(Minghui.org) Orang tua suami saya adalah petani dan tinggal di desa. Suami saya adalah anak kedua, memiliki empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Keluarganya cukup miskin. Ia belajar dengan giat, diterima sebagai dosen, dan ia merantau meninggalkan kampung halamannya.
Mertua saya tidak memberi kami apa pun ketika kami menikah, dan saya tidak meminta apa pun. Orang tua saya sangat baik. Orang tua saya berkata: “Mereka orang-orang kampung dan keluarga ini sedang berjuang. Asalkan mereka baik, itulah yang penting. Apa pun kekurangan mereka, kami akan membantu.” Mertua saya membangun rumah baru untuk ketiga putra mereka yang lain, tetapi bukan untuk kami. Mereka berkata bahwa setelah mereka berdua meninggal, mereka akan memberikan rumahnya kepada kami.
Saat Tahun Baru Imlek tahun 1999, kami pergi ke kampung halaman suami saya. Saudara ipar perempuan saya, Yu, menyambut kami dengan hangat. Saya kemudian menyadari bahwa itu karena dia menginginkan rumah mertua saya, karena letaknya di pusat desa. Suaminya (kakak suami saya) adalah seorang petani dan dokter desa, dan ia ingin merenovasi rumah itu dan membuka klinik. Saya sudah berlatih Falun Dafa. Saya berpikir: “Saya seorang praktisi. Saya harus tidak egois dan memperhatikan orang lain. Hidup di desa tidak mudah. Jika mereka menginginkan rumah itu, biarkan saja.”
Ibu mertua saya merasa itu tidak adil bagi kami. Yu adalah orang yang sangat pintar. Dia berkata akan membayar rumah kami itu. Ayah mertua saya berkata: “Harganya setidaknya 5.000 yuan (±Rp 11.500.000) atau 6.000 yuan (±Rp 13.500.000).”
Dia memberi tahu kami bahwa dia hanya akan membayar 3.000. Sebenarnya, nilai pasarannya setidaknya 6.000 atau 7.000 yuan saat itu. Saya bilang, "Saya tidak menginginkan uang. Anda bisa berikan saja kepada mertua." Saya tidak memperebutkan keuntungan pribadi dan merasa tenang.
Ketika musim semi tiba, Yu ingin merobohkan rumah dan mulai membangun. Mertua saya tidak punya tempat tinggal, tetapi Yu tidak peduli. Dia berkata: "Sekarang rumah ini milik saya. Saya bisa merobohkannya jika saya mau. Di mana mereka tinggal bukan urusan saya." Suami saya dan adik laki-lakinya yang bungsu berdiskusi tentang cara mengatur tempat tinggal bagi orang tuanya. Ada sebidang tanah kosong di sebelah rumah kakak ipar sulung saya. Kami bertanya apakah kami bisa membangun rumah di sana untuk mertua, dan kami akan menanggung biayanya, tetapi Yu menolak.
Orang tua saya tidak punya pilihan selain tinggal sementara di rumah saudara laki-laki ketiga. Ada juga sebidang tanah kosong di depan rumah itu. Suami saya, saudara laki-laki yang nomor tiga, dan adik laki-laki bungsu berdiskusi dan memutuskan bahwa suami saya dan adik laki-laki bungsu akan menanggung biayanya, saudara laki yang nomor tiga akan mengurus logistiknya, dan mereka akan membangun rumah di sana untuk tempat tinggal orang tua, dengan kepemilikan nantinya akan jatuh ke tangan saudara laki-laki yang nomor tiga. Dengan cara ini, orang tua akhirnya memiliki tempat tinggal.
Ketika suami saya pulang, ia tampak kesal dan berkomentar: "Yu sungguh tidak masuk akal." Di permukaan, kami memang rugi, sedangkan dia justru mendapatkan keuntungan materi. Namun, ketika saya melihat bagaimana dia berjuang dan berkomplot demi keuntungan yang tidak seberapa, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, serta hidup dalam kepahitan dan kelelahan yang terus-menerus, saya sungguh merasa kasihan padanya. Saya merasa sangat beruntung telah bertemu Falun Dafa, dan saya mampu melepaskan keterikatan pada kepentingan pribadi dan hidup tanpa pamrih. Saya merasa ringan, gembira, dan damai.
Ibu mertua saya terkena stroke pada tahun 2007 dan tubuhnya di sisi kiri tidak berfungsi. Dia dirawat di rumah sakit dan ketika saya menjenguknya, saya berkata: "Lafalkan dengan tulus, 'Falun Dafa Hao – Zhen, Shan, Ren Hao (Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik).'" Dia langsung mulai melafalkannya. Lima hari kemudian, sisi kiri tubuhnya kembali dapat digerakkan. Sungguh ajaib! Dia diperbolehkan pulang 10 hari kemudian.
Setelah meninggalkan rumah sakit, ibu mertua dan ayah mertua tinggal di rumah saya selama dua minggu. Setiap hari, saya memutarkan ceramah Guru untuk mereka. Saya bertanya kepada mereka, "Apakah kalian mengerti apa yang sedang dikatakan?" Mereka menjawab mengerti. Setelah mendengarkan, ibu mertua saya menjadi jauh lebih bersemangat. Beberapa hari kemudian, mereka kembali ke kampung halamannya.
Menjelang Festival Pertengahan Musim Gugur, saya meminta suami saya untuk membawa mereka kembali untuk merayakan bersama kami. Saya memasak makanan lezat yang sangat mereka sukai. Saat Tahun Baru Imlek, saya kembali mengajaknya berlibur bersama kami dan merawatnya dengan baik. Mereka biasa tinggal di desa, tanpa kondisi dan kebersihan yang layak, tetapi saya tidak keberatan. Saya membantunya mandi dan mencuci pakaian. Seiring bertambahnya usia mereka, hanya keluarga saudara laki yang sulung yang tinggal di desa, tetapi Yu tidak mau merawat mereka. Suami saya mengatur rumah di kota untuk mereka, dan meminta saya untuk merawat mereka setelah mereka pindah.
Setiap hari saya memasak untuk mereka, mencuci pakaiannya, dan membersihkan rumahnya. Saya membuat dua selimut baru untuk mereka, dan ibu mertua saya berkata dengan gembira, "Saat menikah saya tidak punya selimut baru. Akhirnya sekarang, di usia tua saya punya satu." Saya juga sering membelikan mereka camilan. Apa pun yang mereka suka makan, semahal apa pun, saya belikan. Saya memperlakukan mereka seperti orang tua saya sendiri, dengan penuh kebaikan dan rasa hormat. Mereka sangat bahagia.
Saat ibu mertua saya sedang berjalan-jalan, dia bertemu dengan seorang praktisi Falun Dafa yang bercerita tentang Dafa. Ibu mertua saya berkata: "Saya tahu Dafa baik. Menantu perempuan saya dan kakak perempuannya sama-sama berlatih. Menantu perempuan saya memperlakukan kami dengan sangat baik. Dia sangat berbakti dan baik hati." Dia terus memuji saya beberapa saat. Praktisi yang berbicara dengannya kemudian menceritakan hal ini kepada saya.
Jika saya tidak berlatih Dafa, saya tidak akan mampu melakukan semua ini. Saya ingat sebelum saya berlatih, ketika ipar ketiga saya akan menikah, orang tua tunangannya meminta "tiga hadiah besar" untuk pengantin wanita – satu buah jam tangan, satu buah sepeda, dan satu buah mesin jahit. Hanya sepeda masih belum ada, dan karena ibu mertua saya tidak punya uang lagi, dia berkata dia tidak mampu membelinya. Pengantin wanita tidak senang, jadi ipar ketiga datang ke rumah kami dan mengambil sepeda yang baru saja saya beli untuk suami saya. Saat itu, sepeda merupakan pengeluaran yang besar. Meskipun kami berdua bekerja, gaji kami rendah, kami menyewa apartemen, dan memiliki seorang anak. Tanpa sepeda, suami saya harus berjalan kaki ke tempat kerja. Saya benar-benar kesal dan merasa tidak adil.
Setelah berlatih Dafa, saya memperlakukan diri saya sebagai seorang kultivator sejati. Di keluarga besar ini, saya bekerja keras untuk melepaskan kepentingan pribadi. Setiap kali ada konflik kepentingan, saya selalu mengalah. Orang tua tinggal di rumah kami, dan kami menanggung semuanya, termasuk air, listrik, gas, makanan, pakaian, dan semua kebutuhan mereka sehari-hari. Saya tidak mempermasalahkan, karena saya seorang praktisi dan tidak bersaing dengan saudara ipar dalam hal apa pun, sehingga kami semua rukun. Semua orang telah memahami fakta kebenaran Dafa, dan seluruh keluarga percaya bahwa Falun Dafa baik. Melihat betapa banyak yang saya lakukan untuk orang tua, saudara ipar saya terkadang juga datang membantu.
Dua saudara perempuan suami saya, yang keduanya sudah menikah dan tinggal di tempat lain, juga sering datang mengunjungi orang tuanya. Setiap kali mereka pulang, kami semua berkumpul di rumah orang tua, dan kami tampak ceria dan bersemangat. Tetangga semua iri pada kami. Seorang tetangga berkata: "Kedua orang tua ini sungguh diberkati memiliki anak-anak yang berbakti. Sungguh keluarga yang penuh kasih dan harmonis!" Semua ini karena saya berlatih Falun Dafa. Dafa telah membawa berkah bagi keluarga saya.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 1999-2025 Minghui.org