(Minghui.org) Jalur kultivasi kita sering dipenuhi dengan ujian dan cobaan. Saat dihadapkan oleh tantangan ini, ada sebagian yang melangkah maju, yang lainnya tersandung, namun ada sebagian yang menyerah.

Salah satu alasan utama beberapa praktisi menangani tantangan dengan cara berbeda adalah karena sebagian dari kita hanya mempelajari prinsipnya namun tidak sungguh-sungguh menerapkannya.

Guru Li, pencipta Falun Dafa, memberi tahu kita,

“Cocokkan setiap masalah
Dapat melakukannya berarti berkultivasi.”
(Berkultivasi Nyata, Hong Yin)

“Seberapa banyak usaha yang anda curahkan, sekian banyak pula yang anda peroleh, adalah demikian prinsipnya.” (Ceramah 9, Zhuan Falun)

Setelah berkultivasi selama bertahun-tahun, tampaknya praktisi tidak begitu mengerti artinya—seberapa banyak usaha yang kita curahkan, sekian banyak pula yang akan kita peroleh.

Kita harus menganggap cobaan sebagai ujian untuk melihat seberapa baik kita mengultivasi diri. Penganiayaan telah berlangsung selama 24 tahun. Seberapa baik kita menggunakan waktu tersebut untuk melakukan tiga hal setiap hari? Seberapa banyak yang telah kita capai? Seberapa baik belajar Fa kita, melakukan latihan, memancarkan pikiran lurus, mengklarifikasi fakta, dan menyelamatkan orang?

Ajaran Fa Bekerja Melalui Kita

Interaksi jiwa dan raga telah dikenali oleh ilmu pengetahuan modern. Salah satu contohnya adalah artikel yang diterbitka situs web Minghui berjudul “Resonansi: Misteri dan Ilmu Meningkatkan Imunitas Tubuh Manusia.”

Artikel tersebut menyatakan bahwa karakter “Buddha” berhubungan dengan energi di dimensi lain dan selaras dengan energi tinggi alam semesta.

“Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa ketika kultivator kuno membaca atau melafalkan kitab suci atau berdoa, pikiran, suara, dan kata-kata mereka dapat beresonansi dengan energi yang lebih tinggi di alam semesta.

“…emosi dapat mempengaruhi kesehatan. DNA dan sel manusia juga dapat beresonansi dengan energi kosmik. Bila diselaraskan dengan energi yang baik, tubuh manusia akan menjadi lebih sehat. Temuan ilmiah yang dibahas sebelumnya telah membuktikan hal ini.

 “Ketika dengan tulus melafalkan dua frasa yang disebutkan di atas, seseorang akan selaras dengan energi kosmik Sejati-Baik-Sabar. Didukung oleh kedamaian dan energi positif di alam semesta, kekebalan seseorang akan kuat dan mengusir penyakit menular, stres, dan kecemasan.”

Dua frasa yang disebutkan dalam artikel adalah “Falun Dafa Baik” dan “Sejati-Baik-Sabar adalah Baik.”

Guru juga memberitahu kita,

“Sakyamuni mengajarkan untuk membaca kitab suci dengan pikiran lurus, konsentrasi sepenuh hati dan teratur, benar-benar dapat membuat dunia dari aliran Fa yang dikultivasikan timbul getaran, barulah dapat mengundang Sang Sadar.” (Ceramah 5, Zhuan Falun)

Saat kita belajar dan menghafalkan Fa, bukankah kita sedang berasimilasi dengan Fa?

Terus-menerus belajar dan menghafal Fa, secara aktif berasimilasi dengan Dafa, dan bersedia meluruskan diri dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar sangatlah penting. Saat kita bisa melakukan ketiganya, keampuhan Dafa tak terbatas akan terus-menerus memurnikan pikiran, tubuh, dan segalanya di dalam kehidupan kita, dari tingkat mikroskopis hingga makroskopis.

Kegigihan

Kita mungkin menemukan berbagai masalah selama proses kultivasi, seperti tidak bisa mengenali keterikatan, tidak tahu di mana letak masalah kita, atau terjebak ujian dalam waktu lama. Saat hal tersebut terjadi, kita tidak seharusnya merasa patah semangat atau tergesa-gesa melakukan sesuatu demi menyelesaikan masalah. Dafa akan memberi kita kebijaksanaan, membimbing kita bagaimana cara mencari ke dalam, dan menyadarkan kita letak permasalahannya dan cara meluruskannya. Segalanya berada di dalam Fa. Menanggung, penderitaan, dan berupaya, semua adalah bagian dari kultivasi sejati.

Terkadang kita bisa mengenali keterikatan saat ujian, namun kondisi kita tidak membaik. Kita mungkin berpikir belum menemukan keterikatan yang tepat. Kita terus mencari, namun masalahnya masih di sana. Pemahaman saya adalah kita mungkin telah menemukan keterikatannya, namun belum mencurahkan banyak upaya dalam menangani masalah tersebut. Tanpa kultivasi nyata dan upaya yang sungguh-sungguh, keterikatan tersebut masih tetap ada dan masalahnya masih berlanjut.

Guru memberitahu kita,

“Setiap praktisi Gong harap siap mengalami kegetiran besar, harus punya kebulatan tekad dan ketabahan menghadapi kesulitan besar. Tanpa mencurahkan usaha tidak akan memperoleh Gong sejati. Adalah tidak masuk akal ingin memperoleh Gong dengan berenak-enak tanpa mencurahkan usaha, tanpa mengalami kegetiran.” (Bab III Xiulian Xinxing, Falun Gong)

Kita mungkin telah mengalami fenomena ini: Saat belajar Fa, kita memahami prinsipnya dan tahu harus melakukan apa. Namun, saat masalah muncul, kita gagal mengingat ajaran tersebut dan lupa bahwa kita adalah seorang praktisi.

Kita harus melewatinya. Dari ajaran Fa, kita semua tahu bahwa konflik diatur untuk membantu kita meningkat, meningkatkan xinxing, dan mentransformasi karma kita. Namun dalam sekejap saat itu sering kali sulit mengingat hal ini. Kita lupa berterima kasih kepada orang lain yang terlibat dalam konflik.

Saat ada orang yang mempersulit saya, tiba-tiba saya teringat Guru mengaturnya untuk membantu saya meningkat melalui perselisihan. Begitu saya menyadarinya, saya berterima kasih kepadanya.

Tidak sesulit itu untuk mengultivasi diri. Bila kita sungguh-sungguh ingin meningkat dan membubung, kita akan mencurahkan upaya.

Mencurahkan upaya artinya: Memerhatikan setiap pikiran dan mencari motif sesungguhnya serta keterikatan manusia di balik setiap pikiran. Saat menjumpai masalah, kita tidak seharusnya bergegas mencari solusi. Kita justru harus memikirkan tentang solusi dari berbagai sudut—terutama dari sudut pandang orang lain. Seiring waktu, kita akan belajar mengenali pikiran egois kita dan menolaknya menjadi pikiran yang tidak mementingkan diri sendiri. Ini adalah hal yang membutuhkan latihan terus-menerus, ketekunan adalah dasar dari kultivasi yang sejati.

Guru memberitahu kita,

“Namun seorang praktisi Xiulian di dalam proses Xiulian, seberapa banyak yang anda curahkan, ketika mencapai kesempurnaan pasti akan mendapatkan sebegitu banyak.” (“Menyingkirkan Keterikatan Terakhir,” Petunjuk Penting untuk Gigih Maju II)

Bila kita terus mencurahkan upaya dan tidak pernah menyerah, kita pasti akan mencapai garis akhir.

Ini adalah pemahaman di tingkat saya, mohon tunjukkan bila ada hal yang kurang berkenan.

Catatan redaksi: Artikel ini hanyalah pemahaman penulis saat ini yang ditujukan untuk berbagi dengan sesama praktisi jadi kita dapat “Banding belajar banding kultivasi.” (“Berkultivasi Nyata,” Hong Yin I)