(Minghui.org) Sepasang suami istri di Kota Chifeng, Mongolia Dalam, ditangkap pada 11 Mei 2024, karena keyakinan mereka pada Falun Gong. Sementara Zhang Fengxia dibebaskan dengan jaminan seminggu kemudian karena kondisi jantungnya yang parah, suaminya, Sun Xiaoming, tetap ditahan dan dijatuhi hukuman 2,5 tahun pada 28 Oktober 2024. Zhang, yang tidak hadir dalam sidang karena bersembunyi untuk menghindari penganiayaan, dimasukkan ke dalam daftar buronan polisi.
Saat terlantar, Zhang baru-baru ini menulis surat kepada pejabat yang terlibat dalam kasus tersebut, mendesak mereka untuk tidak menganiaya Falun Gong.
Zhang menceritakan bahwa setelah ia dan suaminya ditangkap pada 11 Mei 2024, polisi mengungkapkan bahwa mereka dapat membebaskan salah satu dari pasangan tersebut. Mengingat kesehatan suaminya yang buruk, ia meminta agar suaminya dibebaskan. Namun, saat menjalani pemeriksaan fisik di Pusat Penahanan Distrik Hongshan sekitar pukul 2 dini hari, ia ditemukan memiliki kondisi jantung yang parah dan dibebaskan dengan jaminan beberapa hari kemudian. Ia pergi menemui dokter dan direkomendasikan untuk operasi.
Masih berusaha menyelamatkan suaminya dan khawatir tentang kondisi keuangan keluarga mereka yang buruk, Zhang menolak operasi tersebut. Ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan latihan Falun Gong dan kondisinya membaik.
Selama enam bulan, ia bekerja keras untuk mencegah suaminya didakwa atau dijatuhi hukuman, tetapi semua usahanya sia-sia.
“Saya mengerti anda melakukan pekerjaan anda dan anda tidak dapat membuat keputusan dalam kasus-kasus seperti itu. Tetapi saya yakin anda masih memiliki keleluasaan untuk meringankan penganiayaan atau memberinya hukuman yang lebih ringan. Saya merasa sedih, melihat suami saya masih dihukum karena tidak melanggar hukum apa pun. Saya tidak percaya lagi pada sistem peradilan di Tiongkok dan saya terpaksa tinggal jauh dari rumah,” tulisnya dalam surat tersebut.
“Setelah bertahun-tahun, anda harus menyadari bahwa praktisi Falun Gong semuanya adalah orang baik dan telah dilatih oleh orang-orang di seluruh dunia. Saya mendesak anda untuk memikirkan mengapa kami masih berpegang teguh pada keyakinan kami meskipun menghadapi penganiayaan yang begitu parah di Tiongkok.”
Hidup Diperbarui oleh Falun Gong
Zhang berkata bahwa Sun dulunya berjuang melawan nekrosis kepala femoralis dan tidak dapat bekerja atau bahkan mengurus dirinya sendiri. Ia berjuang untuk mengurus Sun dan putra mereka yang masih kecil. Dari pada mengulurkan tangan membantu, mertuanya, yang tinggal serumah dengan mereka, malah mendesaknya untuk bekerja lebih keras. Putus asa, ia berlari kembali ke rumah orang tuanya dan berpikir untuk bercerai. Pada akhirnya, karena tidak ingin suaminya benar-benar kehilangan harapan dalam hidup, ia kembali ke rumah yang mereka tempati bersama orang tuanya.
Namun, kebenciannya terhadap mertuanya tidak hilang. Ia dan keluarganya pindah, meskipun itu berarti ia harus melakukan lebih banyak pekerjaan bertani sendiri.
Zhang menulis, “Hati saya tergetar ketika melihat mertua saya. Saya mengeluh setiap hari betapa saya menderita dan betapa tidak adilnya mereka memperlakukan saya. Saya juga mengeluh tentang ketidakmampuan suami saya untuk melindungi saya atau mengurus keluarga. Saya tidak mempertimbangkan perasaannya ketika saya mengucapkan kata-kata kasar itu. Ketika saya kehilangan kesabaran, saya terkadang memukul anak saya, meskipun saya menyesalinya setiap kali. Saya kelelahan dan hidup dalam keputusasaan. Saya belajar bermain mahjong untuk mencari hiburan. Saya ingin menjadi orang yang baik, tetapi pada kenyataannya, saya penuh dengan kebencian dan sifat iri hati. Dalam masyarakat saat ini dengan kemerosotan moral, saya tidak tahu ke mana saya akan pergi.”
Ketika dia dan suaminya kemudian membaca Zhuan Falun, buku utama Falun Gong, mereka kagum dengan ajaran yang lugas namun mendalam. Mereka memahami bahwa kemalangan dan penderitaan dalam hidup adalah akibat dari kesalahan diri sendiri di kehidupan sebelumnya dan seseorang harus menjadi orang baik, untuk kembali ke jati diri yang sejati dan asli.
“Falun Gong tidak hanya membuat suami saya bangkit kembali, tetapi juga melenyapkan kebencian saya dan memurnikan hati saya. Saya memahami makna sejati kehidupan seseorang.”
Dia merenungkan perilakunya dan menjadi lebih memahami mertuanya. Dia mengunjungi rumah mertuanya, dan bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana lagi.
“Jika saya tidak berlatih Falun Gong, mungkin saya akan membenci mertua saya sampai saya meninggal. Karena mentalitas bersaing saya, mungkin saya sendiri akan menderita banyak penyakit dan menjalani kehidupan yang menyedihkan. Tetapi Falun Gong mengajarkan saya bahwa saya harus menjalani hidup sebagai orang yang baik dan tetap positif serta ceria tidak peduli berapa banyak kesulitan atau ketidakadilan yang saya hadapi.”
Dengan kesehatan yang baik, Sun kembali bekerja dan diberi penghargaan sebagai “pekerja teladan.” Zhang juga memperoleh kepercayaan dan rasa hormat dari rekan-rekannya, yang dulu memiliki pandangan negatif terhadap Falun Gong karena propaganda rezim komunis. Beberapa orang berkata kepadanya, “Anda menunjukkan kepada saya kekuatan dari keyakinan sejati.”
Konsekuensi dari Penganiayaan
Zhang juga menulis dalam surat terbukanya bahwa selama penganiayaan 25 tahun terakhir dan masih berlanjut, banyak keluarga telah terpecah belah, dan banyak praktisi ditahan, dijatuhi hukuman, dan disiksa. Beberapa menjadi cacat dan beberapa meninggal.
“Ketika saya melihat orang-orang pergi berlibur atau menghabiskan waktu bersama keluarga mereka, saya iri pada mereka. Namun, menghadapi penindasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan bahaya ditangkap serta dipukuli sampai mati kapan saja, bagaimana saya bisa tidak takut atau tertekan. Sekarang saya terpaksa tinggal jauh dari rumah, tanpa tahu kapan saya bisa kembali. Saya mengkhawatirkan suami saya yang menjalani hukuman di penjara, orang tua saya yang sudah lanjut usia yang membutuhkan perawatan saya, dan putra saya yang baru saja menikah.
“Saya ingat saat membaca laporan tentang tanah longsor besar di jalan raya pada 1 Mei 2024. Saat itu gelap gulita dan mobil-mobil tidak dapat melihat apa yang ada di depan mereka dan jatuh dari jalan raya yang rusak. Sebuah keluarga yang terdiri dari lima orang memperhatikan situasi tersebut dan menghentikan mobil tepat waktu. Ketika sang ayah mencoba menghentikan mobil lain yang melaju, orang-orang itu mencaci-maki dia. Karena tidak ada jalan lain, dia berlutut di tengah jalan, sehingga menyelamatkan banyak orang. Saya sangat tersentuh ketika membaca kisahnya. Mereka bisa saja pergi, tetapi mereka tidak melakukannya, karena kebaikan hatinya tidak mengizinkan mereka pergi. Kebaikan hati dan keberanian seperti itulah yang kita butuhkan dalam masyarakat saat ini. Jadi, orang-orang berdiri di tepi jurang tanpa menyadarinya. Satu-satunya jalan keluar adalah kembali ke tradisi dan memulihkan moralitas. Ini juga alasan mengapa praktisi Falun Gong terus memberi tahu orang-orang tentang fakta kebenaran selama bertahun-tahun, meskipun kita sendiri sedang menghadapi bahaya.
“Sepanjang hidup, kita terus-menerus membuat pilihan yang berbeda, besar atau kecil. Kita mungkin dapat membuat kesalahan kecil. Tetapi dihadapan pilihan utama antara benar atau salah, hidup dan mati, membuat pilihan yang salah dapat membawa penyesalan abadi bagi kita. Jangan menjual hati nurani anda kepada uang atau kekuasaan. Kita semua berperan dalam masyarakat dan merupakan pilihan kita sendiri untuk memilih jalan mana yang akan ditempuh.
“Saya berharap tidak ada lagi praktisi Falun Gong yang akan menderita penganiayaan. Saya juga berharap semua orang baik hati diberkati dan menikmati kehidupan yang bahagia.”
Laporan Terkait:
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2024 Minghui.org