Oleh Grup Minghui

Pertama kali dipublikasikan di tahun 2019

Hak Cipta © 2019 Minghui.org & Minghui Publishing Center Corporation

(Bagian 6)

(Lanjutan dari Bagian 5)

§1.5 Hak Praktisi yang Dipenjara Dilanggar

Pelanggaran Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap hak asasi manusia praktisi Falun Gong tidak berakhir dengan menghukum mereka. Di penjara, praktisi sering  kehilangan hak paling dasar yang diberikan kepada narapidana (yang bukan praktisi), berupa insentif pengurangan masa hukuman bagi yang melakukan penyiksaan terhadap para praktisi. Di bawah ini adalah beberapa contoh ilustrasi.

§§1.5.1 Penjara Wanita Liaoning dan “Divisi Koreksi”-nya27

Praktisi Falun Gong telah dipenjara di Penjara Wanita Provinsi Liaoning sejak PKT mulai menganiaya latihan ini di tahun 1999. Mereka telah disiksa secara fisik dan mental dalam upaya rezim PKT untuk memaksa mereka "berubah" dan melepaskan keyakinan mereka. Penjaga tidak pernah mengizinkan praktisi untuk berkomunikasi dengan para pejabat yang berkunjung.

Ada 13 divisi di penjara tersebut, dan praktisi Falun Gong dipenjara di hampir setiap divisi. Namun, pelanggaran paling parah terjadi di Divisi 12, yang disebut "Divisi Konsentrasi dan Koreksi" atau "Divisi Rumah Sakit." Sebelum tahun 2000, divisi itu disebut "Grup Edan." Divisi Itu ditetapkan sebagai “Divisi Konsentrasi dan Koreksi” pada 2010, dan satu-satunya tujuan adalah untuk "mengubah" praktisi Falun Gong.

Ketika Kamp Kerja Paksa Masanjia yang terkenal jahatnya ditutup, semua praktisi Falun Gong yang ditahan di sana dipindahkan ke “Divisi Masanjia” yang baru didirikan di Penjara Wanita Provinsi Liaoning.

›1.5.1(a) Taktik yang Digunakan di Divisi Koreksi

(1) Melemahkan Tekad Praktisi

Chen Shuo, pemimpin unit yang memimpin penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong di “Divisi Koreksi”, membuat kehidupan sehari-hari para praktisi seketat, sesulit, dan seburuk mungkin. Barang-barang kebutuhan pribadi praktisi diambil, dan mereka tidak diperbolehkan menggunakan toilet atau tisu toilet. Mereka tidak diperbolehkan untuk mencuci muka, menyikat gigi, atau mengganti pakaian dalam.

Praktisi juga harus tidur di papan kayu tanpa kasur atau selimut, terlepas dari musimnya. Praktisi hanya diberi sedikit makanan, namun mereka dikenakan hukuman fisik yang berat setiap hari, termasuk berdiri lama dan dipaksa jongkok berulang-ulang. Mereka sering dipukuli, disetrum dengan tongkat listrik, ditahan di sel isolasi, dan dipaksa menonton video yang mencemarkan Falun Gong.

Praktisi yang menolak untuk "diubah", masa hukumannya akan diperpanjang hingga 10 tahun, dan tidak ada tahanan lain yang akan dibebaskan. Ini menghasut tahanan lain untuk melakukan upaya maksimal dalam mengintimidasi dan menyiksa praktisi.

(2) Menghasut Narapidana Untuk Menyiksa Praktisi

Para penjaga menghasut narapidana Shan Lili, Xu Yingmei, Li Li, Guan Cui, Yang Fan, Wang Rui, dan banyak lainnya untuk menyiksa praktisi Falun Gong.

Guo Hongyan (wanita) disiksa begitu parah sehingga dia harus dibawa ke rumah sakit. Liu Xiaoya (wanita) disiksa sampai tinggal kulit dan tulang. Chen Yazhou (wanita) disetrum dengan tongkat listrik. Seorang praktisi berusia 60 tahun dipaksa melakukan kerja paksa di siang hari dan kemudian berjongkok di bawah meja sepanjang malam. Dia kemudian dikurung di sel isolasi yang amat kecil. Praktisi lain tidak diizinkan untuk mencuci muka, pakaian, atau menyikat giginya, selama enam bulan, dan tahanan lain akan memakinya karena bau yang ditimbulkan.

Para penjaga memimpin dalam menyiksa praktisi dan menghasut narapidana untuk memukuli dan menganiaya mereka. Narapidana yang menganiaya praktisi dikurangi masa hukumannya. Semakin buruk perlakuan narapidana terhadap praktisi, semakin banyak imbalan yang diberikan penjaga, seperti diberi lebih banyak buah-buahan.

Banyak narapidana mencoba menjilat para penjaga dan mengikuti mereka menganiaya praktisi. Beberapa bahkan berperilaku lebih buruk daripada para penjaga. Para penjaga dan narapidana menipu praktisi dengan menawarkan pengurangan masa hukuman jika mereka “berubah.” Namun, jika seorang praktisi setuju untuk melakukannya, mereka diberi tahu bahwa mereka harus menulis pernyataan yang mencaci Falun Gong agar pengurangan hukuman tersebut disetujui. Ketika seorang praktisi menandatangani pernyataan, penjaga berkata, “Kamu sendiri setuju. Kami tidak memaksamu.”

 (3) Menggunakan Hukuman Kolektif untuk Menghasut Kebencian

Divisi 12 Penjara Wanita Provinsi Liaoning selanjutnya dibagi menjadi lima kelompok kecil. Jika ada praktisi dalam kelompok kecil ini menolak untuk “berubah,” semua orang dalam kelompok tersebut akan dihukum. Mereka tidak diperbolehkan menonton TV atau harus menulis peraturan penjara tiga kali. Akibatnya, para narapidana ini umumnya memusuhi praktisi dan Falun Gong.

Praktisi yang menolak untuk "berubah" tidak diperbolehkan membeli makanan atau kebutuhan sehari-hari di penjara. Kunjungan keluarga, panggilan telepon, dan surat-menyurat juga dilarang. Mereka benar-benar diisolasi dari dunia luar.

Para penjaga menggunakan kata-kata paling kasar yang bisa dibayangkan untuk mencerca praktisi, yang beberapa di antaranya seusia nenek para penjaga. Banyak praktisi menyerah karena mereka tidak tahan dengan penghinaan dan penyiksaan. Begitu mereka "berubah," para penjaga dan narapidana segera mengubah sikap mereka dan tersenyum kepada mereka. Lingkungan juga berubah, dan menjadi sangat santai. Namun, jika seorang praktisi kembali berlatih Falun Gong, para penjaga dan narapidana akan kembali menyiksanya.

Karena narapidana yang bukan Falun Gong di Divisi Pemasyarakatan tidak diberi tugas sebanyak yang ada di divisi lain (yang ada praktisi), mereka melakukan apa pun yang mereka bisa untuk dipindahkan ke sana. Keluarga mereka menyuap siapa pun yang mereka bisa hubungi untuk menghindarkan anggota keluarga mereka dari kerja paksa di divisi lain.

§§1.5.2 Narapidana Dihasut untuk Menyiksa Praktisi di Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang28

Penjara Wanita Heilongjiang, yang terletak di Harbin, Provinsi Heilongjiang, bertanggung jawab atas penyiksaan kejam terhadap praktisi Falun Gong. Para penjaga menghasut narapidana kriminal untuk menyerang praktisi. Untuk itu, mereka mendapatkan insentif dari otoritas penjara.

›1.5.2(a) Pengurangan Hukuman Digunakan sebagai Insentif bagi Penjahat yang Menyerang Praktisi

Bangsal No.11 telah digunakan untuk "mengubah" praktisi, maka dikembangkanlah sistem yang menyeluruh untuk melaksanakan penindasan terhadap praktisi. Ji Na, seorang wakil kepala divisi, menawarkan sistem poin yang memberikan penghargaan kepada setiap narapidana kriminal yang bertindak kejam terhadap praktisi.

Selama akhir musim panas 2012, yang disebut “pakar” oleh Kantor 610 memaki narapidana yang tidak "cukup tangguh" dalam menangani praktisi dan menawarkan lebih banyak insentif bagi narapidana yang "berkinerja buruk" ini untuk menyemangati mereka dalam menyerang praktisi. Praktisi yang gigih dilarang tidur selama beberapa hari berturut-turut, diborgol atau dibelenggu, dan tidak diizinkan menggunakan kamar kecil. Semua praktisi yang ditahan mengalami cacian verbal dan penyiksaan saat tiba di Bangsal No.11.

Selanjutnya mereka dipaksa untuk menonton video yang memfitnah Falun Gong setiap hari. Pencucian otak semacam itu berlangsung antara satu hingga tiga bulan, dan para praktisi diisolasi total selama waktu ini.

Narapidana Cui Xiang, seorang terpidana pembunuh berusia empat puluh empat tahun, menerima pengurangan hukuman karena memimpin penyiksaan terhadap praktisi, seperti memaksa praktisi untuk duduk diam di bangku kecil untuk waktu yang lama. Akibatnya, beberapa praktisi mengalami luka bernanah di pantat mereka. Cui membual bahwa dia akan terus menyiksa praktisi setelah dia dibebaskan. Narapidana Tang Yongxia, usia 48 tahun, juga berperan penting dalam memantau dan menyiksa praktisi.

Narapidana lain yang menginginkan pengurangan hukuman mengikuti arahan Cui dan Tang memukuli praktisi, sering kali saat korban diborgol atau dibelenggu. Pada Maret 2012, narapidana Ma Guirong mengumpulkan sekelompok narapidana untuk memukuli praktisi Wang Jianhui (wanita).

›1.5.2(b) Rumah Sakit Penjara Menyiksa Praktisi yang Sehat

Bangsal No.10 berfungsi sebagai rumah sakit penjara, di mana tahanan yang bukan praktisi dirawat karena sakit atau cedera. Praktisi Falun Gong yang sehat, sebaliknya, dibawa ke sana untuk disiksa secara brutal baik mental maupun fisik. Sejak dipromosikan menjadi direktur rumah sakit pada 2008, mantan penjaga Zhao Huihua telah menghasut banyak narapidana kriminal dengan pengurangan hukuman sebagai imbalan untuk menyiksa praktisi.

Sementara praktisi Li Yushu (wanita) dicekok paksa makan, narapidana Wang Xinhua mencekok makanan ke tenggorokan Li dengan sumpit. Penusukan berulang kali melukai tenggorokan Li dan menyebabkan pendarahan.

Praktisi Hu Aiyun (wanita) menolak untuk dicekok paksa makan, dijambak rambutnya serta dipukuli secara brutal oleh narapidana Wang Wei dan Li Kun sampai pingsan. Wang berkata, “Ini adalah divisi untuk narapidana yang sakit. Wajar jika ada beberapa yang meninggal.”29

Praktisi Wei Jun, seorang guru berusia 40 tahun dari Kota Daqing, sering dipukuli oleh narapidana dan akibatnya kehilangan beberapa gigi. Dia juga disuruh duduk di bangku kecil dari pukul 6 pagi sampai pukul 12 siang. Wei hanya diperbolehkan tidur sebentar dan terkadang dia pingsan.

§§1.5.3 Pria Tianjin Akhirnya Diizinkan untuk Mengajukan Banding atas Hukuman Tujuh Tahunnya Menjadi Lima Tahun30

Huang Liqiao, seorang insinyur dari Tianjin, ditangkap pada 7 April 2012, dan dijatuhi hukuman 7 tahun penjara beberapa bulan kemudian karena menolak melepaskan Falun Gong. Dia mengajukan banding, tetapi Penjara Binhai menahan berkasnya. Huang mencoba beberapa kali lagi selama beberapa tahun berikutnya, dia akhirnya mengetahui bahwa surat bandingnya tidak pernah diteruskan.

Istrinya, Ge Xiulan, sejak hari pertama telah berusaha mencari pembebasan Huang. Dia ditahan selama 25 hari pada satu kesempatan dan haknya untuk mengunjungi suaminya dicabut sejak penangkapan Huang. Setelah dibebaskan, Ge mengajukan keluhan terhadap penjara, yang akhirnya mengalah dan mengizinkannya untuk bertemu dengan suaminya. Ge membawa pengacara untuk menemui suaminya pada 21 Maret 2017. Penjaga melarang pengacara membuat catatan atau menanyakan Huang tentang kondisi penahanannya. Ge Xiulan dan pengacara pergi ke Pengadilan Menengah Pertama Tianjin pada hari berikutnya untuk mengajukan banding atas hukuman Huang dan menolak hukuman penjara yang tidak adil itu.

§§1.5.4 Surat Wanita yang Dipenjara kepada Pengacaranya Ditahan oleh Penjara31

Huang Qian, usia 47 tahun, ditangkap di rumahnya di Kota Guangzhou pada 3 Februari 2015, akibat menulis blog tentang penganiayaan yang dideritanya karena menolak melepaskan Falun Gong. Berjudul “Gulag Memoirs,” postingannya mendokumentasikan bagaimana dia telah berulang kali ditangkap, ditahan, dan disiksa sejak penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada 1999. Dia dihukum tiga tahun kerja paksa pada Juni 2001 dan kembali dijatuhi hukuman empat tahun penjara pada Oktober 2008.

Mantan karyawan Pusat Buku Guangzhou itu kemudian dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada 30 Desember 2016, menyusul penangkapan terakhirnya. Dia dikirim ke Penjara Wanita Provinsi Guangdong pada Juni 2017.

Para penjaga menyiksanya secara teratur dan menahan surat-surat yang ditujukan ke pengacaranya yang tengah membantunya mengajukan banding. Selain itu, ibunya meninggal tidak lama setelah dia dipindahkan ke penjara, tetapi dia tidak diizinkan untuk menghadiri pemakaman.

Keluarga Huang mengunjunginya dan melihat bahwa dia telah kehilangan banyak berat badan. Huang memohon kepada keluarganya untuk mengeluarkannya dari penjara. Ketika keluarganya bertanya kepada seorang penjaga tentang kondisinya, penjaga itu mengancam akan mencabut hak kunjungan mereka.

§§1.5.5 Penjara Mengabaikan Tindak Pidana Penyerangan terhadap Praktisi Falun Gong yang Dihukum 11 Tahun karena Keyakinannya32

Wang Shouda, pria Mongolia Dalam yang menjalani 11 tahun di Penjara Kedua Hohhot karena menolak melepaskan Falun Gong, dua kali dianiaya oleh seorang narapidana dalam kurun beberapa bulan. Hingga hari ini, petugas penjara belum mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban pelaku.

›1.5.5(a) Cedera Kepala di Penjara

Penganiayaan pertama terjadi pada 16 Oktober 2018. Narapidana Wang Jining membanting Wang Shouda, berusia 50 tahun, ke lantai hingga kepalanya membentur lantai beton. Pada saat itu, Wang belum makan selama hampir sebulan dan sangat lemah. Kekerasan fisik seperti ini bisa dengan mudah merenggut nyawanya. Meskipun petugas penjara melakukan penyelidikan, mereka tidak melakukan apa pun terhadap Wang Jining, narapidana yang melakukan kekerasan itu.

Insiden kedua terjadi pada pukul 10 malam tanggal 19 Desember 2018. Wang Jining memukuli Wang lagi, merontokkan salah satu giginya dan melukai matanya. Mata Wang menjadi sangat bengkak sehingga dia tidak bisa melihat. Para penjaga mengetahui pemukulan itu, tetapi mereka tidak segera memberikan perawatan medis kepada Wang.

Di penjara, mereka yang memukuli orang lain biasanya langsung dibawa ke sel isolasi. Tetapi Wang Jining tidak menghadapi konsekuensi apa pun atas penganiayaannya terhadap Wang Shouda, Wang juga tidak diizinkan meninggalkan selnya untuk beristirahat seperti tahanan lainnya.

›1.5.5(b) Diam-diam Dihukum, Dilecehkan di Penjara

Wang (pria) tinggal di Kota Ordos di Mongolia Dalam timur. Dia dan dua praktisi Falun Gong lainnya, Guo Bingqiang (pria) dan Bai Tuoya (wanita), ditangkap pada 19 Juni 2011. Mereka dibawa ke Pusat Penahanan Dongsheng. Keluarga Wang tidak mendengar apa pun tentang dia hingga Desember 2012, ketika mereka diberi tahu bahwa Wang telah dijatuhi hukuman 11 tahun dan dipindahkan ke Penjara Kedua Hohhot.

Di dalam penjara, Wang dipaksa melakukan kerja berat dan mengikuti sesi cuci otak. Para penjaga menghasut narapidana untuk memukulinya. Zhou Junqing dan Fan Zhiqiang, dua petugas di penjara, melumpuhkan Wang di lantai pada 16 November 2017. Mereka mencabut dua gigi depan Wang dan mengisi mulutnya dengan kertas toilet. Wang kemudian ditahan di sel isolasi selama hampir tiga bulan dan tidak diizinkan keluar hingga nyawanya dalam bahaya. Wang mengajukan keluhan resmi, tetapi keluhannya itu tidak sampai ke pihak berwenang.

§§1.5.6 Pasien Stroke Tidak Diberikan Pembebasan Bersyarat Medis, Meninggal di Penjara Saat Menjalani Hukuman karena Keyakinannya33

Seorang warga Kota Panzhihua, Provinsi Sichuan, meninggal dunia kurang dari sembilan bulan setelah ia mulai menjalani hukuman karena keyakinannya pada Falun Gong di sebuah penjara di Provinsi Yunnan.

Pria berusia enam puluh lima tahun itu menderita beberapa kali stroke dan memiliki tekanan darah tinggi yang berbahaya tetapi permohonan pembebasan bersyarat medisnya berulang kali ditolak. Kematian Liao Jianfu didahului oleh dua hukuman penjara sebelumnya dengan total 10,5 tahun antara tahun 2002 hingga 2013.

Liao terakhir ditangkap pada Oktober 2016 karena memasang poster informasi tentang Falun Gong. Tiga praktisi lain yang bersamanya, Song Nanyu (pria, 70 tahun), Fu Wende (pria, 70 tahun), dan Zhou Fuming (Pria, 60an tahun), juga ditangkap.

Empat praktisi itu hadir di Pengadilan Kabupaten Yulong pada 22 Maret 2018. Mereka sering diinterupsi oleh hakim saat membacakan pembelaan mereka. Hakim kemudian menghukum Liao empat tahun penjara, Song dan Fu tiga setengah tahun, dan Zhou dua tahun. Liao, Fu, dan Zhou dipindahkan ke Penjara No.1 Provinsi Yunnan, dan Song ke Penjara No. 2 Provinsi Yunnan pada 21 Agustus 2018. Saat dipenjara, Liao mengalami pendarahan otak di beberapa bagian, tetapi otoritas penjara menolak untuk membebaskannya bersyarat.

§§1.5.7 Kunjungan Keluarga Tahanan Wanita Ditolak Selama Empat Bulan karena Melakukan Latihan Falun Gong34

Kunjungan keluarga Zhang Wei ditolak selama empat bulan karena Zhang Wei melakukan latihan Falun Gong di Penjara Wanita Liaoning, di mana dia menjalani hukuman delapan setengah tahun karena tidak melepaskan keyakinannya.

Zhang, seorang penduduk Kota Dandong, Provinsi Liaoning, telah menjalani tiga tahun di Penjara Wanita Liaoning sejak musim semi tahun 2016. Dia sering dipukuli oleh penjaga dan narapidana karena tidak melepaskan keyakinannya, menyebabkan luka parah pada punggung dan kakinya. Zhang melakukan latihan Falun Gong untuk memulihkan kesehatannya, namun akibatnya kunjungan keluarganya ditolak mulai April 2019.

Suami Zhang pergi ke penjara pada 27 Juni 2019. Dua penjaga memberitahunya, “Zhang Wei melakukan latihan Falun Gong di depan ratusan orang di pabrik penjara. Dia melanggar aturan kami di sini. Kami menolak semua kunjungan untuknya!”

Salah satu anggota keluarganya berkata kepada penjaga, “Kami belum melihatnya selama empat bulan dan sangat mengkhawatirkannya, terutama ibunya yang berusia delapan puluh tahun. Zhang Wei hampir mati setelah dia disiksa saat menjalani hukuman penjara pertamanya di sini di tahun 2002. Dia dipukuli lagi kali ini. Bagaimana kami tidak mengkhawatirkannya?” Para penjaga menjawab, “Jika dia tidak mengikuti aturan penjara, kami akan mengurungnya di sel isolasi dengan tangan diborgol.”

Suaminya bertanya kepada penjaga, “Dia masih memiliki beberapa tahun penahanan di sini. Apakah anda akan memborgol tangannya sepanjang waktu jika dia tidak berhenti melakukan latihan?”

Tak peduli apa yang dikatakan anggota keluarga, para penjaga masih menolak untuk mengizinkan mereka bertemu Zhang. Keluarga Zhang selanjutnya pergi ke kejaksaan setempat untuk mengadukan sikap penjara. Mereka diarahkan ke Kantor Administrasi Penjara Provinsi, yang merujuk mereka ke Kantor Pengaduan Penjara Provinsi. Seorang anggota staf di Kantor Pengaduan Penjara Provinsi meminta keluarga Zhang untuk mengajukan keluhan langsung ke kantor pengaduan internal di penjara itu. Anggota staf berkata, “Jika anda masih belum puas dengan tanggapan mereka, anda dapat kembali dan berbicara dengan kami.”

Keluarga Zhang pergi ke kantor pengaduan penjara keesokan harinya dengan surat keluhan, hanya untuk ditolak. Mereka kembali ke kantor pengaduan penjara provinsi dan diterima oleh staf yang sama seperti hari sebelumnya. Anggota staf itu membaca keluhan mereka dan pergi ke ruangan lain untuk bertemu atasannya. Ketika kembali sekitar empat menit kemudian, dia memberi tahu keluarga Zhang bahwa kasus tersebut tidak dapat diterima dan keluarga tersebut harus berbicara sendiri dengan otoritas penjara.

Keluarga melakukan upaya lain untuk menghubungi penjara tetapi diberi tahu bahwa selama Zhang melakukan latihan Falun Gong, keluarga tidak akan diizinkan untuk mengunjunginya.

Suami Zhang berencana menyewa pengacara untuk mencari keadilan bagi istrinya.

(Bersambung)

https://www.tiantibooks.org/collections/minghui-publications-featured/products/minghui-report-the-20-year-persecution-of-falun-gong-in-china-print?variant=40824205508713