(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 1998. Partai Komunis Tiongkok memulai penganiayaan terhadap Falun Dafa pada tahun 1999. Karena saya menolak melepaskan keyakinan, saya dipecat dari pekerjaan. Takut kehilangan jabatannya sebagai pejabat pemerintah, suami menceraikan saya. Saya menjadi tunawisma.

Kemudian, saya bertemu dengan suami saya yang sekarang. Kami memiliki pengalaman serupa dan memiliki tujuan yang sama—menjadi kultivator yang rajin. Keadaan ini menyatukan kami.

Karena kami berdua berlatih Falun Dafa, saya pikir kami akan rukun. Sebaliknya, kami selalu berselisih paham.

Temperamen, pendidikan dan pengalaman hidup kami sangat berbeda. Saya 10 tahun lebih muda dari suami saya, dan saya berpendidikan. Kepribadian saya terbuka. Suami saya hanya selesai kelas enam; ia biasanya pemarah dan sulit diajak baik.

Sikap egoisnya dan sikapnya sebagai suami selalu mendominasi, saya tidak suka. Suami mengeluh saya kurang lembut. Ia mengatakan saya blak-blakan, mempunyai terlalu banyak keterikatan manusia, tidak memperhatikan keselamatan, dan banyak lagi. Diri sejati kami ingin menjadi kultivator yang rajin. Namun, sisi manusia kami saling bertentangan, dan tak seorang pun di antara kami yang mau berkompromi.

Kami berdebat seperti orang biasa. Situasi di rumah menjadi-jadi hingga saya tidak dapat meningkat dalam berkultivasi. Saya ingin bercerai. Ia menolak. Saya tidak dapat meningkatkan diri dan tersiksa oleh emosi. Pikiran manusia saya menyeret saya ke bawah. Saya akhirnya dianiaya dan dijatuhi hukuman penjara.

Saya tahu saya harus belajar dari keadaan ini, karena saya tidak menganggap kultivasi serius. Saya tahu ada celah kebocoran, tapi saya tidak pernah berpikir saya bisa jatuh sekeras itu. Setelah saya tenang, saya memeriksa kembali kultivasi saya.

Selama bertahun-tahun, saya sibuk melakukan proyek-proyek Dafa tetapi mengabaikan kultivasi. Keterikatan lama seperti ambisi, bersaing, iri hati, benci, nafsu, ingin membuktikan kemampuan, dan masih banyak lagi masih mengganggu saya, justru semakin kuat.

Sebagai seorang kultivator, kami tahu harus mencari ke dalam diri sendiri dan menghilangkan keterikatan duniawi. Kenapa saya tidak melakukan itu? Itu karena membuat pamflet dan memperbaiki peralatan lebih mudah daripada mencari ke dalam dan mengultivasi diri sendiri. Saya menggunakan proyek Dafa untuk menutupi keterikatan saya. Menyingkirkan keterikatan manusia itu menyakitkan. Bahkan ketika ujian kultivasi di depan terlihat jelas, saya mengevaluasi tantangan tersebut menggunakan logika manusia biasa.

Saya menyadari bahwa setelah bertahun-tahun berkultivasi, saya tidak mengubah konsep manusia keras kepala yang saya bentuk di dunia ini. Oleh karena itu, saya dan suami sering terjebak di tempat yang sama dan konflik kami meningkat. Saya tidak pernah benar-benar mengultivasi diri sendiri atau meningkat ketika belajar Fa.

Suami sering menggunakan kata-kata tajam ketika ia marah kepada saya. Saya menanggapinya dengan ejekan dan sindiran bukannya mengukur diri saya dengan Fa. Suami telah membantu saya menjadi lebih baik selama ini, tapi saya tidak menyadarinya. Seharusnya saya berterima kasih padanya. Namun saya berulang kali melewatkan peluang ini. Saya bahkan berpikir dengan bercerai masalah kami akan berakhir.

Setelah konsep saya berubah, saya memutuskan untuk mencari ke dalam dan berkultivasi dengan sungguh-sungguh. Guru selalu menyemangati dan melindungi saya, terus-menerus memberi isyarat di mana saya harus berusaha meningkatkan diri. Saya tidak mengultivasi diri sendiri, yang menyebabkan semua masalah.

Sejak itu, saya mengukur diri saya dengan standar yang lebih tinggi, apa pun yang terjadi. Saya tidak lagi khawatir apakah suami saya benar atau salah. Saya menempatkan diri saya pada posisinya dan memaafkan kekurangannya. Saya masih sering marah, tapi saya meminta maaf padanya. Saya berangsur-angsur membaik, dan suami saya juga berubah. Ia tidak lagi marah-marah seperti dulu. Saya tidak lagi berpikir untuk bercerai. Pernikahan kami sekarang kokoh dan tidak bisa dihancurkan. Kami meningkat cepat dalam jalur kultivasi kami.

Ini adalah pelajaran yang sulit bagi saya. Saya berharap praktisi lain tidak tersesat seperti saya. Saya mengambil jalan memutar yang panjang sebelum saya menyadari apa yang perlu saya lakukan. Peluang yang terlewatkan hilang selamanya. Saya merekomendasikan para praktisi yang tidak dapat secara konsisten mengultivasi diri berdasarkan Fa untuk menghafal artikel “Semakin Menjelang Terakhir Semakin Gigih Maju” dan sering membacanya.