(Minghui.org) Situs web Minghui sebelumnya melaporkan hukuman 4,5 tahun penjara terhadap Hao Yuyong karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah latihan spiritual yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak tahun 1999. Artikel ini menyajikan informasi baru yang diperoleh tentang penganiayaannya di masa lalu.

Hao, seorang wanita berusia 60 tahun yang tinggal di Prefektur Daxing'anling, Provinsi Heilongjiang, dimasukkan ke Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang pada 2 Februari 2024. Dia dijadwalkan akan dibebaskan sekitar Maret 2028. Sebelum penganiayaan terakhirnya, dia ditangkap beberapa kali karena teguh pada keyakinannya.

Tiga Kali Ditahan karena Pergi ke Beijing untuk Memohon Bagi Falun Gong

Pada Oktober 1999, tiga bulan setelah penganiayaan dimulai, Hao pergi ke Beijing untuk memohon hak berlatih Falun Gong, namun ditangkap dan dibawa kembali ke Daxing’anling. Meskipun dia dibebaskan setelah penahanan singkat dan membayar denda, polisi menangkapnya lagi tidak lama kemudian dan menahannya di pusat pencucian otak. Dia dipukuli dan mengalami luka di kepala ketika dia menolak menulis pernyataan melepaskan Falun Gong.

Hao memutuskan untuk pergi ke Beijing lagi pada 2000 dan dicegat di Stasiun Kereta Dayangshu di Mongolia Dalam. Dia dibawa kembali ke Heilongjiang dan ditahan di Pusat Penahanan Distrik Songling selama 30 hari.

Suami Memukulinya karena Takut Terlibat

Pada musim dingin tahun 2001, majikan suami Hao memerintahkan dia untuk mengawasi istrinya agar dia tidak berlatih Falun Gong lagi. Dia menolak menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong dan suaminya memukulnya dengan pentungan. Kepalanya mengeluarkan banyak darah dan dilarikan ke rumah sakit. Dia akhirnya mendapat beberapa jahitan di kepalanya. Beberapa hari kemudian, petugas Departemen Kepolisian Distrik Songling menggerebek rumahnya. Setelah menemukan materi Falun Gong, mereka membawanya ke departemen kepolisian dan menahannya selama tiga hari.

Hao ditangkap pada sore hari 31 Oktober 2017, oleh petugas Kantor Polisi Changhong. Mereka membawanya ke Pusat Penahanan Distrik Jiagedaqi sebelum menggerebek rumahnya. Mereka menyita komputernya dan komputer putrinya.

Ditargetkan Selama Kampanye Sapu Bersih pada 2020

Li Xiaoli, sekretaris Komite Komunitas Kota Guyuan, menelepon Hao pada April 2020 dan meminta alamat rumahnya. Li menelepon lagi satu bulan kemudian dan memerintahkan dia untuk menulis pernyataan melepaskan Falun Gong, mengancam akan menimbulkan masalah pada pekerjaan putri dan menantunya serta sekolah cucunya.

Li Jinzhu Kepala dari Kantor Polisi Kota Guyuan menelepon Hao pada Juni 2020 dan juga meminta untuk mengetahui alamat rumahnya.

Li dan sekitar lima pegawai pemerintah kota, termasuk Sun Hongyan, masuk ke rumah Hao pada Juli 2020. Dia tidak ada di dalam, dan Li serta dua orang lainnya (seorang pria bermarga Tian dan seorang wanita bermarga Liu) kembali setelah beberapa hari. Tian mengeluarkan ponselnya untuk merekam video Hao dan dia menghentikannya. Dia mendesak mereka untuk tidak menganiaya warga negara yang taat hukum seperti dia. Mereka kemudian pergi, namun sebelumnya mengancam putrinya bahwa dia berisiko menahan ibunya untuk sementara waktu. Putrinya sangat ketakutan hingga menangis.

Setelah itu, pihak berwenang terus mengganggu putri Hao melalui telepon.

Guan Yutao Kepala dari Kantor Polisi Distrik Songling dan direktur Zeng Fanhui dari komite urusan politik dan hukum mendekati putri dan menantu laki-laki Hao pada 25 November 2020. Mereka berkata kepada pasangan muda itu, “Ini adalah kampanye sapu bersih [untuk memastikan setiap praktisi Falun Gong yang masuk daftar hitam pemerintah agar melepaskan Falun Gong]. Jika anda tidak menandatangani pernyataan atas nama ibu anda, kami dapat langsung mengirimnya ke penjara, yang juga akan membantu kami memenuhi persyaratan untuk tidak melakukan kampanye sapu bersih.”

Pada 1 Desember 2020, pemerintah Kota Guyuan dan pemerintah Distrik Songling meminta Kantor Polisi Changhong untuk membawa Hao kepada mereka. Polisi tidak dapat menghubunginya dan menelepon putrinya. Putrinya mengatakan dia sedang bekerja dan tidak bisa pergi ke kantor polisi. Ditambah lagi dia harus menjemput anaknya sepulang kerja. Polisi mengatakan mereka akan menunggunya tidak peduli seberapa terlambat dia sampai di sana.

Putri Hao akhirnya tetap pergi ke kantor polisi. Polisi terus mengancamnya. Awalnya dia bungkam, namun kemudian bertanya apa yang akan dilakukan polisi jika ibu mereka ditangkap karena keyakinan spiritualnya. Salah satu petugas bersikeras bahwa mereka tidak akan berhenti menargetkan Hao. Putrinya memohon kepada polisi untuk berbicara dengan ibunya saja.

Gangguan dan penganiayaan yang tiada henti juga menyebabkan perselisihan antara putri dan menantu laki-laki Hao. Putrinya sering menangis ketakutan. Kini, setelah ayahnya baru saja meninggal dunia dan ibunya berada di penjara, Putri Hao merasa sangat terpukul.

Laporan terkait:

Wanita Heilongjiang Dipenjara 4,5 Tahun karena Meningkatkan Kesadaran akan Penganiayaan terhadap Keyakinannya