(Minghui.org) Ketika saya membaca artikel berbagi pengalaman di Minghui.org, saya sering terinspirasi oleh kondisi kultivasi praktisi yang gigih dan pemahaman mereka yang mendalam tentang Fa. Saya belajar banyak dari artikel-artikel ini, dan terkadang saya terharu hingga meneteskan air mata oleh tindakan lurus para praktisi. Dibandingkan dengan mereka, saya masih jauh tertinggal. Namun, saya sangat menghargai jalur kultivasi yang telah Guru atur untuk saya. Saya ingin menceritakan pengalaman kultivasi saya kepada anda.

Menyingkirkan Rasa Takut

Seorang praktisi bernama Jie menginginkan agar saya bergabung dengan arena belajar Fa rekan-rekan praktisi yang bekerja untuk menyelamatkan praktisi yang teraniaya. Dia menghubungi saya beberapa kali, tetapi saya enggan. Alasannya adalah saya pernah ditangkap dan dianiaya ketika terlibat dalam upaya penyelamatan di masa lalu. Bayangan penganiayaan menghantui saya, pikiran negatif terus muncul, dan rasa takut masih menghantui.

Saya memahami dari Fa bahwa bukan keikutsertaan saya dalam penyelamatan yang menyebabkan saya dianiaya. Melainkan karena saya memiliki celah kebocoran kultivasi. Ketika praktisi ditangkap dan dianiaya, itu adalah tanggung jawab kita untuk menyelamatkannya. Saya berpikir, "Jika rekan-rekan praktisi datang kepada saya, pastilah saya memiliki keterikatan yang harus saya lepaskan, dan tanggung jawab yang harus saya pikul." Namun, "rasa takut" ini membuat saya terhambat, dan saya tidak mampu melangkah maju untuk berpartisipasi.

Saya mencari ke dalam dan menggali jauh ke dalam diri saya sendiri. Bukankah akar dari rasa takut ini hanya egois? Itu adalah keinginan untuk melindungi diri sendiri dan menghindari kerugian pribadi. Guru mengajarkan bahwa kita harus mengultivasi konsep egois kita dan menjadi tanpa pamrih. Ketika saya mengukur perilaku saya dengan Fa, saya melihat betapa jauhnya saya masih harus melangkah.

Kultivasi saya sedang stagnan. Bagaimana saya bisa menghilangkan rasa takut ini? Saya bisa saja memilih proyek klarifikasi fakta lainnya, tetapi saya tahu rasa takut ini tidak akan hilang begitu saja. Ini adalah penghalang yang harus saya terobos. Saya bertekad untuk menyingkirkan rasa takut dan meningkatkan diri.

Jie berbicara kepada saya dengan nada tegas: "Anda harus datang ke belajar Fa bersama penyelamat besok!" Awalnya hati saya tergerak, tetapi saya segera tenang. Saya tidak merasa dendam padanya. Saya hanya merasa sedih karena saya masih terkekang oleh rasa takut. Menyelamatkan rekan praktisi membutuhkan tenaga, tetapi saya hanya diam saja dan tidak melakukan apa pun. Saya merasa malu.

Jie menyadari bahwa nadanya tidak pantas dan meminta maaf. Saya berkata: "Saya tidak menyalahkan anda. Ini karena kondisi kultivasi saya yang buruk."

Saya sangat kesal karena tidak bisa mengambil langkah maju itu. Saya berpikir, "Jie terus-menerus mengulurkan tangan kepada saya—bukankah Guru memberi saya kesempatan untuk melenyapkan rasa takut? Bukankah jalan sedang disiapkan bagi saya? Saya harus mengambil langkah besar berikutnya!"

Maka saya mengintensifkan belajar Fa dan memancarkan pikiran lurus untuk melenyapkan substansi yang membuat takut di medan dimensi saya, dan segala hambatannya terhadap saya. Saat memancarkan pikiran lurus, kata-kata Guru tiba-tiba muncul di benak saya:

"Perihal ini saya beri tahu kalian, sekiranya anda merasa “sakit” hingga betapa menderitanya, harap anda tetap teguh datang, Fa sulit diperoleh." (Ceramah 2, Zhuan Falun)

Pada saat itu, saya benar-benar merasa Guru sedang mendorong saya untuk terus maju. Ketika Jie berbicara kepada saya lagi, saya setuju datang ke arena belajar bersama. Sebelum pergi, setiap kali saya pergi, saya memancarkan pikiran lurus untuk melenyapkan segala makhluk dan unsur jahat yang mengganggu saya dalam upaya penyelamatan. Setibanya di arena belajar bersama, saya merasa ringan dan gembira, seolah-olah dikelilingi kicau burung dan bunga-bunga yang bermekaran. Saya tahu Guru senang melihat saya mengambil langkah itu.

Hal ini mungkin tampak sepele bagi orang lain, tetapi saya membutuhkan waktu lebih dari dua bulan untuk menembus penghalang ini. Itu adalah proses kultivasi nyata, mengultivasi diri, langkah demi langkah.

Mengultivasi Diri Sendiri

Seorang praktisi bernama Hong ditangkap dan kemudian dibebaskan dengan "jaminan sambil menunggu persidangan." Setelah mengetahui hal ini, saya berinisiatif untuk berbicara dengannya. Dia seorang praktisi lama dan kurang memahami prosedur hukum. Saya membaca beberapa artikel Minghui tentang cara menggunakan hukum untuk melawan penganiayaan dan tahu bahwa upaya penyelamatan akan melibatkan penyusunan dokumen hukum kami sendiri. Karena jaminan hanya memberikan penangguhan sementara, periode ini seharusnya digunakan untuk mengklarifikasi fakta kepada polisi, kejaksaan, dan pejabat pengadilan, serta menasihati mereka untuk tidak melakukan kejahatan.

Setelah kami berbicara, dia setuju dengan saran saya. Kami berdua memahami bahwa mengklarifikasi fakta adalah kunci yang dapat membuka semua pintu. Karena kami menghadapi situasi ini, sudah menjadi tanggung jawab kami untuk membantu menyelamatkan makhluk hidup yang terlibat di pihak yang menganiaya.

Pertama-tama, saya membantunya menyusun surat yang dapat kami kirimkan kepada petugas terkait. Setelah praktisi lain merevisinya, kami mengirimkannya melalui pos kepada beberapa petugas polisi setempat, pejabat kejaksaan, dan atasan mereka.

Hong merasa cemas karena dia sulit menemukan seseorang untuk membantu menyiapkan dokumen hukum. Saya bilang: "Kalau anda benar-benar tidak bisa menemukan seseorang, saya akan coba membantu. Saya akan periksa Forum Keadilan daring dan bantu anda menyusunnya." Saya membuat akun di forum tersebut dan mulai menjelajah. Itu benar-benar membuka mata saya! Metode hukum untuk melawan penganiayaan dibahas secara menyeluruh, dan materi di setiap kategori tersedia. Saya belajar banyak tentang ketentuan-ketentuan hukum.

Dulu setiap kali saya membantu menyelamatkan praktisi, dokumen hukum selalu disusun oleh pengacara. Saya membacanya dan kemudian lupa. Pengalaman ini membantu mengisi kesenjangan pengetahuan hukum saya. Template yang dibagikan oleh praktisi di forum sangat lengkap. Saya dapat menggunakannya dengan memasukkan detail kasus spesifik ini. Biasanya, dokumen yang ditulis oleh pengacara kurang mengandung unsur klarifikasi fakta, tetapi dokumen yang disusun oleh praktisi mengandung aspek yang berasal dari perspektif kultivasi, yang membuatnya sangat efektif dalam melawan penganiayaan.

Saya menggunakan template tersebut dan menyusun permohonan non-penuntutan, permohonan pencabutan dakwaan, permohonan pencabutan pembatasan jaminan, permohonan pengembalian barang sitaan, permohonan pengecualian bukti ilegal, permohonan pembebasan saksi, permohonan penjelasan hukum melalui kasus, dan pengaduan pidana. Saat menyusun semua ini, saya memperoleh pemahaman yang jelas tentang pelanggaran hukum PKT dalam menganiaya Falun Gong.

Meskipun saya cukup sibuk dan terkadang bekerja hingga pukul 02:00 pagi, saya tidak merasa lelah. Sebaliknya, saya merasa damai dan juga merasakan Guru menguatkan dan menyemangati saya. Saya berterima kasih kepada Guru atas bantuan belas kasih-Nya, dan kepada para praktisi yang ada di forum atas kontribusinya yang tanpa pamrih. Di permukaan, saya membantu menyusun materi untuk praktisi lain, tetapi dalam prosesnya saya justru mengultivasi dan memenuhi kebutuhan diri sendiri.

Kasus terus berlanjut, dan berkasnya dilimpahkan ke pengadilan. Saya pergi ke rumah Hong untuk membawakannya beberapa dokumen hukum yang telah diunduh. Dia meminta saya untuk mengisi formulir permohonan bagi pembela keluarganya untuk meninjau berkas perkara. Karena pengadilan memblokir akses tersebut, saya juga menyusun gugatan hukum terhadap hakim karena menolak hak pembela keluarga untuk meninjau berkas tersebut, dan meminta para praktisi di Forum Keadilan untuk membantu merevisinya.

Pagi itu saya sedang terburu-buru karena harus belajar Fa dengan kelompok lain. Saat mengisi formulir, saya tidak sengaja menulis nama Hong di kolom "pemohon" dan "responden". Saya tidak memeriksa ulang dokumen tersebut, dan bergegas pergi. Setelah sampai di rumah, saya tiba-tiba menyadarinya dan meminta Hong untuk memeriksa kesalahan tersebut. Dia memberi tahu saya bahwa praktisi lain, Cheng, menyadari kesalahan tersebut saat mencetaknya, dan kemudian memperbaikinya. Saya merasa sangat malu, tetapi juga lega karena kesalahan tersebut telah diperbaiki.

Dua hari kemudian, seseorang meneruskan pesan suara dari Cheng kepada saya. Dia menunjukkan kesalahan saya dengan nada kasar. Dia menegur saya dan mengatakan bahwa format pengaduan hukum saya buruk, bahasanya bertele-tele, dan tulisannya buruk.

Mendengar hal ini merupakan pukulan telak. Nada suaranya mengandung sindiran, ejekan, dan kritik, yang sangat sulit saya terima. Kata-katanya tidak terdengar seperti seorang rekan praktisi, melainkan lebih seperti seorang pejabat Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang sedang memarahi seseorang. Selama lebih dari 20 tahun berkultivasi, saya belum pernah dikritik seperti ini oleh praktisi lain. Meskipun tidak mengenakkan untuk didengar, saya tahu bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan dalam kultivasi. Pasti ada sesuatu yang perlu saya kultivasikan. Saya segera menenangkan diri dan mencari ke dalam, bertanya-tanya, "Keterikatan apa yang tersentuh oleh tegurannya?"

Saya merasa malu. Dulu, rekan-rekan praktisi selalu memuji saya karena saya pandai menulis laporan penyelamatan. Namun, kini saya benar-benar diremehkan oleh Cheng. Di balik rasa malu itu, tersimpan keterikatan saya pada reputasi. Wajah saya memerah karena malu, dan saya merasa berat dan terkekang. Saya juga memiliki keinginan tersembunyi untuk menjelaskan mengapa kesalahan itu terjadi. Namun, saya menyadari bahwa keinginan saya untuk membela diri berasal dari hati yang tidak puas, keinginan untuk mengalihkan kesalahan, dan untuk menutupi diri karena kurang bertanggung jawab.

Saya tidak menyusun aplikasi itu dengan serius. Kesalahan itu menunjukkan kurangnya tanggung jawab, sikap acuh tak acuh yang berakar pada budaya PKT, dan pola pikir yang tidak sabar.

Ketika saya menyadari hal ini, hati saya tiba-tiba menjadi jernih, seolah-olah sebuah tembok penghalang di depan saya telah runtuh. Saya sungguh ingin berterima kasih kepada Cheng. Maka saya menulis surat kepadanya, “Mendengarkan pesan suara anda sangat menyentuh hati saya. Melakukan kesalahan seperti itu sungguh tidak bisa dimaafkan. Anda menunjukkan bahwa bahasanya kurang ringkas, dan formatnya kurang tepat. Hal ini mencerminkan kemampuan berbahasa saya yang lemah dan ketidaktahuan saya terhadap dokumen hukum. Saya tidak memeriksa pekerjaan saya dengan saksama. Itu adalah sikap khas budaya PKT yang melakukan segala sesuatu secara permukaan. Terima kasih atas ketegasan anda. Itu menjadi peringatan bagi saya. Ini baru awal keterlibatan saya di dunia hukum. Dulu, saya hanya melihat sekilas apa yang dilakukan orang lain, dan tidak pernah memasukkannya ke dalam hati. Namun, untuk melakukan sesuatu dengan baik, seseorang harus menganggapnya serius. Saya akan bekerja keras ke depannya, dan jika ada yang tidak saya mengerti, saya harap anda akan terus membimbing saya.”

Saya merasa telah melewati ujian menerima kritik dengan rendah hati. Saya juga menoleransi nada bicaranya yang kurang ramah, karena saya memahami bahwa itu berkat standarnya yang tinggi dan pendekatannya yang tegas. Kemampuan saya menghadapi hal ini berasal dari kekuatan Dafa dan ajaran Guru. Saya sungguh berterima kasih kepada Guru atas anugerah kekuatan Fa yang diberikan kepada saya.

Tanggapan saya juga membantu dia merasakan ketulusan saya. Dalam kerja sama kami selanjutnya, dia selalu dengan sabar menawarkan banyak bantuan kepada saya.

Dalam bekerja sama dengan rekan-rekan praktisi, situasi yang menguji Xinxing kita dapat terjadi kapan saja. Pemahaman saya adalah jika suatu situasi tidak mengandung unsur-unsur yang akan membantu saya meningkat, situasi itu tidak akan muncul di hadapan saya.

Perjalanan kultivasi saya selama lebih dari 20 tahun telah menyadarkan saya akan upaya luar biasa yang Guru lakukan agar kita berhasil. Perlindungan belas kasih-Nya memungkinkan kita melewati berbagai rintangan. Setiap langkah yang kita ambil melalui kesulitan dan rintangan mencerminkan upaya keras Guru. Kata-kata tak dapat menggambarkan karunia Guru yang tak terbatas. Saya hanya bisa berkultivasi dengan gigih, memenuhi misi saya, dan menjalani tahap akhir perjalanan kultivasi saya dengan baik agar dapat memenuhi predikat "praktisi Falun Dafa di masa pelurusan Fa". Terima kasih, Guru!