(Minghui.org) Di Tiongkok baru-baru ini, sebuah kendaraan polisi parkir di pintu masuk setiap sekolah, saat kelas dimulai dan berakhir, dan seorang petugas polisi berseragam berdiri di pintu. Di masa lalu, dari 26 departemen di dewan Negara, 18 bertanggung jawab untuk mengatur pasukan polisi bersenjata di sektor-sektor seperti diplomasi asing, keamanan publik, keamanan nasional, transportasi, biro audit dan bank, dll.—semuanya adalah “departemen penting.” Sektor pendidikan dan kesehatan tidak memiliki pasukan polisi bersenjata. Namun sekarang, polisi bersenjata telah muncul di universitas, sekolah dasar—bahkan taman kanak-kanak, dan orang-orang telah memperhatikannya.

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa menempatkan petugas polisi di pintu masuk akan menjamin keamanan sekolah. Yang lain mungkin takut melihat polisi bersenjata berdiri di luar sekolah. Sebagian orang mungkin berkata: “Saat ini, sebagian besar rumah desa memiliki tembok tinggi dan gerbang besi. Di permukaan, tampaknya orang-orang lebih sejahtera secara finansial, tetapi pada kenyataannya, hal itu mencerminkan menurunnya nilai-nilai moral masyarakat. Orang-orang mendirikan tembok dan gerbang yang tinggi untuk menghentikan pencuri.”

Ketika seseorang melihat suatu objek dari dekat, mereka hanya melihat sebagian atau hal-hal spesifiknya; namun, ketika seseorang mundur selangkah, mereka dapat melihat gambaran keseluruhan, termasuk lingkungannya. Sejalan dengan alasan yang sama, dalam masalah keamanan, jika kita memperluas pandangan, kita dapat melihat bahwa di masa lalu, rumah-rumah tidak dikelilingi pagar. Orang-orang tidak merasa perlu mengunci pintu mereka di malam hari dan mereka tidak khawatir rumahnya akan dibobol.

Bahkan jika seseorang berniat menyakiti anak-anak, dapatkah dua polisi yang berdiri di luar sekolah mencegah tragedi? Hati orang-orang telah berubah menjadi buruk, dan akhir-akhir ini apa pun bisa terjadi.

Banyak hal buruk telah terjadi sebagai akibat dari merosotnya nilai-nilai moral. Di Tiongkok, susu bubuk bayi ditemukan mengandung melamin beracun, ada minuman keras beracun, truk tangki digunakan untuk mengangkut minyak goreng, dan kemudian ada pengambilan organ paksa dari tahanan hati nurani oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Semua kekejaman ini disebabkan oleh merosotnya nilai-nilai moral. Ketika tindakan-tindakan yang dangkal digunakan untuk memecahkan masalah, masalah-masalah yang lebih dalam tidak ditangani. Tampaknya masyarakat tidak lagi memiliki tujuan akhir, dan kemanusiaan serta lingkungan semakin memburuk.

Hitler pernah berkata: “Pemerintah diberkati jika rakyatnya tidak berpikir.” Pemerintah yang dimaksudnya adalah kediktatoran, seperti PKT. Setelah puluhan tahun berkuasa secara otoriter, orang-orang Tiongkok tidak tahu lagi bagaimana berpikir secara normal. Mereka tidak melihat orang dan benda dengan standar moral yang normal dan ini memungkinkan PKT untuk mengarang kebohongan, mengambil keuntungan dari mereka yang tidak memiliki kekuasaan, memicu kebencian dan konflik di antara orang-orang yang berbeda, dan mengalihkan kesalahan kepada orang lain.

Menjelang Tahun Baru Tionghoa 2001, rezim tersebut menggelar insiden bakar diri di Lapangan Tiananmen, dalam upaya untuk memicu kebencian terhadap Falun Gong. Ratusan juta orang berlatih Falun Gong di Tiongkok. Jika Falun Gong mendorong para praktisi untuk membakar diri, mengapa sejak tahun 2001 hingga sekarang, 24 tahun telah berlalu, namun belum pernah ada kasus “bakar diri” kedua? Penganiayaan telah berlangsung selama 25 tahun, tetapi hanya sedikit orang yang berhenti untuk memikirkan hal ini.

Selama 25 tahun, praktisi Falun Gong telah menggunakan berbagai cara, bekerja tanpa lelah untuk memberi tahu orang-orang tentang fakta penganiayaan, namun beberapa orang masih percaya kebohongan PKT—mereka membenci Falun Gong. Hanya mereka yang berani menganalisis fakta yang akan melihat kebenaran.

PKT memulai berbagai kampanye politik sejak berkuasa. Orang Tiongkok percaya apa pun yang PKT katakan kepada mereka dan mereka tidak berani, atau ingin, berpikir. Karena mereka tidak berpikir sendiri, mereka memaafkan aturan PKT yang kejam dan dengan demikian kehilangan lingkungan manusia yang normal.

Jika warga Tiongkok dapat dengan bebas memilih keyakinan mereka, dan hidup sesuai dengan Sejati, Baik, Sabar untuk menjadi orang yang lebih baik dan bermoral, apakah akan ada begitu banyak keserakahan dan korupsi? Apakah akan ada begitu banyak produk palsu? Apakah akan ada begitu banyak insiden penculikan wanita dan anak-anak di Tiongkok?

Selama pandemi COVID, PKT memberlakukan karantina wilayah untuk menghentikan penyebaran virus. Hal ini membuat investor asing takut dan menyebabkan banyak bisnis swasta tutup, dan hubungan dengan negara asing rusak. Pasar saham Tiongkok anjlok drastis, yuan terdevaluasi, dan kredit hancur.

Ekonomi Tiongkok anjlok karena pandemi. Orang-orang kesulitan mencari pekerjaan dan membayar cicilan rumah. Kaum muda takut untuk berumah tangga atau punya anak.

Manusia Biasa Mendukung PKT

Sumber kekacauan di Tiongkok saat ini adalah PKT. Namun, semua orang berperan di dalamnya.

Mengapa? Sebelum PKT merebut kekuasaan, masyarakat Tiongkok mengikuti budaya tradisional. Mereka percaya bahwa perbuatan baik akan mendapat pahala, perbuatan buruk akan mendapat ganjaran, dan bahwa dewa sedang mengawasi kita. Masyarakat berusaha untuk menjadi baik, dan menghindari perbuatan buruk. Setelah PKT berkuasa dan mempromosikan ateisme serta teori evolusi, ia memutus hubungan manusia dengan Tuhan dan mencegah masyarakat untuk percaya pada prinsip langit bahwa perbuatan baik akan mendapat pahala. Masyarakat didorong untuk melakukan sesuatu tanpa mempedulikan konsekuensinya. “Filsafat perebutan kekuasaan” PKT merupakan katalisator kejahatan dalam sifat manusia dan tidak memiliki batas bawah.

Meskipun warga biasa tidak memiliki pilihan dalam sistem pemerintahan, ada banyak hal yang dapat diputuskan oleh setiap warga negara Tiongkok, dan setiap pilihan memiliki konsekuensi.

Semakin banyak orang dapat berpegang teguh pada kebaikan, semakin banyak individu, keluarga, dan masyarakat yang akan mampu menjaga fondasi mereka dan bergerak ke arah yang positif.