Oleh Grup Minghui

Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019

Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation

Tentang Laporan Ini

Dari gerakan politik berdarah seperti Revolusi Kebudayaan hingga pembantaian mahasiswa di Lapangan Tiananmen, Partai Komunis Tiongkok (PKT) memiliki sejarah panjang dan lengkap dalam memfitnah kelompok tertentu sebagai ‘ancaman terhadap negara’, kemudian memobilisasi rakyat untuk menyerang kelompok-kelompok ini. Dengan cara ini, PKT secara efektif mengalihkan perhatian publik dari krisisnya sendiri.

Di akhir 90-an, pemimpin PKT saat itu, Jiang Zemin mengalihkan pandangannya pada disiplin spiritual dan meditasi Falun Dafa (Falun Gong) yang semakin populer. Yang terjadi selanjutnya adalah kampanye penindasan brutal yang telah mengakibatkan ribuan kematian yang terverifikasi, ratusan ribu kasus penyiksaan yang terdokumentasi, serta perampasan kebebasan paling mendasar dari puluhan juta praktisi meditasi yang damai ini.

Sejumlah relawan di Amerika Utara meluncurkan situs Minghui.org pada 25 Juni 1999, sesaat sebelum penindasan di Tiongkok secara resmi dimulai pada 20 Juli 1999. Sejak itu, Minghui, dengan dukungan berani dan tanpa pamrih dari para praktisi Falun Gong di Tiongkok, telah melaporkan sejumlah besar informasi langsung tentang penindasan berdarah ini, meliput upaya-upaya praktisi di seluruh dunia untuk menentang penganiayaan, serta menyediakan platform bagi komunitas Falun Gong untuk berbagi pengalaman disamping menyediakan materi informasi.

Selama dua puluh tahun terakhir, Minghui juga telah menerbitkan lebih dari sepuluh majalah. Setiap minggu, para praktisi di Tiongkok - yang secara sukarela menjalankan "tempat produksi materi" - mengunduh, mencetak, dan mendistribusikan materi-materi ini di wilayah mereka. Publikasi Minghui membantu praktisi di Tiongkok untuk belajar bagaimana melindungi hak asasi mereka, meningkat dalam kultivasi diri, dan dengan cara damai menentang penganiayaan. Majalah, buklet, dan program video ini juga melengkapi praktisi dalam membantu para tetangga dan teman mereka untuk lebih memahami Falun Gong.

Meskipun adanya sensor internet ketat PKT dan propaganda besar-besaran yang memfitnah Falun Gong, orang-orang di Tiongkok masih dapat mengakses informasi yang benar tentang Falun Gong berkat ketekunan para praktisi, bahkan ketika mereka sendiri dianiaya. Di antara mereka yang telah memahami fakta bahwa "Falun Dafa baik" dan mengenali kebaikan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar (真善忍), beberapa mulai berlatih Falun Gong. Lainnya telah merasakan peningkatan kesehatan dan hubungan yang lebih harmonis dengan keluarga.

Dengan setiap hari menerbitkan laporan berita Falun Gong dan artikel berbagi pengalaman, memproduksi program radio, serta menyelenggarakan konferensi daring tahunan untuk seluruh praktisi di Tiongkok, platform bebas biaya Minghui memungkinkan para praktisi saling menginspirasi untuk terus meningkatkan karakter moral mereka dan menuju kesempurnaan spiritual.

Dengan jaringan relawan terbesar di Tiongkok, Minghui telah menjadi satu-satunya organisasi media di dunia yang dapat mengatasi sensor internet rezim untuk melaporkan informasi langsung di tengah penganiayaan yang tengah berlangsung. Sejauh ini, Minghui telah mengumpulkan database lebih dari 112.000 kasus penganiayaan dan 105.500 pelaku penganiayaan. Tanpa pendanaan eksternal dan sepenuhnya bergantung pada dedikasi, kontribusi waktu, pengetahuan, dan keahlian relawan selama bertahun-tahun, Minghui telah memantapkan dirinya sebagai sumber informasi resmi dari Falun Gong.

Kampanye Partai Komunis Tiongkok untuk memusnahkan Falun Gong pada dasarnya telah gagal, dan para pelakunya akan dimintakan pertanggungjawaban. Terlepas dari kekejaman dan kerumitan yang belum pernah terjadi sebelumnya, penganiayaan telah terbukti sia-sia sejak awal, dan pada akhirnya akan meruntuhkan PKT sendiri. Dokumentasi menyeluruh tentang penganiayaan di situs Minghui.org - secara langsung memungkinkan komunitas internasional untuk merespon secara tepat waktu, membantu meringankan dan pada akhirnya mengakhiri kekejaman ini. Tahun 2019 menandai dua dekade upaya praktisi menentang penganiayaan, karenanya kami menyajikan laporan tonggak sejarah ini untuk membantu para pembuat keputusan lebih memahami pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap praktisi Falun Gong, serta menemukan cara untuk mendukung prinsip universal Sejati-Baik-Sabar (真善忍).

Ringkasan Eksekutif

Falun Dafa, juga dikenal sebagai Falun Gong, adalah latihan meditasi dan disiplin spiritual kuno berlandaskan pada nilai-nilai universal Sejati-Baik-Sabar (真善忍). Pertama kali diajarkan ke publik pada 1992 oleh Guru Li Hongzhi. Falun Gong menjadi nama yang dikenal luas di Tiongkok - hanya dalam kurun beberapa tahun setelah para praktisinya mengalami peningkatan besar dalam kesehatan dan kesejahteraan mereka, kemudian meneruskannya kepada teman dan kerabat mereka.

Meskipun pemerintah Tiongkok awalnya mempromosikan Falun Gong karena banyak manfaat positifnya; rasa takut dan prasangka mulai muncul di jenjang atas Partai Komunis beberapa tahun kemudian. Popularitas Falun Gong yang melonjak pesat serta nilai-nilainya yang dianggap tidak sejalan dengan doktrin kekerasan dan perjuangan Partai Komunis, maka secara bertahap Falun Gong dipandang sebagai ancaman potensial terhadap pemerintahan otoriter rezim.

Penindasan Berdarah Dibangun di Atas Fitnah Kebencian

Pada 1996, media yang dikendalikan negara mulai menyerang Falun Gong dalam kampanye terkoordinasi. Tempat-tempat latihan Falun Gong di taman-taman umum di seluruh negeri—yang dipenuhi dengan orang yang bermeditasi dengan tenang diiringi musik yang indah— berada di bawah pengawasan agen dan petugas polisi berpakaian preman. Penerbitan buku-buku Falun Gong — buku terlaris nasional saat itu — tiba-tiba dilarang.

Pada April 1999, praktisi Falun Gong yang berkumpul di luar kantor sebuah majalah untuk membahas kesalahan dalam artikel yang baru terbit yang menyerang Falun Gong, diserang dan ditangkap. Setelah para pejabat setempat menyarankan kepada praktisi lainnya agar memohon ke pemerintah pusat di Beijing untuk meminta pembebasan rekan-rekan mereka, sekitar 10.000 praktisi berdiri diam di luar kantor pengaduan nasional seperti yang disarankan. Permohonan mereka dikabulkan malam itu setelah berdiskusi dengan Perdana Menteri saat itu, Zhu Rongji. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai "Permohonan Damai 25 April" (Lebih rinci dalam Lampiran 1).

Namun, pimpinan PKT kemudian memutarbalikkan permohonan damai itu sebagai “pengepungan” kompleks pemerintahan pusat (Zhongnanhai) dan menggunakannya sebagai dalih bagi dilancarkannya kampanye pemusnahan Falun Gong skala nasional pada 20 Juli 1999. Para koordinator relawan tempat latihan ditangkapi dalam satu malam, dan banyak lainnya ditahan selang beberapa hari kemudian.

Untuk mengajukan himbauan kepada pemerintah atas hak konstitusional mereka dalam menjalankan keyakinan, ratusan ribu praktisi melakukan perjalanan ke Beijing, berkumpul di kantor pengaduan nasional atau membentangkan spanduk di Lapangan Tiananmen, mereka malah ditangkap secara massal. Mereka yang mengungkapkan identitas mereka diserahkan kepada otoritas perwakilan kota asal mereka. Beberapa menolak memberi tahu identitas mereka untuk melindungi keluarga dan kolega mereka dari terimplikasi kampanye PKT, dan banyak dari praktisi ini dipindahkan ke fasilitas penampungan lain dan sejak itu menghilang.

Kampanye propaganda yang “canggih” segera menyusul, dengan media-media yang dikendalikan PKT membuat klaim palsu bahwa berlatih Falun Gong telah menyebabkan 1.400 kasus kematian. Karena minimnya dukungan publik bagi penindasan, rezim kemudian merekayasa “insiden bakar diri” di Lapangan Tiananmen, di mana beberapa orang yang mengaku sebagai praktisi Falun Gong membakar diri mereka. Meskipun “insiden bakar diri” dengan cepat dibantah sebagai rekayasa, kerusakan telah terjadi: sebagian besar rakyat Tiongkok sekarang memiliki prasangka buruk terhadap Falun Gong dan diam-membisu menerima penindasan berdarah Partai Komunis terhadap kelompok tersebut.

Kampanye “Transformasi” Melalui Penyiksaan

Pada intinya, penganiayaan terhadap Falun Gong berkisar pada kampanye "transformasi" (“mengubah”), atau memaksa praktisi untuk melepaskan keyakinan mereka. Metodenya berkisar dari bujukan halus, pencucian otak sistematis hingga penyiksaan fisik dan psikologis. Praktisi yang setuju untuk menulis "pernyataan jaminan" untuk melepaskan dan menghujat Falun Gong - ditawarkan pembebasan lebih awal, meskipun banyak yang kemudian dipaksa berpartisipasi dalam upaya “mengubah” praktisi lain.

Kampanye ini dikendalikan oleh kelompok Jiang Zemin melalui apa yang disebut “Kantor 610”, sebuah lembaga di luar kerangka hukum yang dibentuk oleh pimpinan pusat Partai Komunis – dengan misi khusus untuk memusnahkan Falun Gong. Untuk melaksanakan tugas ini, Kantor 610 telah diberikan kewenangan di atas lembaga peradilan, instansi penegak hukum, sistem pidana, dan otoritas lainnya di semua jenjang pemerintahan.

Praktisi Falun Gong di seluruh Tiongkok secara sistematis dipantau, ditangkapi, dan dibawa ke pusat pencucian otak (secara resmi dikenal sebagai “pusat pendidikan hukum”), ‘sarang hitam’, kamp kerja paksa (sampai ditutup pada tahun 2013), penjara, pusat penahanan, fasilitas rehabilitasi narkoba, dan rumah sakit jiwa. Selama dalam tahanan, mereka secara rutin disiksa dan dianiaya oleh penjaga dan narapidana yang dihasut oleh pihak berwenang. Metode umum penyiksaan termasuk pemukulan, cekok makan paksa, pembatasan fisik dalam posisi yang menyiksa, serangan pada saraf sensorik, kejutan listrik, ‘waterboarding’ dan pencekikan, kurungan isolasi, dan kekerasan seksual. Selain itu, praktisi sering tidak diberikan akses kebutuhan dasar, termasuk tidur, makanan, air, termasuk akses ke toilet.

Hingga tahun 2019, lebih dari 4.300 praktisi telah dipastikan meninggal akibat penganiayaan, dan lebih banyak lagi yang terbunuh (atas permintaan) untuk memasok industri transplantasi organ Tiongkok. Banyak orang yang selamat dari penyiksaan mengalami luka permanen, cacat, kelumpuhan, trauma mental, dan dalam kasus yang paling ekstrem, menjadi gila. Keluarga praktisi telah terkoyak, dengan kerabat dan anak-anak hidup dalam ketakutan terus-menerus terhadap pihak berwenang yang terus mengganggu mereka.

Selain menderita luka fisik, para praktisi juga tidak diberi pekerjaan, pendidikan, perumahan, dan jaminan ekonomi. Praktisi secara rutin menghadapi denda dan pemerasan oleh polisi, serta penangguhan pensiun mereka. Banyak yang dipecat dari pekerjaan mereka atau dikeluarkan dari sekolah hanya karena keyakinan mereka. Diskriminasi ini juga telah meluas ke anggota keluarga mereka, dengan pihak berwenang di beberapa daerah secara terbuka mengancam akses pendidikan serta karier anak-anak mereka untuk memaksa praktisi melepaskan keyakinan mereka.

Penganiayaan telah meluas ke seluruh anak di Tiongkok. Mulai dari sekolah dasar, para siswa diindoktrinasi dengan propaganda anti-Falun Gong dalam buku pelajaran mereka dan kegiatan wajib lapor. Beberapa anak praktisi meninggal muda setelah dipisahkan secara paksa dari orang tua mereka, dan beberapa dianiaya atau bahkan disiksa hingga meninggal oleh pihak berwenang karena berlatih Falun Gong. Beberapa menjadi yatim piatu setelah kehilangan orang tua mereka dalam penganiayaan, dan yang lain menjadi gila setelah dipaksa untuk melihat orang tua mereka disiksa.

Karena dakwaan terhadap praktisi Falun Gong (akibat keyakinan mereka) tidak memiliki dasar hukum, prosedur hukum pun dilecehkan atau dilanggar secara terbuka di setiap tahapan, mulai dari pemantauan, penangkapan hingga pemenjaraan. Polisi menggeledah rumah praktisi tanpa surat perintah penggeledahan. Pengadilan mengadakan persidangan dan menjatuhkan hukuman yang telah ditentukan sebelumnya - sementara menolak hak pengacara untuk mengakses arsip kasus, bertemu dengan klien mereka, dan membela klien mereka di persidangan. Pengacara secara rutin menghadapi intimidasi dan bahkan penyerangan dan penyiksaan karena membela hak-hak praktisi Falun Gong. Bahkan setelah menjalani hukuman mereka, beberapa praktisi langsung dibawa ke pusat pencucian otak untuk dianiaya lebih lanjut (bukannya dibebaskan).

Rezim komunis juga telah memperluas kampanye penganiayaan ke luar daratan Tiongkok. PKT telah melakukan dan menghasut serangan fisik terhadap praktisi Falun Gong yang berupaya untuk meningkatkan kesadaran publik akan penganiayaan. Rezim juga telah menekan pemerintah asing dan polisi untuk secara ilegal menghalangi, menangkap, atau menolak masuknya praktisi Falun Gong yang hendak protes - saat pejabat Tiongkok berkunjung. Organisasi dan individu yang berhubungan dekat dengan PKT juga telah mengganggu praktisi dan mengintimidasi turis Tiongkok untuk mencegah mereka mengetahui fakta penganiayaan.

Falun Gong Memperoleh Dukungan dan Bergabungnya Praktisi Baru Meskipun Dianiaya

Untuk menentang penganiayaan dan meningkatkan kesadaran akan kebrutalannya meskipun ada sensor dan pengawasan ketat, praktisi Falun Gong di Tiongkok telah bekerja tanpa lelah untuk menginformasikan publik dari mulut ke mulut, membagikan brosur dan berbagai materi lainnya, memasang poster di tempat umum, menulis surat kepada pejabat, menelepon, dan mengirim pesan secara daring. Khususnya yang patut mendapat perhatian adalah tempat-tempat produksi materi kecil namun ada di mana-mana, yang telah didirikan oleh para praktisi di rumah mereka untuk memproduksi materi informasi bagi publik dengan menggunakan desain yang diunduh dari Minghui.org.

Praktisi di luar Tiongkok telah melengkapi upaya ini dengan menelepon untuk mencegah pelaku penganiayaan terlibat dalam penganiayaan di Tiongkok, mengembangkan perangkat lunak untuk menghindari sensor internet dan memungkinkan orang-orang di Tiongkok mengakses informasi bebas sensor, serta mendirikan stan informasi di lokasi wisata di seluruh dunia. Selain bertemu dengan praktisi di acara komunitas, publik mengenal Falun Gong melalui pameran seni dan film dokumenter tentang masalah ini.

Organisasi hak asasi manusia, pejabat publik, dan lembaga legislatif di seluruh dunia juga telah berbicara dan mengeluarkan resolusi untuk menyerukan diakhirinya penganiayaan di Tiongkok. Pengadilan di Spanyol dan Argentina telah mendakwa pejabat tinggi PKT atas penyiksaan dan genosida. Departemen Luar Negeri AS dan Komisi Eksekutif Kongres Mengenai Tiongkok (CECC) telah menyoroti penganiayaan terhadap Falun Gong dalam laporan tahunan mereka dan menyerukan diakhirinya penganiayaan.

Sebagai hasil dari upaya bersama ini, banyak warga Tiongkok mulai mengubah pandangan mereka dan mengadopsi perspektif baru tentang Falun Gong. Beberapa petugas polisi dan pejabat pemerintah di Tiongkok telah berhenti berpartisipasi dalam penganiayaan dan bahkan mulai berusaha melindungi praktisi dengan kekuasaan mereka. Jumlah penangkapan dan hukuman terhadap praktisi di Tiongkok telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Larangan penerbitan buku-buku Falun Gong diam-diam kembali dicabut pada tahun 2011, meskipun praktisi di Tiongkok telah mencetak buku mereka sendiri selama penganiayaan untuk memenuhi permintaan. Namun demikian, kebijakan dan mesin penganiayaan rezim secara keseluruhan masih terus beroperasi.

Ketika mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok, Jiang Zemin pertama kali melancarkan penganiayaan, dia bersumpah untuk "memusnahkan" Falun Gong dalam kurun tiga bulan. Namun, latihan spiritual ini terus berkembang selama 20 tahun terakhir. Praktisi di Tiongkok tetap teguh dalam keyakinan mereka meskipun ada tekanan dan siksaan, dan banyak yang dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan melepaskan Falun Gong saat di pusat penahanan,  kemudian menarik kembali pernyataan mereka ketika dibebaskan. Gelombang peserta baru mulai berdatangan, belajar Falun Gong secara mandiri atau melalui kelas bimbingan. Saat ini, Falun Gong dilatih di lebih dari 80 negara, dan buku-bukunya telah diterjemahkan ke lebih dari 40 bahasa.

Lebih Banyak Pemimpin Internasional Mengambil Tindakan

Banyak perkembangan baru-baru ini berfokus pada meminta pertanggungjawaban dari para pelaku penganiayaan. Sejak 2015, lebih dari 200.000 praktisi Falun Gong telah mengajukan tuntutan pidana terhadap Jiang Zemin ke pengadilan tertinggi Tiongkok, dan petisi untuk mengajukan Jiang Zemin ke pengadilan telah mengumpulkan jutaan tanda tangan.

Pada 2019, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan prosedur visa yang lebih ketat bagi para pelanggar hak asasi manusia, termasuk pejabat Tiongkok yang telah berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap Falun Gong. Minghui.org mulai mengumpulkan informasi tentang para pelaku tersebut, termasuk identitas, anggota keluarga, dan aset mereka, untuk diserahkan kepada pemerintah AS.

Pada pertemuan kedua Pemuka Agama untuk Mendorong Kebebasan Beragama (Second Ministerial to Advance Religious Freedom) yang diadakan oleh Departemen Luar Negeri AS pada 16-18 Juli 2019, mantan maupun anggota legislatif yang masih menjabat - membahas pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok, termasuk bagaimana perusahaan Barat berkolaborasi dengan rezim Tiongkok untuk mengembangkan teknologi yang digunakan dalam penindasan rezim terhadap kelompok agama, seperti teknologi pengawasan massal dan kecerdasan buatan. Presiden Trump bertemu dengan para penyintas penganiayaan terhadap agama, termasuk seorang praktisi Falun Gong yang suaminya masih dipenjara di Tiongkok.

Pada 20 Juli 2019, yang menandai 20 tahun penganiayaan, CECC AS mengeluarkan pernyataan yang mendesak Partai Komunis Tiongkok untuk menghentikan “pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan dan tidak dapat diterima” terhadap praktisi Falun Gong. Selain itu, 22 Senator dan Perwakilan AS mengirim surat yang memuji upaya praktisi selama dua dekade terakhir. Kementerian Luar Negeri Federal Jerman juga mengeluarkan pernyataan yang menyerukan diakhirinya penganiayaan dan dilakukan penyelidikan independen terhadap kejahatan pengambilan organ tubuh dari praktisi Falun Gong yang dilakukan rezim.

Pendahuluan

Kampanye Genosida Jiang Zemin

Pada 20 Juli 1999, Sekretaris Jenderal PKT saat itu, Jiang Zemin melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong dan bersumpah untuk “memusnahkan Falun Gong dalam kurun tiga bulan.” Dia mengeluarkan perintah untuk “cemarkan reputasinya, bangkrutkan finansialnya, dan hancurkan fisiknya.”

Di Tiongkok, bukan saja hak dasar praktisi Falun Gong untuk bebas berkeyakinan, bebas berpendapat, serta bebas berkumpul ditiadakan, mereka juga tidak diizinkan untuk tinggal, bekerja, mendapat pendidikan dan bahkan kehilangan hak untuk hidup. Begitu ada yang mengaku bahwa mereka berlatih Falun Gong, mereka akan kehilangan pijakan di tengah masyarakat, kehidupan serta harta milik mereka terancam. Praktisi Falun Gong menjadi korban penahanan sewenang-wenang, pemerasan, rumah mereka disita, diusir dari tempat kerja maupun sekolah, tunjangan pensiun mereka tidak diberikan, dijebloskan ke kamp kerja paksa, pusat pencucian otak, pusat penahanan, pusat rehabilitasi narkoba, atau rumah sakit jiwa, yang berujung pada kematian, cacat, atau gangguan jiwa. Sebagian praktisi juga telah diperkosa atau dilecehkan secara seksual saat berada dalam tahanan.

Selama dua dekade terakhir, Jiang Zemin dan kaki-tangannya telah menghasut kebencian terhadap praktisi Falun Gong dengan memfitnah serta mengintimidasi mereka, menyogok, dan memengaruhi opini masyarakat. PKT memiliki hampir satu abad sejarah panjang dengan memilih satu kelompok untuk dianiaya rata-rata setiap sepuluh tahun sekali untuk mengalihkan krisis dan paranoidnya sendiri. Jiang Zemin mengikuti jejak serupa dan mulai memfitnah Falun Gong sebagai “aliran sesat” untuk membenarkan penganiayaannya. Label ini tidak didukung fakta maupun landasan hukum. Selain itu, kampanye PKT telah menjadikan praktisi Falun Gong sebagai kelompok paling teraniaya di masyarakat Tiongkok.

Skala Penganiayaan

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh Minghui.org, antara tanggal 20 Juli 1999 hingga 10 Juli 2019, setidaknya telah terjadi 2.500.000 hingga 3.000.000 penangkapan praktisi Falun Gong (beberapa praktisi telah ditangkap berulang kali).

Penangkapan ini terbagi dalam empat kategori: 1) Penahanan administratif berdasarkan Undang-Undang Hukum Administrasi Keamanan Publik Republik Rakyat Tiongkok; 2) Penahanan ilegal di pusat pencucian otak, yang biasanya disamarkan sebagai “pusat pendidikan hukum” dengan tujuan untuk “mereformasi/mengubah pikiran” praktisi Falun Gong; 3) Penahanan di kamp kerja paksa yang sekarang ditutup; 4) Penahanan pidana berdasarkan Hukum Acara Pidana Republik Rakyat Tiongkok.

Selain itu, lebih dari sepuluh juta praktisi Falun Gong yang tidak disebutkan namanya telah ditangkap karena memohon secara damai demi keyakinan mereka dan dibawa ke kamp konsentrasi rahasia, di mana mereka menjadi kelinci percobaan untuk penelitian ilmiah PKT dan sumber organ tubuh bagi industri transplantasi. Jumlah praktisi yang meninggal tidak diketahui, karena tubuh mereka segera dikremasi tanpa sepengetahuan keluarganya.

Para praktisi ini namanya tidak disebutkan karena mereka menolak untuk mengungkap identitas mereka (saat penangkapan) demi melindungi keluarga, tetangga, maupun majikan mereka. Kami tidak memiliki informasi tentang praktisi-praktisi ini, jadi penganiayaan apa pun yang terjadi terhadap mereka tidak dimasukkan ke dalam rangkuman pelanggaran hak asasi manusia kami. Kami yakin bahwa saat genosida berakhir, akan ada lebih banyak “orang dalam” yang akan muncul, bersaksi melawan PKT. Kami juga berupaya mengumpulkan dan menyusun kasus praktisi Falun Gong yang telah menjadi korban pengambilan organ hidup-hidup dan kelinci percobaan terhadap manusia dalam tahap uji klinis.

Penganiayaan Falun Gong dilakukan melalui kerja sama antara Partai Komunis, pemerintah, militer, sistem kesehatan, penegak hukum, kejaksaan, serta pengadilan. Demi melindungi kepentingan pribadi mereka, banyak dari instansi ini mencoba menutupi kejahatannya dan menyensor informasi. Oleh karena itu, informasi yang dapat dikumpulkan oleh Minghui.org hanyalah puncak dari gunung es. Meski demikian, Minghui.org telah berhasil mengumpulkan data tangan pertama dalam jumlah besar selama dua puluh tahun lebih. Karena keterbatasan tempat, laporan ini hanya mencakup sebagian kecil dari kumpulan besar kasus penganiayaan yang dipublikasikan di situs Minghui.org.

Kasus yang diliput dalam laporan ini mengindikasikan bahwa penganiayaan terhadap Falun Gong adalah berskala nasional dan mencakup perkotaan serta pedesaan. Praktisi telah dianiaya di 31 provinsi Tiongkok beserta kota yang dikelola langsung oleh pemerintah pusat, termasuk Anhui, Beijing, Chongqing, Fujian, Gansu, Guangdong, Guangxi, Guizhou, Hainan, Hebei, Heilongjiang, Henan, Hubei, Hunan, Mongolia Dalam, Jiangsu, Jiangxi, Jilin, Liaoning, Ningxia, Qinghai, Shaanxi, Shandong, Shanghai, Shanxi, Sichuan, Tianjin, Tibet, Xinjiang, Yunnan, dan Zhejiang.

Korban penganiayaan berasal dari berbagai latar belakang, termasuk pegawai pemerintah, personel militer, petugas polisi, hakim, jaksa, pengacara, profesor, guru, siswa, sarjana, pengusaha, insinyur, seniman, pekerja kesehatan, manajer perusahaan, jurnalis, pekerja pelayanan, ibu rumah tangga, petani, pensiunan, buruh, pengangguran, biksu, dan pendeta Tao.

Mereka bekerja di bidang pendidikan, sains, pemerintahan, agrikultur, kehutanan dan peternakan, perangkat keras, penata cahaya, keramik, plastik, kerajinan, tekstil, transportasi, keuangan, asuransi, utilitas, industri mobil, baja, elektronik, makanan dan minuman, layanan pos, media, penerbangan, militer, energi, pertambangan, hiburan, literatur dan seni.

Korban juga termasuk orang dari segala usia dan jenis kelamin, dari bayi hingga lanjut usia berumur 90an. Wanita hamil maupun cacat juga tidak terkecuali. Dari laporan yang telah dikumpulkan, Minghui.org telah merangkum lebih dari 100 metode penyiksaan yang digunakan terhadap praktisi Falun Gong, termasuk pemukulan; disetrum dengan tongkat listrik; dicekok paksa; dilarang tidur; menggantung praktisi dalam posisi yang berbeda; dilarang makan; tidak diizinkan menggunakan toilet; dipaksa melakukan aborsi; diseduh dengan air atau minyak panas, disetrika; diseret; dilecehkan secara seksual; dicambuk; kerja paksa; dan dikurung dalam sel isolasi.

Penganiayaan telah menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda dalam jumlah besar. Hingga tanggal 10 September 2019, Minghui.org telah mengonfirmasi 4.343 kasus praktisi yang dianiaya hingga meninggal. Ini sangat jauh dari angka kematian yang sesungguhnya – terutama mereka yang diambil organ tubuhnya secara hidup-hidup – masih tetap tidak diketahui. Jenazah dari praktisi yang meninggal juga dikremasi secara paksa untuk menghancurkan barang bukti.

Minghui.org juga telah melakukan verifikasi bahwa, hingga 10 Juli 2019, setidaknya 86.050 praktisi telah ditangkap; 28.143 praktisi dihukum di kamp kerja paksa; 17.963 dijatuhi hukuman penjara; 18.838 dibawa ke pusat pencucian otak; dan 809 telah ditahan di rumah sakit jiwa. Selain itu juga didokumentasikan 519.040 kasus penyiksaan. Sejumlah praktisi menderita diskriminasi, dipecat dari tempat kerjanya, kehilangan penghasilan, trauma mental, keluarga tercerai-berai, cedera, cacat, atau kematian selama penganiayaan dua dekade terakhir ini.

(Bersambung)

https://www.tiantibooks.org/collections/minghui-publications-featured/products/minghui-report-the-20-year-persecution-of-falun-gong-in-china-print?variant=40824205508713