(Minghui.org) Dua hal yang terjadi baru-baru ini membantu saya menyadari keseriusan kultivasi.

Pada awal tahun 2023, ibu saya menderita penyakit serius. Karena dia lemah dan tidak bisa berdiri atau berjalan, dia tinggal di rumah saya selama dua bulan dan saya merawatnya.

Begitu ibu saya sudah bisa berjalan, dia minta pulang. Meskipun ibu saya masih sangat lemah, dia bersikeras agar saya membawanya pulang. Saya kemudian mendengar ibu mertua saya tidak baik kepada ibu saya ketika dia tinggal bersama kami dan selalu berbicara kasar kepadanya.

Karena itu, kebencian saya terhadap ibu mertua muncul lagi. Saya berhenti berbicara dengannya. Ketika dia berbicara kepada saya, saya menjawabnya dengan singkat. Semua yang dia lakukan menyinggung saya. Saya memikirkan bagaimana ibu mertua saya tidak memberi satu sen pun sebelum saya menikah dan bagaimana dia mengambil barang-barang dari tempat umum, seperti sendok dan handuk. Katanya, saya bodoh saat membeli buah dan sayur karena tidak memilih yang besar dan menarik.

Sebelum saya berlatih, saya selalu memandang rendah perilaku seperti ini. Lambat laun saya tidak ingin pergi keluar dengannya. Saya merasa perilakunya kasar dan memalukan. Kadang-kadang saya mengatakan kepadanya, “Mencuri itu salah.” Tapi dia terus melakukannya. Ketika saya membuang barang-barang yang diambilnya, dia kesal.

Saya meminta suami saya untuk memberi tahu ibunya agar tidak melakukan hal-hal ini, tetapi suami saya, yang juga tidak berlatih pada saat itu, mengatakan tidak apa-apa asalkan dia bahagia. Ketika dia kemudian mulai berlatih dan mengetahui bahwa mencuri dari orang lain adalah salah, dia menghentikannya.

Ketika saya membaca Fa, saya tidak bisa berhenti memikirkan kejadian di masa lalu ini, dan ini sangat mempengaruhi kultivasi saya.

Guru berkata,

“Ada orang entah Gong apa yang sedang dilatih, sambil berlatih, sambil mengayunkan tubuh dia berkata: “Huh! Menantu perempuan saya itu sungguh tidak punya rasa bakti kepada saya.” “Mertua perempuan saya itu, bagaimana bisa sampai begitu jahat!” Ada yang mengumpat dari urusan di tempat kerja sampai ke urusan negara, tidak ada yang lolos dari umpatannya, bahkan terhadap urusan yang tidak sesuai dengan konsep pribadinya dia jadi kesal bukan main.” (Ceramah 3, Zhuan Falun)

Suatu malam saat makan malam, saya baru saja selesai mengeluh dalam hati tentang ibu mertua saya ketika tiba-tiba saya menggigit lidah. Darahnya terus mengalir dan sangat menyakitkan. Saya menyadari bahwa saya salah. Ketika saya bercermin keesokan harinya, saya tidak menemukan lukanya; itu menakjubkan! Saya berterima kasih kepada Guru atas petunjuk belas kasihnya.

Saya menyadari harus melepaskan semua keterikatan, terutama kebencian saya terhadap ibu mertua. Akarnya adalah sifat iri hati. Mengapa dia begitu kasar terhadap ibu saya? Ibu mertua saya tinggal bersama kami selama 24 tahun, jadi mengapa dia tidak membiarkan ibu saya tinggal selama dua bulan? Mengapa dia harus tinggal bersama kami dan bukan dua putranya yang lain (saudara laki-laki suami saya)? Saya tahu saya harus melenyapkan semua keterikatan kotor ini; jika tidak, saya tidak akan berbeda dengan orang biasa.

Berlatih Bersikap Toleransi

Peristiwa kedua terjadi bulan lalu. Ketika saya pulang kerja, saya membuka lemari es, ternyata berantakan dan wastafel penuh dengan piring yang belum dicuci. Ketika saya pergi ke kamar mandi, anak anjing buang air kecil di lantai, dan baunya busuk!

Ibu mertua saya sedang menonton TV di ruang tamu dan suami saya sedang menggunakan ponselnya. Saya kesal dan marah pada mereka. Saya lupa bahwa saya adalah seorang praktisi.

Malam itu, saya sedang merekatkan beberapa pengait di lemari ketika saya tiba-tiba menyadari bahwa jari kelingking saya dan jari manis tangan kanan saya telah direkatkan. Saya segera membilas tangan saya dengan air, dan kedua jari itu terpisah, tetapi tertutup lem. Saya segera meminta maaf kepada Guru, “Saya salah lagi; Saya sangat ingin melewati ujian ini.”

Lem di jari kelingking dan jari manis saya menjadi sangat keras. Saya tidak peduli dan menganggapnya sebagai pelajaran untuk mengingatkan diri sendiri bahwa saya harus dapat melewati ujian ini. Ketika saya mencuci tangan keesokan sorenya, saya terkejut karena lemnya benar-benar hilang.

Apa sebenarnya yang Guru ingin agar saya pahami? Saya menyadari itu adalah toleransi. Saya gagal bersikap toleran.

Guru Membantu Saya Melepaskan Keterikatan

Saya bertekad untuk dapat melewati ujian ini, dan saya belajar Fa dengan serius. Saya mengatasi kemalasan saya dan membaca satu ceramah Zhuan Falun setiap hari. Saya mulai pergi ke arena belajar Fa setempat untuk membaca bersama praktisi lain, dan Guru yang belas kasih membantu saya melenyapkan hal-hal buruk ini.

Sekarang, saya memperlakukan ibu mertua saya dengan belas kasih dan merasa kasihan padanya. Saya juga tidak lagi mengeluh saat mengerjakan pekerjaan rumah. Setiap kali pikiran negatif muncul, saya langsung berkata, “Saya tidak mengenali kamu; kamu adalah pengaturan kekuatan lama; Saya hanya ingin mengikuti pengaturan Guru.” Sedangkan suami saya, saya juga memperlakukannya dengan baik tanpa mengeluh atau marah.

Suatu malam ketika saya sedang membaca Fa, suami ingin berbicara dengan saya. Dulu, saya tidak sabar karena dia selalu membahas politik di perusahaannya. Kali ini, saya memintanya membantu saya menemukan lokasi beberapa titik akupunktur yang disebutkan dalam Zhuan Falun. Setelah menemukannya di Internet, ia menjelaskan fungsi titik akupunktur tersebut. Saya akan menjadi sangat tidak sabar di masa lalu dan berkata, “Katakan saja di mana mereka berada. Apa gunanya memberitahu saya begitu banyak?” Kali ini saya mendengarkan dengan tenang.