internasional
Salah satu organisasi mahasiswa University of Technology Sydney (UTS) adalah Klub Meditasi Falun Dafa, yang menyelenggarakan Pameran Seni Internasional Sejati-Baik-Sabar pada April 2005 untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap penganiayaan Falun Gong di Tiongkok.
Buntut dari kegiatan ini, UTS ditekan oleh rezim Tiongkok, yang mengancam investasi universitas itu di Shanghai dan Hong Kong. Karena UTS merekrut banyak mahasiswa internasional dari Tiongkok setiap tahunnya, administrasi universitas pada awalnya memenuhi permintaan PKT dan menghapus informasi tentang Klub Falun Dafa dari situs web UTS selama beberapa hari.
Himpunan Mahasiswa UTS mengeluarkan resolusi pada Juni 2005 dan menulis surat kepada pimpinan universitas, menteri luar negeri dan menteri pendidikan Australia, dan pejabat lainnya sebagai protes atas perlakuan tidak adil terhadap kelompok Falun Dafa. Presiden Asosiasi Mahasiswa Michelle Sparks menulis dalam surat asosiasi kepada Menteri Luar Negeri bahwa, mengingat penganiayaan terhadap Falun Gong telah berlangsung lama, jika universitas tetap diam di tengah penganiayaan, itu sama saja dengan terlibat dalam kejahatan.
Karena UTS kemudian mengambil sikap untuk berprinsip dan menolak untuk menghapus Klub Falun Dafa dari situs webnya, rezim Tiongkok memblokir akses mereka ke situs web berbahasa Inggris universitas di Tiongkok. Menurut dugaan, telah diumumkan pada satu pertemuan dewan universitas di bulan Juni bahwa alasan utama universitas harus meningkatkan jumlah mahasiswa yang wajib membayar penuh biaya kuliah adalah karena situs webnya di Tiongkok tidak dapat diakses, yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dari mahasiswa internasional.268
§8.7 Membatasi Praktisi untuk Bepergian
Kasus 1: Konsulat Menolak Memperbarui Paspor Praktisi Tiongkok Kecuali Mereka Melepaskan Falun Gong
Bahkan ketika praktisi Falun Gong tinggal di luar negeri sebagai penduduk tetap atau mahasiswa, PKT secara rutin mencabut hak-hak dasar mereka dengan menolak pembaruan paspor Tiongkok mereka, secara efektif membuat mereka kehilangan kewarganegaraan. Dalam kasus ini, pejabat konsuler menolak untuk memberikan alasan penolakan. Ketika didesak, mereka menuntut praktisi menandatangani pernyataan yang mencela Falun Gong sebelum paspor mereka dapat diperbarui.
Li Qing, seorang mahasiswa Ph.D. di Universitas Stanford pada tahun 2004, mencoba untuk mendapatkan perpanjangan paspor dari konsulat Tiongkok sebagai persiapan untuk perjalanan akademis ke Jerman.269 Setelah menanyakan mengapa perpanjangan paspornya ditolak, direktur Bagian Paspor berkata, “Anda di sini untuk kegiatan yang menentang pemerintah...” ia menutup telepon tanpa menyelesaikan penjelasannya.
Setelah supervisor Li dan direktur mahasiswa internasional universitas menulis surat ke konsulat, ia diberikan janji temu dengan konsul. Namun, konsul meminta ia menandatangani pernyataan jaminan untuk tidak berlatih Falun Gong sebelum memperpanjang paspornya. Li menolak.
Sekretaris departemen Li mempertimbangkan untuk menyiapkan dokumen alternatif untuk memungkinkannya melakukan perjalanan ke Jerman dan masuk kembali ke AS, tetapi direktur mahasiswa internasional menganggap cara itu terlalu berisiko. Li menjelaskan kekhawatiran direktur:
Saya mungkin tidak memiliki masalah untuk meninggalkan Amerika, tetapi begitu saya dihentikan di bea cukai Jerman, saya mungkin akan dideportasi kembali ke Tiongkok. Karena nama saya berada di daftar hitam pemerintah Tiongkok sebagai praktisi Falun Gong, akan sangat mengerikan jika saya dideportasi kembali ke Tiongkok… Baik direktur maupun sekretaris meminta atasan saya untuk memastikan bahwa saya tidak akan pergi ke Jerman. Saya sangat tersentuh. Bagi orang-orang itu, saya hanyalah seorang mahasiswa asing yang baru mereka temui sekali. Kepedulian tulus mereka terhadap keselamatan pribadi saya sangat kontras dengan rekan senegara saya yang secara keji membuat saya menjadi pengungsi yang tidak dapat kembali ke rumah lagi.
Li kemudian mengingat:
Beberapa bulan kemudian, orang-orang dari Biro Keamanan Nasional memberi tahu keluarga saya di Tiongkok, “Negara sangat membutuhkan putri anda yang berbakat. Kami berharap ia akan pulang untuk melayani negara setelah ia menyelesaikan kuliahnya.” Ibu saya menjawab dengan marah, “Kalian bahkan tidak memperpanjang paspornya. Ia tidak memiliki kewarganegaraan lagi. Apa gunanya berbicara tentang melayani negara?” Orang-orang dari Biro Keamanan Nasional juga meminta keluargaagar membujuk saya untuk melepaskan latihan Falun Gong.
§8.8 Memaksa Praktisi Menjadi Mata-Mata untuk Rezim PKT
Banyak praktisi Falun Gong yang melakukan perjalanan ke Tiongkok telah diculik, diinterogasi, dan diperas untuk memata-matai praktisi lain setelah kembali ke luar negeri.
Kasus 1: Kembali ke Tiongkok untuk Menikah, Siswa yang Belajar di AS Ditangkap di Bandara Beijing
Saat melewati bea cukai di Bandara Internasional Ibu Kota Beijing pada 21 Mei 2013, Li Yue, seorang mahasiswa Tiongkok yang belajar di AS, ditangkap bersama dengan tunangannya oleh agen dari Kantor Keamanan Domestik Beijing. Pasangan itu telah berencana berkunjung ke kampung halamannya untuk menikah tetapi malah menghabiskan beberapa minggu pertama liburan mereka secara terpisah, diinterogasi oleh polisi. Di bawah tekanan dan intimidasi, Li Yue setuju untuk memata-matai rekan-rekan praktisi dan memberikan informasi tentang kegiatan Falun Gong sekembalinya ke AS. Setelah kembali ke Amerika, dia memutuskan untuk mengungkap pengalaman mengerikannya saat berada di Tiongkok.
Setelah penangkapannya, Li ditutup matanya dan dibawa ke sebuah apartemen yang digunakan untuk interogasi. Selama beberapa hari, agen menanyakan setiap detail tentang kegiatan Falun Gong yang dia ikuti di AS, konferensi berbagi pengalaman yang dia hadiri, dengan siapa dia pergi, dan di mana dia berdiri (perannya) dalam pawai Falun Gong. Mereka bertanya di teater mana Shen Yun akan tampil di daerahnya dan di hotel mana para pemain akan menginap. Agen juga menggeledah perangkat elektroniknya dan meminta dia memberikan kata sandi untuk akun Skype, QQ, email, dan Renren (jaringan media sosial Tiongkok), di mana mereka dapat mengidentifikasi dan memantau praktisi Falun Gong lainnya.
Sebelum membebaskannya, para agen menyuruhnya untuk kembali ke AS dan menghadiri kegiatan Falun Gong seperti biasa, tetapi mereka memintanya untuk melapor kepada mereka secara teratur menggunakan akun email khusus dan ponsel yang disediakan. Mereka mengatakan kepadanya bahwa mereka akan terus masuk ke akun media sosialnya untuk memantau praktisi lain. Mereka menginstruksikannya tentang bagaimana menanggapi pertanyaan orang lain tentang apa yang terjadi padanya di Tiongkok, karena penangkapannya telah dilaporkan di Minghui.org. Akhirnya, para agen memintanya untuk berjanji merahasiakannya, termasuk kepada keluarga dekatnya, mengancam akan memecat orang tuanya dari pekerjaan mereka jika dia mengungkapkan perannya sebagai informan. Setelah Li kembali ke AS, seorang agen dan petugas polisi menghubunginya melalui Skype dan memberinya tujuh tugas khusus untuk mengumpulkan informasi tentang praktisi lain.
Suami Li ditahan di Beijing selama tiga hari, dibawa kembali ke kampung halamannya di Langfang selama satu minggu, dan dipindahkan ke pusat pencucian otak.270
Kasus 2: Praktisi Inggris Dilecehkan oleh Agen Keamanan Negara Beijing
Liang Yunxiang (pria), praktisi Tiongkok yang tinggal di Inggris, pergi mengunjungi orang tuanya di Beijing pada 2010. Dia ditangkap dan diinterogasi selama tujuh jam. Pada akhirnya, para agen memaksanya untuk menulis pernyataan jaminan tidak akan pernah menghadiri kegiatan Falun Gong di luar negeri. Setelah kembali ke Inggris, ia menerima surat dari agen yang memerintahkannya untuk tetap berkomunikasi. Berikut petikan pengalamannya di Tiongkok:271
Seorang petugas bea cukai tampak gugup ketika dia membaca informasi di komputer setelah memasukkan data paspor saya. Dia berbicara dengan petugas lain, yang melakukan panggilan telepon. Semenit kemudian, saya “diperbolehkan” masuk ke Beijing.
Seorang pria dan seorang wanita, keduanya mengenakan kemeja hitam, mulai mengikuti saya.
Petugas keamanan negara membawa saya ke sebuah bangunan perumahan enam lantai bernama Tianzhulu di dekat Bandara Internasional Ibu Kota Beijing. Dua dari mereka bergantian menginterogasi saya. “Kegiatan apa yang anda ikuti di luar negeri?” "Di mana tempat-tempat latihan?" "Di mana orang-orang belajar bersama?" “Apakah anda mengenal anggota Tian Guo Marching Band?” “Apakah anda pernah pergi ke negara lain untuk menghadiri kegiatan Falun Gong?” Mereka juga ingin mengetahui nama-nama anggota Himpunan Falun Dafa di luar negeri dan nomor telepon praktisi di luar negeri.
Mereka menyebutkan nama beberapa praktisi di luar negeri yang berasal dari Beijing dan bertanya apakah saya mengenal mereka. Mereka bertanya kepada saya bagaimana saya tahu di mana dan kapan kegiatan akan diadakan, apakah saya mengenal praktisi di Tiongkok dan apakah saya bertemu mereka sejak saya kembali, apakah saya telah melaporkan situasi saya saat ini kepada praktisi di luar negeri, dan apakah saya warga negara Inggris.
Li, seorang kepala Biro Keamanan Negara, meneriaki saya sebelum saya mengatakan apa pun, mengatakan bahwa mereka tahu semua yang saya lakukan di luar Tiongkok dan bahwa saya sebaiknya berterus terang tentang apa yang saya lakukan. Dia mengatakan kepada saya bahwa jika saya tidak memberi tahu mereka kegiatan apa yang saya hadiri dan mereka harus menyebutkannya, maka akan ada konsekuensinya. Ayah saya memperingatkan saya sebelumnya bahwa jika saya tidak bekerja sama, mereka akan menyerahkan saya ke departemen kepolisian dan menempatkan saya di kamp kerja paksa. Saya sangat ketakutan.
Para agen membawa saya ke sebuah gedung kantor dekat Jembatan Guanyuan di Distrik Xicheng, Beijing. Kali ini, saya mengungkapkan nama beberapa praktisi. Saya juga memberi tahu mereka nomor ponsel kerabat saya di luar negeri dan alamat email saya.
Saya kembali ke Inggris pada 28 Agustus. Beberapa hari kemudian, seorang teman saya di Australia menelepon dan mengatakan bahwa dia telah menerima pesan teks yang melecehkan di ponselnya. Kemudian, seorang rekan kerja saya, yang juga seorang praktisi, kembali ke Tiongkok untuk urusan bisnis. Agen Keamanan Negara menemukannya dan memaksanya untuk menulis pernyataan jaminan. Saya kemudian menyadari bahwa agen dapat meretas email saya tanpa kata sandi saya.
Pada 8 Oktober 2010, saya menerima email ancaman dari seorang agen. Dia berkata bahwa jika saya menepati janji saya untuk tidak pernah menghadiri kegiatan Falun Dafa, mereka akan menepati janji mereka, dan Tiongkok akan selalu menyambut kedatangan saya. Selain itu, mereka ingin tetap berkomunikasi dengan saya.
Agen itu menelepon ayah saya pada Januari 2011 dan melecehkannya. Ketika kerabat saya di luar negeri kembali ke Tiongkok untuk berkunjung, agen Keamanan Negara berbicara dengannya dan memaksanya untuk mengungkapkan alamat saya di Inggris.
(Bersambung)
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2024 Minghui.org
Kategori: Buku-buku Minghui