(Minghui.org) Pada 3 Januari 2025, koresponden khusus Minghui mengunjungi beberapa tempat di utara New York yang didirikan oleh praktisi Falun Dafa (disebut pula Falun Gong), termasuk Dragon Springs dan Shen Yun. Selama kunjungan tersebut, ia juga bertemu dengan Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong dan Direktur Artistik dari Shen Yun Performing Arts. Di usianya yang ke-73, Guru Li terlihat jauh lebih ramping dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dan tampak seperti berusia sekitar 50 tahun, tatapannya memancarkan kehangatan, kekuatan, dan ketenangan.
I. Seorang Sukarelawan
Baru-baru ini, sebuah media tertentu membuat beberapa tuduhan terhadap Guru Li dan, dalam cara yang tampaknya disesuaikan dengan kepekaaan masyarakat Tiongkok, menekankan klaim bahwa Shen Yun dan Guru telah “memanfaatkan dedikasi dari pengikutnya serta tenaga kerja murah untuk menghasilkan $266 juta.” Ketika ditanya tentang hal ini, Guru Li menjawab bahwa beliau tidak mengetahui detail keuangan dari Shen Yun sebelum media tersebut memberitakannya, dan bahwa beliau sesungguhnya telah mengkhawatirkan apakah perusahaan seni pentas ini akan mampu menutupi pengeluarannya.
Praktisi Falun Gong - yang terpaksa meninggalkan kampung halaman dan lingkungan keluarga mereka, melarikan diri dari Tiongkok dan menetap di Amerika Serikat - menemukan diri mereka tanpa adanya jaringan dukungan di Amerika. Sementara organisasi nirlaba dan kelompok keagamaan lainnya mungkin menerima dana bantuan pemerintah atau donasi dari perusahaan, Falun Gong tidak menerima dukungan berkesinambungan semacam ini, terutama karena, selama dua atau tiga dekade terakhir, banyak orang di Barat telah memiliki kepentingan bisnis di Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok di belakang layar - telah menggunakan berbagai cara untuk mencegah negara-negara Barat mengangkat isu-isu hak asasi manusia yang terkait dengan Falun Gong. Sebagai akibatnya, bahkan di Amerika Serikat, sementara kelompok lain sering menerima dana bantuan pemerintah, Falun Gong harus mengandalkan sumber dayanya sendiri untuk bertahan.
Kesuksesan dari Shen Yun Performing Arts diakui secara global, namun perjuangan dan kenyataan di balik kisah sukses ini tidak diketahui secara luas, bahkan oleh banyak praktisi Falun Gong di Amerika Utara. Dari rasa percaya, kebanyakan tidak merasa perlu untuk mengetahui hal-hal spesifik. Praktisi lama menyadari bahwa Guru Li datang untuk menyampaikan ajaran, namun juga mengemban tanggung jawab sebagai Direktur Artistik dari Shen Yun Performing Arts. Tantangan di balik dua hal ini saja sedemikian besar. Sebagai akibatnya, beberapa praktisi lama telah memikul tanggung jawab atas masalah administratif dan keuangan perusahaan, menangani tantangan secara mandiri serta memandang tugas ini sebagai bagian penting bagi pengembangan spiritual mereka.
Selama pertemuan pada 3 Januari, Guru Li tersenyum dan mengatakan bahwa beliau tidak terlibat dalam masalah administratif, dan praktisi yang bertanggung jawab atas administrasi dan keuangan tidak memberi tahu beliau tentang hal-hal tersebut. Seorang akuntan pada Shen Yun Performing Arts menegaskan, “Kami memiliki peraturan dan prosedur keuangan yang kami ikuti,” seraya menambahkan bahwa setiap orang bekerja keras untuk memenuhi tanggung jawab mereka. Mereka percaya bahwa, bagaimanapun juga, Guru ada di sini untuk mengajar dan membimbing praktisi dalam latihan spiritual (kultivasi) mereka, bukan untuk bertindak sebagai atasan mereka.
Mengenai masalah kultivasi praktisi-praktisi yang terlibat dalam berbagai proyek, serta apa yang telah diamati oleh para praktisi, Guru hanya menunjukkannya ketika beliau merasa hal itu akan bermanfaat bagi peningkatan spiritual praktisi, dan, ketika ditanya, beliau menjawab dengan kebaikan dan kemurahan hati. Guru sangat peduli terhadap para praktisi dalam semua proyek, baik di dalam maupun luar negeri, serta memperhatikan perjalanan spiritual mereka.
Beliau bukan hanya tidak menerima uang dari entitas atau proyek mana pun, tetapi beliau juga sangat puas untuk tidak mengetahui cara mereka beroperasi. Beliau menjelaskan, “Ini termasuk Minghui.org, The Epoch Times, NTD Television, dan Ganjing World. Masalah operasional, staf, dan keuangan mereka bukanlah sesuatu yang saya campuri, maka saya tidak benar-benar tahu bagaimana mereka beroperasi. Saya harus membiarkan mereka menempuh jalan mereka sendiri; itu adalah bagian dari perjalanan spiritual mereka. Jika saya terus campur tangan, itu seperti merobohkan jembatan dan jalan di sepanjang jalur mereka. Jadi, saya tidak menangani semua hal itu—fokus saya hanya pada latihan spiritual para praktisi.”
Mengenai sumbangsih waktunya bagi inisiatif seperti Shen Yun, Guru Li menjelaskan bahwa, selain membimbing praktisi dalam pengembangan spiritual mereka, beliau juga mendesain kostum dan membantu mereka meningkatkan keterampilan, semuanya sebagai sukarelawan. “Namun, tidak seorang pun memberi saya sepeser pun; saya tidak dibayar,” ujarnya.
Koresponden juga berbicara dengan beberapa individu lain yang terlibat di berbagai perusahaan. Direktur Keuangan dari Shen Yun Creations, sebuah platform video seni, serta General Manager dari Shen Yun Dancer, sebuah perusahaan pakaian, keduanya mengonfirmasi bahwa mereka menangani sendiri operasional dan keuangan perusahaan. "Guru Li tidak mengawasi semua ini, dan kami tidak melapor kepadanya tentang hal-hal seperti itu," kata mereka.
Jaket biru dan kuning yang baru-baru ini diproduksi dengan tulisan “Falun Dafa” dirancang sendiri oleh Guru Li sebagai kontribusi sukarela. Jaket ini dirancang secara saksama untuk kebutuhan meditasi dan kegiatan di luar ruangan, karena hangat, tahan air, dan memiliki ritsleting dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Kualitas pakaian ini sangat istimewa, mengingat harganya. Ketika ditanya mengapa harganya ditetapkan demikian rendah, General Manager dari Shen Yun Dancer menjelaskan, “Kedua jaket ini hanya dijual kepada praktisi, dan Guru Li berharap kami akan menetapkan harga serendah mungkin.” Sebagai tanggapan, Guru tersenyum dan menambahkan, “Saya memang mengatakan itu. Jika memungkinkan, saya lebih suka memberikan barang-barang ini kepada praktisi secara cuma-cuma.”
Gagasan “memberikan kepada praktisi secara cuma-cuma” sudah tidak asing lagi. Terkait harga dan distribusi buku-buku Dafa, Guru telah berulang kali menyampaikan hal serupa. Dan bagi para siswa di sekolah Fei Tian, uang sekolah, tempat tinggal, makanan, buku, beberapa pakaian, dan biaya perjalanan memang telah disediakan secara cuma-cuma. Beasiswa yang diberikan kepada setiap siswa oleh sekolah tersebut setara dengan sekitar $50.000 per tahun, dan orang tua hanya perlu membayar untuk pelajaran tambahan di luar sekolah.
II. Gaya Hidup Sederhana dan Tekad Teguh
Menurut Anda, Guru Li adalah orang yang bagaimana?
Di Dragon Springs, kami bertemu dengan seorang praktisi yang telah bekerja bersama Guru selama dua puluh tahun. Ketika ditanya tentang orang seperti apakah Guru Li dalam kesehariannya, setelah beberapa saat berpikir mendalam, praktisi itu secara perlahan menjawab: “Beliau memiliki kekuatan tekad yang luar biasa, menjalani kehidupan yang sederhana, dan memiliki tujuan yang jelas.”
Praktisi ini bercerita bahwa baik di Dragon Springs atau saat bepergian, di pagi hari, Guru mencuci pakaiannya sendiri, sering melewatkan sarapan, atau hanya minum sedikit air dan kopi. Untuk makan siang, beliau makan makanan ringan di kantin Dragon Springs, dan untuk makan malam, biasanya semangkuk sup pangsit, atau nasi dingin dengan air panas dan sayur acar.
Praktisi lain berbagi kisah lucu dan mengesankan saat sarapan pagi, ketika ia merebus banyak telur dan membawanya kepada Guru, berharap Guru akan memilih telur yang paling besar dan terbaik. Namun, Guru justru memilih telur yang cangkangnya paling retak, dan berkata, “Saya ambil yang ini saja.”
Seorang praktisi lain mengenang ketika Guru mengajak mereka makan prasmanan. Ia sangat ingin mengambil makanannya dan bergegas duduk, seperti yang lainnya, tetapi ketika ia mencari Guru, ia melihat Guru tengah berdiri dengan tenang di samping, menunggu setiap orang mengambil makanannya sebelum beliau mengambil makanan. “Saya terdiam, merasa bahwa saya, sebagai muridnya, tidak seharusnya mengambil makanan sebelum Guru saya. Tetapi Guru mengangguk lembut, mengisyaratkan agar saya lanjut.”
Ketika membahas tentang Guru yang memiliki “tujuan yang jelas dan kekuatan tekad yang luar biasa,” praktisi yang telah bekerja bersamanya selama dua puluh tahun berbagi, “Begitu Guru menetapkan tujuan, beliau terus bergerak maju. Tak peduli apa pun rintangannya, beliau tidak berhenti. Beliau tidak memikirkan uang; beliau hanya melakukan apa yang perlu dilakukan.” Dia melanjutkan, “Melihat beliau bekerja demikian setiap hari, kita mungkin berpikir bahwa ini bukan hal yang luar biasa. Namun, ketika kita melihat ke belakang, kita menyadari betapa luar biasanya hal tersebut. Tak peduli tantangan apa pun yang muncul, Guru telah menyelesaikan apa yang perlu dilakukan. Tidak seperti kita, yang sering menyerah ketika tantangan menghadang.”
Praktisi tersebut melanjutkan, “Ada begitu banyak hal yang kami pikir tidak dapat dilakukan, tetapi Guru tidak membiarkan hal itu menghentikannya. Beliau terus mendorong maju, dan pada akhirnya, semuanya berhasil. Jadi bagi saya, ini semua adalah tentang kekuatan tekad dan fokus beliau.”
“Dalam pengamatan saya, 'kesulitan' tidaklah eksis baginya. Kita mungkin memandang sesuatu sebagai hal yang sulit atau sangat menantang dan berpikir bahwa itu adalah hal buruk. Namun bagi Guru, rintangan tidak akan menghentikannya.”
Mereka yang pernah bekerja di lokasi konstruksi Dragon Springs tahu bahwa Guru terus bekerja. Baik di area yang paling sulit maupun pekerjaan yang paling berat, Guru selalu ada di sana. Saat mengangkat kayu, beliau selalu memilih bagian yang lebih berat. Beliau secara teratur membersihkan puing-puing, sering kali membersihkannya sebelum orang lain mengerjakannya. Ketika tidak ada yang mau membersihkan lubang air berlumpur, Guru diam-diam masuk dan membersihkannya. Ketika ada batu-batu kecil di jalan, beliau memungutnya dan membuangnya ke tepi untuk mencegah trotoar rusak saat tergerus roda. Ada paku di lokasi konstruksi atau jalan? Guru akan memungutnya, menyortirnya, dan membawanya ke gudang. Beliau memandu seni visual Shen Yun, mendesain kostum dan alat peraga, mengajarkan teknik vokal, mengawasi pembuatan karya-karya baru, serta memastikan standar artistik tertinggi. Di tengah kesibukannya yang padat dan saat bepergian, ketika beliau memiliki sedikit waktu luang, beliau mengeluarkan sebuah map kertas sederhana untuk menulis lirik serta menggubah musik.
Beliau pernah menyatakan dengan jelas bahwa sebagai orang yang membimbing setiap orang dalam latihan spiritual mereka, beliau harus memberikan teladan. Karena ada banyak pelajaran dari sejarah tentang bahaya uang, beliau tidak pernah mengambil uang untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, beliau memberikan teladan dan mengajarkan kepada semua orang tentang pentingnya berhemat. Misalnya, ketika harus membeli peralatan yang diperlukan untuk latihan dan pentas, seperti pencahayaan dan bahan untuk panggung, Guru selalu mengingatkan para praktisi, “Carilah barang promo dan dengan diskon.”
Saat wawancara, beliau menjelaskan lebih lanjut, “Karena ada begitu banyak hal yang harus dilakukan, saya sering tinggal di asrama di Dragon Springs. Saya ingin menyediakan sekolah dan lingkungan terbaik di dunia untuk anak-anak di sini” - mengacu pada para seniman muda di Shen Yun dan para siswa sekolah Fei Tian. “Saya telah mengatakan kepada orang tua mereka, 'Saya ingin mengembalikan anak-anak ini kepada Anda sebagai anak-anak yang terbaik. Ini adalah fokus saya.”
III. Peduli Kepada Setiap Orang
Ketika Dragon Springs didirikan di tahun 2000, tidak ada apa pun di sana selain hamparan hutan, danau yang tidak menarik atau jernih, dan sebuah rumah sederhana. Rumah itu adalah bangunan sederhana dengan tiga kamar tidur, dan tidak ada tempat parkir. Pada saat hujan atau bersalju, jalan setapak menjadi berlumpur dan sulit dilalui. Para praktisi yang menjadi sukarelawan di Dragon Springs melakukannya dengan waktu dan sumber daya mereka, didorong oleh pemahaman yang mendalam tentang betapa berharganya Sejati-Baik-Sabar. Mereka berkomitmen untuk berdiri di sisi Guru, yang meskipun menawarkan ajaran yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia, namun dianiaya oleh Partai Komunis Tiongkok.
PKT menyebarkan desas-desus yang menyatakan bahwa Guru memiliki banyak properti mewah, mobil mewah, dan kapal pesiar. Namun, belakangan diketahui bahwa beliau tidak memiliki harta benda seperti itu. Beliau tidak mengambil gaji dari perusahaan yang dikelola praktisi mana pun dan memberikan kepada Dragon Springs semua sumbangan yang diterima dari para praktisi. Guru Li berkata, “Saya tidak menginginkan uang. Untuk apa saya menginginkan uang? Saya pikir ke mana pun saya pergi, seseorang akan memberi saya makanan. Untuk apa saya menginginkan uang? Saya tahu saya tidak akan pernah kelaparan.”
Selama wawancara kami baru-baru ini, Guru terus tersenyum lembut, tenang dan rileks, yang membuat saya, sebagai pewawancara, teringat akan ajaran beliau: “Tanpa menyalahkan, tanpa kebencian, menganggap penderitaan sebagai kegembiraan.”
Selama 19 tahun terakhir, sekolah Fei Tian dan Shen Yun telah berkembang menjadi institusi yang dinamis, lengkap dengan ruang kelas akademis, studio tari, kantin, teater, kantor, perpustakaan, aula konser, dan berbagai ruang rekreasi - semuanya dibangun, bata demi bata, oleh para praktisi yang dibimbing oleh Guru. Bagi banyak praktisi Falun Gong, perjalanan ini lebih dari sekadar jalan untuk mengatasi kesulitan dan melenyapkan karma; ini adalah tentang memenuhi ikrar yang dibuat dengan jiwa sebelum mereka datang ke dunia ini.
Bagaimana grup pertama Shen Yun Performing Arts didirikan? “Pada awalnya, kami mengumpulkan sekelompok praktisi dan mendatangkan beberapa anak muda yang memiliki tinggi badan berbeda dan tidak tahu banyak tentang tari. Sedikit demi sedikit, langkah demi langkah, semuanya mulai berkembang. Namun, saat itu, kami hampir tidak memiliki uang. Semua yang perlu dilakukan, para peserta harus membayar sendiri. Semua guru membeli apa pun yang diperlukan dengan uang mereka sendiri. Saya tidak berbeda—saya membayar semua yang terpikir oleh saya dari kantong sendiri. Setiap orang menyumbangkan apa pun yang mereka bisa,” kenang Guru. “Kami baru mulai memperoleh penghasilan setelah mengadakan pertunjukan. Begitulah cara kami menerobos, sedikit demi sedikit,” lanjutnya.
Saya, pewawancara, ingat ketika baru ada satu studio tari, dan Guru ada di sana untuk membantu menemukan siswa tari ketika mereka berlatih salto. Praktisi yang telah lama berada di Dragon Springs ingat ketika para siswa ini pertama kali mempelajari tarian Manchu. Karena mereka belum pernah melihat sepatu platform Manchu tradisional sebelumnya, Guru secara langsung mengenakan dan menyesuaikan sepatu bagi setiap siswa.
Setelah mengamati hadiah-hadiah tulus yang dibuat dan diberikan oleh para siswa kepada Guru dari waktu ke waktu, serta dipajang di Dragon Springs, saya tidak bisa tidak memikirkan mereka yang - setelah keluar – mengikuti jejak Partai Komunis Tiongkok dalam memfitnah Falun Gong dan Shen Yun. Menanggapi pemikiran saya tentang hal ini, Guru menjelaskan bahwa anak-anak itu bukan datang ke Shen Yun atas kemauan sendiri - mereka dibawa oleh orang tua mereka - dan dalam kasus seperti itu, mereka umumnya tidak berhasil dengan baik. Sebaliknya, anak-anak yang berkata, “Saya ingin berlatih Dafa,” dan “Saya ingin membantu Guru dalam pelurusan Fa,” telah maju pesat.
Pembaca yang mengenal sejarah Tiongkok sekitar satu abad terakhir kemungkinan menyadari bahwa orang tua di Tiongkok terbiasa memaksakan keinginan dan impian mereka yang tak kesampaian pada anak-anak mereka. Sifat yang tidak baik ini berasal dari pengaruh Partai yang sudah berlangsung lama, yang terbiasa meremehkan kehidupan keluarga dan mengabaikan pilihan individu. Lagu "Father and Mother Are Not as Dear Chairman Mao" (“Ayah dan Ibu Tidak Sesayang Ketua Mao”) ditulis pada 1966 dan dikenal luas di Tiongkok. Meskipun kemudian dilarang karena dugaan hubungan penggubah lagu dengan faksi anti-Partai Lin Biao, frasa "Ayah dan Ibu sayang, tetapi masih lebih sayang Ketua Mao" dan "Ayah dan Ibu tidak dapat dibandingkan dengan Partai Komunis" telah sangat menanamkan gagasan untuk mengganti kasih sayang keluarga dengan kesetiaan kepada Partai Komunis, kemudian generasi demi generasi orang Tiongkok menjadi terbiasa memaksakan cita-cita Partai pada diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.
Ketika ideologi komunis menyebar secara global, semakin banyak orang yang mengadopsi pendekatan ini dengan memaksakan kehendak eksternal dan gagal membangun hubungan orang tua-anak yang wajar. Beberapa praktisi tidak kebal terhadap hal ini, dipengaruhi oleh budaya Partai Komunis yang mengakar serta adanya masalah dengan kondisi spiritual (kultivasi) mereka.
Selama lebih dari satu dekade, Guru telah melakukan banyak upaya untuk memberikan pengalaman yang baik kepada para siswa selama mereka berada di Dragon Springs, mulai dari memastikan bahwa pakaian dan makanan yang layak disediakan untuk mereka (melebihi apa yang dapat beliau berikan kepada putrinya sendiri pada usia para siswa ini), hingga membuat makanan ringan bagi para siswa dan membagikannya di malam hari. Ketika membahas hal ini, Guru tersenyum dan menjelaskan, “Karena anak-anak ini masih muda, saya harus memperlakukan mereka sebagaimana orang tua mereka.”
Para praktisi di Dragon Springs mengatakan ada demikian banyak kisah menyentuh tentang hal-hal yang telah dilakukan Guru dalam kesehariannya - kisah yang dimiliki setiap orang, kisah yang tidak akan pernah bisa sepenuhnya diceritakan.
Berbeda dengan keluarga kecil, komunitas besar memiliki pengeluaran dan tanggung jawab yang berlipat ganda. Biaya di Dragon Springs sangat besar - tagihan pemanas dan listrik bulanan, AC, dan biaya makanan sehari-hari untuk begitu banyak orang. Dan sekolah menyediakan beasiswa penuh bagi para siswa. Ini adalah beban keuangan yang sangat besar.
Sangatlah jelas bahwa Guru tidak hanya peduli dengan para siswa, tetapi juga dengan mereka yang telah lulus. Bagaimanapun juga, mencari pekerjaan jauh lebih menantang bagi lulusan seni daripada mereka yang memiliki gelar di bidang teknis, misalnya. Mencari nafkah dan membangun karier bukanlah hal yang mudah. Siswa yang tetap tinggal di Fei Tian untuk bergabung sebagai pengajar atau melanjutkan karier sebagai pemain Shen Yun profesional - mendapatkan gaji untuk menghidupi diri mereka sendiri. Semua ini membutuhkan sumber daya keuangan yang signifikan.
Sangatlah jelas, sebagai Direktur Artistik Shen Yun, Guru menghargai talenta dan, yang lebih penting, sebagai guru Falun Dafa, berharap murid-muridnya akan berhasil dalam perjalanan spiritual mereka dan mencapai tujuan mereka.
IV. Mengajarkan Dafa
Saat ini, semua praktisi Falun Dafa memahami bahwa ajaran yang telah diberikan oleh Guru kepada kita adalah prinsip-prinsip mendalam dari alam semesta - Sejati, Baik, dan Sabar. Jadi, di Tiongkok yang dikuasai oleh komunis, sebuah masyarakat yang secara aktif menentang spiritualitas dan agama, dan yang melakukan kontrol ketat terhadap setiap aspek pemikiran, tindakan, dan kehidupan ekonomi setiap individu - tanpa memandang usia atau jenis kelamin - bagaimana Falun Dafa dapat menjangkau masyarakat? Dan terutama mengingat sifat totaliter dari masyarakat di sana?
Sejak 1980-an hingga akhir 1990-an, Tiongkok mengalami “demam Qigong”, dengan puluhan juta orang yang menekuni latihan seperti ini. Manfaat kesehatan nyata dari Qigong, terutama dalam hal penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan fisik, telah memicu minat yang besar. Hal ini menyebabkan tumbuhnya fokus pada studi tentang tubuh manusia dan eksplorasi baru tentang hubungan antara dunia materi dan pikiran. Seiring berjalannya waktu, hal ini menciptakan ruang bagi penelitian dan eksperimen di bidang ini. Namun, terlepas dari minat yang berkembang pesat ini, banyak orang - yang berusaha memahami misteri yang lebih dalam tentang tubuh manusia, kehidupan, dan alam semesta - merasa kecewa, tidak dapat menemukan jawaban lebih baik yang memuaskan mereka baik secara intelektual maupun spiritual.
Pada 1992, Guru Li mulai mengajarkan Falun Dafa kepada masyarakat, dipicu oleh kesempatan yang tak terduga. Beliau mengenang, “Awalnya, di Changchun, orang-orang berbicara tentang Qigong, dan saya mendengarkan. Kemudian, saya menyampaikan beberapa patah kata. Ketika saya berbicara, mereka terkesan, dan berkata, ‘Wah! Saya tertarik dengan apa yang Anda katakan—mohon ceritakan lebih banyak kepada kami!’ Karena saya tahu sedikit tentang hal-hal tersebut, tidaklah sulit untuk berbagi lebih banyak. Setelah itu, mereka berkata, ‘Wah! Bisakah Anda mengadakan kelas untuk kami?’”
Beliau melanjutkan, “Mereka semua adalah praktisi Qigong yang sudah berpengalaman. Tanpa keraguan, mereka menawarkan, ‘Saya akan mengatur tempat untuk Anda!’ Mereka mengurus detailnya dan mendesak, 'Guru Li, mohon, segera berikan kami ceramah!’ Beberapa dari mereka sangat bersemangat dan bersikeras agar saya mengajar mereka. Maka, saya akhirnya memberikan ceramah di Sekolah Menengah No. 5 di Changchun.”
Berbeda dengan latihan kultivasi tradisional aliran Buddha, para penggemar Qigong ini telah terbiasa dengan kelas ceramah di mana seorang guru Qigong akan mendemonstrasikan efek penyembuhan Qigong-nya selama kelasnya. Mereka berasumsi bahwa Guru Li akan mengajar dengan cara yang sama, padahal sebenarnya beliau datang untuk mengajarkan Dafa. Guru mengenang, “Seharusnya itu adalah sebuah kelas ceramah, tetapi mereka membawa serta pasien, karena itulah yang terjadi pada kelas ceramah Qigong lainnya. Ketika saya hendak mulai, ada banyak pasien yang mengerang kesakitan. Apa yang bisa saya lakukan? Bagaimana saya dapat memberikan ceramah sementara mereka mengerang kesakitan? Beberapa dari mereka bahkan diinfus. Jadi, saya menghampiri dan membantu mereka. Hanya dalam beberapa detik, mereka semua dapat berdiri. Kemudian, saya berkata kepada mereka dari atas panggung - itu adalah ruang kelas yang bertingkat - 'Dengar! Sekarang jalanlah!’ Dan mereka semua mulai berjalan. Beberapa dari mereka telah terbaring di tempat tidur atau lumpuh dan bahkan tidak bisa berdiri sebelumnya. Lalu saya berkata, 'Sekarang, larilah!’ Dan mereka pun mulai berlari. Setelah itu, saya berkata, 'Baiklah, sekarang mari kita mulai ceramah.’ Sejak saat itu, mereka langsung mengerti, dan beberapa berkomentar, “Wah, bahkan guru Qigong yang hebat pun tidak akan begini luar biasa!’ Dan saat itulah saya mulai mengajar. Setelah itu, mereka mengajukan banyak pertanyaan kepada saya, dan saya menjawabnya. Sejak saat itu, tidaklah mungkin untuk berhenti.”
Bukankah itu hal yang tak ternilai jika seseorang yang lumpuh atau sakit parah dapat disembuhkan? Mereka yang mengenal kisah Milarepa akan memiliki beberapa pemahaman tentang hal ini. Guru Li, dalam sekejap, memulihkan kesehatan dan kemampuan bergerak orang-orang yang tengah menderita, namun, ketika merefleksikan hal itu, beliau berbicara dengan ketenangan yang datar.
Di dunia spiritual dan tradisi keagamaan, secara luas diyakini bahwa manusia pada dasarnya memiliki sifat kebuddhaan. Itulah sebabnya, ketika Guru berbicara tentang kebenaran yang lebih tinggi, hal itu telah membangkitkan sesuatu yang terpendam dalam hati banyak orang—sesuatu yang telah lama terpendam. Setelah memberikan ajarannya, beliau akan berkata, “Saya telah membagikan apa yang perlu Anda ketahui; sekarang mulailah berlatih.” Maka, beberapa penggemar Qigong ini mulai berlatih Falun Gong. Sejak saat itu, Guru dikenal oleh masyarakat sebagai “guru Qigong” atau “Master Li,” sebutan umum bagi mereka yang mengajar Qigong.
Meskipun guru ini—seorang guru Dafa (Maha Hukum) Sejati-Baik-Sabar—hanya disebut sebagai master Qigong, satu-satunya perhatiannya adalah memberikan manfaat bagi makhluk hidup; beliau tidak peduli dengan status atau gelar. Seperti yang beliau pernah katakan, “Anda boleh memanggil saya guru, master, Mr. Li—apa pun yang Anda suka.”
Banyak kejadian setelahnya mungkin telah diketahui oleh banyak orang, dengan banyak artikel merefleksikannya - tersedia di Minghui.org, di bawah kategori "Masa Awal di Tiongkok." Pembaca yang tertarik dapat menelusuri artikel-artikel lama ini untuk mendapatkan informasi lebih rinci.
Hidup hemat sudah menjadi sifat alami Guru, namun ketika menyangkut hal-hal yang perlu dilakukan, beliau tidak membiarkan uang menjadi penghalang.
Antara tahun 1992 dan akhir 1994, ketika Guru mengadakan kelas tatap muka di seluruh penjuru Tiongkok, setiap seminar berlangsung rata-rata sembilan hari dan biaya bagi peserta adalah 50 RMB (dengan diskon 50% bagi praktisi yang telah ikut kelas sebelumnya), atau setara dengan sekitar $8 Dolar AS. Biaya ini digunakan untuk membiayai perjalanan dengan kereta api dan makan bagi Guru dan asistennya, serta ongkos cetak materi. Dibandingkan dengan biaya kelas Qigong pada umumnya saat itu, harga ini sangatlah rendah, sehingga memicu ketidakpuasan di antara banyak master Qigong lainnya yang merasa biaya tersebut terlalu rendah, di bawah harga pasar. Akan tetapi, Guru Li menetapkan biaya rendah karena mempertimbangkan para muridnya, dan berusaha sebaik mungkin untuk menghemat uang mereka.
Oleh karena itu, untuk menekan biaya, Guru mengambil tiket kursi duduk dalam perjalanan kereta api yang panjang, bukannya membayar gerbong dengan tempat tidur, kecuali jika tidak memungkinkan. Namun, Guru mencatat bahwa, yang luar biasa, bahkan ketika kereta penuh dan beliau membeli tiket duduk, kursi di sebelahnya akan kosong, memungkinkannya untuk berbaring dan beristirahat. Makanannya sebagian besar terdiri dari mi instan, dengan sesekali suguhan semangkuk sup mi dari pedagang kaki lima. Akomodasi selalu di penginapan paling sederhana dengan harga murah. Mereka sering membawa mi instan, disamping materi cetakan tentang latihan, dalam tas sederhana. Selama dua tahun, Guru mengadakan 54 sesi ceramah. Para asistennya menjadi sangat jenuh makan mi instan sehingga mereka hampir tidak bisa menelannya lagi, katanya. Namun mereka yang telah menghadiri kelas ceramah mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga atas apa yang telah diberikan kepada mereka.
Meskipun biaya untuk mengajar selama dua tahun itu cukup besar, Guru tetap fokus pada tujuan yang lebih besar: menyelesaikan pekerjaannya.
Namun, ketika tiba saatnya untuk mulai menerbitkan buku-buku Dafa, bagaimana membiayainya kembali menjadi pertanyaan. Seorang praktisi dari Beijing, yang telah memperoleh sejumlah uang melalui usahanya, meminjamkan Guru beberapa ribu yuan. Ketika toko-toko buku mulai mendistribusikan buku China Falun Gong, praktisi tersebut tidak yakin apakah Guru akan mampu melunasi pinjaman tersebut. Namun, Guru bergegas mengatur agar hasil penjualan buku tersebut digunakan untuk melunasi utang. Kemudian, setelah banyak tantangan berhasil diatasi, buku Zhuan Falun pun dipublikasikan.
Guru berbagi selama wawancara kami bahwa salah satu praktisi yang membantunya mengadakan seminar tatap muka adalah seorang pengusaha dan pejabat pemerintah. Kadangkala ketika Guru tidak memiliki dana untuk biaya perjalanan, praktisi ini akan menanggung biayanya. Ia pernah berkata kepada Guru, “Guru, lihatlah diri Anda. Anda lihatlah master Qigong lain meraup puluhan atau bahkan ratusan ribu yuan, sementara beginilah Anda, bahkan tidak punya cukup uang untuk membayar kamar hotel.” Pada saat itu, puluhan ribu yuan adalah jumlah yang signifikan. Hanya berkat dukungan praktisi ini, Guru mampu melanjutkan pekerjaannya selama tahun-tahun itu. Ketika mengingat hal ini, Guru tertawa terbahak dan berkata, “Apa yang perlu dilakukan harus diselesaikan, tak peduli seberapa sulitnya—dan itu bisa dilakukan.”
Kembali ke kisah mengajar latihan kultivasi di Tiongkok: meskipun banyak tantangan, pengaruh Falun Gong terus berkembang, dan beberapa individu mulai berkomplot hendak menyerang Guru. Namun, setelah menyelidiki secara diam-diam, mereka menemukan bahwa Guru tidak memiliki kekayaan dan tidak pernah berhubungan dengan wanita—jadi bagaimana mereka bisa menyerangnya? Pada saat itu, Guru telah memiliki pengaruh yang signifikan di seluruh Tiongkok, dan kekacauan akibat Revolusi Kebudayaan telah mereda. Bahkan Partai Komunis, yang dikenal luas karena berbagai gerakan politiknya untuk menyerang individu atau kelompok tertentu, membutuhkan dalih untuk mengambil tindakan.
Guru mengenang, “Pada 1996, saya tidak tahu siapa yang memberi perintah, tetapi seorang direktur wanita dari Kementerian Perdagangan mengundang saya untuk makan malam. Saat itu, saya sering diundang makan oleh orang-orang yang mengharapkan penyembuhan. Setelah kami duduk, pejabat itu berterus terang kepada saya, dengan mengatakan, ‘Guru Li, pengaruh Anda di Tiongkok sudah terlalu besar. Anda harus meninggalkan negara ini.’ Dia mengatakannya secara gamblang. Ketika mendengarnya, saya mengerti—jelas bahwa pria bernama Jiang itu sangat marah, terutama karena orang-orang bahkan berlatih Falun Gong di kedua sisi Jalan Chang’an [catatan: dekat pusat pemerintahan]. Jadi saya menjawab, ‘Baiklah, saya akan pergi ke luar negeri.’”
Di Tiongkok, setiap kelompok spiritual atau agama menghadapi tantangan yang sama: jika tidak membentuk cabang partai atau mengakui bahwa "kepentingan Partai di atas segalanya," Partai akan mengawasi dengan ketat, menunggu kesempatan untuk menindasnya—terkadang hingga membuatnya mustahil untuk eksis. Meskipun Falun Gong, dengan prinsip-prinsip universalnya Sejati-Baik-Sabar, telah membantu memulihkan kesehatan dan meningkatkan standar moral bagi jutaan orang Tiongkok, sehingga menghemat biaya pengobatan negara secara signifikan, Guru Li tetap dipaksa agar meninggalkan Tiongkok.
Pada 1997, Guru Li menerima visa Amerika bagi orang-orang yang memiliki kemampuan luar biasa, dan pindah ke Amerika Serikat. Pada 1998, setelah berkunjung untuk sementara waktu untuk mengurus beberapa hal di Tiongkok, ketika kembali ke AS, beliau dan keluarganya hanya memiliki sedikit uang dan tidak memiliki tempat tinggal. Mereka awalnya ingin pergi ke San Francisco, tetapi seorang praktisi Falun Gong di sana mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan akomodasi, jadi keluarga Guru diundang ke Atlanta, di mana mereka tinggal di sebuah apartemen sempit dan harus berbagi dengan seorang praktisi lain. Ketika kehidupan di sana tidak dapat dipertahankan, mereka pindah ke New York. Akhirnya, Guru menetap di sebuah apartemen studio kecil yang disewa oleh seorang praktisi di Upper Manhattan. Bangunan itu kemudian diberi label palsu oleh Partai Komunis Tiongkok sebagai “gedung milik Li Hongzhi” setelah penganiayaan dimulai di tahun 1999.
Jika kita renungkan tentang tradisi spiritual dan agama baik di Timur maupun Barat, merupakan harapan umum bahwa seseorang akan menyumbang ke gereja, kuil, atau komunitasnya. Namun, Guru tidak pernah meminta sesuatu yang bersifat materi dari kita – hanya menginginkan agar kita memiliki hati untuk menempa diri dengan baik (berkultivasi). Sementara, berapa banyak dari kita yang telah memperoleh kesehatan yang lebih baik melalui Falun Dafa, sebuah hadiah yang tak ternilai.
Guru bisa saja menjalani kehidupan yang jauh lebih nyaman, dan akan mudah baginya untuk menikmati kualitas hidup yang lebih tinggi. Namun, aspirasinya selalu jauh melampaui semua itu. Mengapa beliau mengajarkan Dafa? Mengapa beliau tanpa lelah membimbing para praktisi dalam latihan spiritual mereka? Mengapa beliau menjadi Direktur Artistik Shen Yun? Mengapa beliau menyumbangkan waktu dan tenaganya untuk proyek-proyek yang dijalankan oleh para praktisi? Semua praktisi sejati memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Saat ini, bahkan banyak orang yang tidak beragama atau berlatih spiritual -menyadari bahwa Falun Dafa secara mendasar berbeda dari latihan Qigong lainnya. Ia tidak dilatih demi penyembuhan, atau demi kekayaan, atau untuk membangun kedok spiritual. Sebaliknya, Falun Dafa adalah jalan sejati kultivasi diri dari aliran Buddha, yang mengajarkan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar, serta membimbing para praktisi kembali ke jati diri mereka.
Falun Dafa telah mengalami penganiayaan selama lebih dari seperempat abad, namun nilai-nilai Sejati-Baik-Sabar tetap teguh, bersinar di hati para praktisi dan memperkuat pikiran lurus mereka. Ketangguhan praktisi Falun Dafa berakar pada keyakinan mereka yang tak tergoyahkan pada nilai-nilai ini, dasar spiritual mereka yang mendalam, serta bimbingan dan teladan yang diberikan oleh Guru Li Hongzhi.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2025 Minghui.org