(Minghui.org) Untuk merayakan Tahun Baru 2025 dan berterima kasih kepada pencipta Falun Dafa, Guru Li Hongzhi, atas manfaat yang mereka terima dari latihan ini, praktisi melakukan latihan bersama di Taman Lumphini di Bangkok pada tanggal 22 Desember.

Dimulai pukul 06:00, mereka melakukan empat perangkat latihan berdiri diikuti dengan latihan perangkat kelima, meditasi. Mereka juga berfoto bersama dan mengucapkan selamat Tahun Baru kepada Guru Li Hongzhi.

Praktisi mengadakan kegiatan pada tanggal 22 Desember di Taman Lumphini di Bangkok.

Praktisi bermeditasi.

Menjadi Peduli terhadap Orang Lain

Beberapa praktisi berbicara tentang pengalaman kultivasi mereka, termasuk Ann, yang merupakan orang Tiongkok dan tinggal di Thailand. Usianya awal 40-an tahun, tetapi dia terlihat jauh lebih muda dan sangat sehat. Setelah seorang kerabat menemukan bahwa Falun Dafa dapat meningkatkan kesehatan jiwa dan raga seseorang, ia memberi tahu saudara perempuan Ann, yang kemudian merekomendasikan latihan tersebut kepada Ann.

Ann mulai berlatih Falun Dafa pada Hari Ibu tahun 2014 dan ia banyak berubah. Dengan tiga saudaranya, ia memiliki banyak hal yang harus diurus yang membuatnya sangat stres. Ia menjelaskan, “Saya mengkhawatirkan banyak hal dan saya sering kesal. Falun Dafa membantu saya menjadi tenang dan positif.”

Ia mengatakan bahwa prinsip Sejati-Baik-Sabar mengajarinya untuk mempertimbangkan orang lain. Ia belajar untuk mendengarkan orang tua dan tiga saudaranya terlebih dahulu sebelum membuat keputusan. Hubungan keluarga mereka membaik dan saudara kandungnya menjadi akrab satu sama lain. Karena itu, empat anggota keluarga lainnya mulai berlatih Falun Dafa.

Karena stres, Ann biasa minum minuman beralkohol setiap kali ia merasa frustrasi dan menjadi kecanduan. Ia harus minum setiap hari atau tangannya gemetar. Setelah ia mulai berlatih Falun Dafa, ia berhenti minum dan berjudi. Ia menjelaskan, “Itu kebiasaan buruk. Saya ingin mengikuti kata-kata Guru Li Hongzhi untuk menjadi orang yang lebih baik.”

Berbicara tentang penganiayaan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), Ann mengatakan bahwa ia merasa tidak enak karena praktisi di Tiongkok menderita. Dari pengalamannya, ia tahu bahwa Falun Dafa adalah benar dan penindasan itu salah. Ia sering menemukan kesempatan untuk memberi tahu orang-orang, baik warga Thailand maupun Tiongkok, fakta tentang Dafa dan membantah propaganda fitnahan PKT.

Gangguan Berkelanjutan Setelah Penahanan Ibu

Meskipun penganiayaan terjadi di Tiongkok, praktisi di Thailand juga merasakannya. Ma (nama samaran) mengatakan bahwa ibunya dipenjara di Tiongkok karena berlatih Falun Dafa.

Lahir pada tahun 1992, Ma mulai berlatih Dafa bersama orang tuanya saat ia masih kecil. Keluarga mereka bahagia karena semua orang peduli terhadap orang lain. Namun, tak lama setelah penganiayaan dimulai pada tahun 1999, ayahnya ditahan dan kemudian meninggal pada tahun 2001 karena disiksa. Keluarganya hancur.

Lebih buruk lagi, mereka didiskriminasi karena keyakinan mereka. Di sekolah, para siswa dicuci otaknya dengan kebohongan yang memfitnah Falun Dafa dan diminta untuk menjauhi latihan tersebut. Meskipun demikian, Ma berani dan mengklarifikasi fakta selama kelas politik di sekolah menengah. Ia menjelaskan bahwa insiden bakar diri yang dipentaskan di Lapangan Tiananmen adalah rekayasa. Guru tersebut tersenyum dan memberi isyarat agar ia duduk tetapi tidak mempermasalahkannya. Para siswa mendiskusikannya setelah kelas dan salah seorang dari mereka mengacungkan jempol untuk menyemangati Ma.

Diskriminasi semakin meningkat di kampus. Di awal tahun pertamanya, setiap mahasiswa diharuskan menandatangani dokumen yang menyatakan tidak akan berlatih Falun Dafa. Ma terkejut karena tidak menyangka hal ini. Dia menemukan cara untuk menghindari penandatanganannya.

Selain kematian ayahnya, penganiayaan juga berdampak pada ibunya. Setelah ditahan karena keyakinannya, Ma menjadi terdakwa yang bukan pengacaranya. Pejabat dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan menekannya untuk berhenti berlatih, tetapi dia tidak melakukannya. Ma mengenang, “Melihat saya membela ibu dengan pikiran lurus, para pejabat merasa takut. Mereka tahu penganiayaan itu melanggar hukum.”

Ketika mengunjungi ibunya untuk terakhir kalinya pada September 2024, Ma melihat ibunya sangat lemah karena penyiksaan, jadi dia mengajukan pengaduan terhadap penjara. Seorang wanita dari Komite Urusan Politik dan Hukum kemudian menelepon Ma, meminta nomor identitasnya, dan mengancamnya.

Setelah itu, Ma menemukan bahwa para pejabat sering mengikutinya. Ia berkata, “Saya takut setiap hari.” Ma tiba di Thailand pada Oktober 2024. Ia melanjutkan, “Namun, saya masih khawatir dengan ibu saya. Saya berharap seseorang dapat membantu menyelamatkannya.” katanya.