(Minghui.org) Selama perjalanan 70 hari di tahun 2024, Christiane mengadakan lebih dari 27 kelas Falun Dafa di pedesaan terpencil di daerah Kalimpong, Sikkim, Takdah, Lamahatta, dan Darjeeling di timur laut India.

India memiliki populasi penduduk lebih dari 1,4 miliar, di mana hampir dua pertiganya tersebar di area pegunungan, lembah, dataran tinggi, gurun, dan pesisir sepanjang bagian benua tersebut.

Meski cuaca buruk dan hujan, semua sesi Falun Dafa berjalan sukses, dan hampir setiap penyelenggara mengungkapkan rasa syukur dan dukungan dengan menerbitkan surat apresiasi untuk menghormati Falun Dafa serta nilai intinya yakni Sejati-Baik-Sabar.

Christiane (tengah) memegang surat apresiasi dari sebuah sekolah..

Kalimpong: Sejati-Baik-Sabar Meninggalkan Kesan yang Melekat

Kalimpong adalah kota perbukitan di India timur di kaki bukit Himalaya Benggala Barat, yang terletak di area bukit di atas Sungai Teesta. Berlokasi 1.200 m di atas permukaan laut, area ini adalah bagian dari Jalan Sutra, yang menghubungkan India dengan Tibet dan Tiongkok.

Di Kalimpong, empat sekolah dan satu klub kebugaran mengadakan kelas Falun Dafa, di mana para siswa belajar latihan, inti dari ajaran moral Falun Dafa, dan tentang penganiayaan yang saat ini menimpa latihan ini di Tiongkok.

Para siswa di empat sekolah  area Kalimpong mempelajari latihan Falun Dafa.

Tiga sesi diadakan di sekolah pertama, sekolah orang Tibet, dan banyak siswa serta staf hadir meski saat itu ujian. Para siswa belajar tentang prinsip universal Falun Dafa yakni Sejati-Baik-Sabar beserta gerakan latihannya. Buku, majalah, dan materi informasi lainnya dihadiahkan ke perpustakaan sekolah.

Dalam sebuah surat penghargaan dari sekolah, dikatakan bahwa sesi tersebut meningkatkan “kesadaran akan pelanggaran hak asasi manusia yang brutal dan penindasan serta penganiayaan yang tidak manusiawi terhadap praktisi Falun Dafa di Tiongkok. Selain itu, pembatas buku, selebaran, pamflet, dan majalah [Falun Dafa] dibagikan secara gratis di antara para siswa. Kami sangat berterima kasih atas layanan tanpa pamrih dan kemurahan hati ini.”

Surat apresiasi dari sekolah lain mengatakan bahwa sesi ini mengajarkan nilai-nilai moral kepada para siswa dan dilakukan “dengan penuh keanggunan dan martabat. Tiga kata ajaib yaitu ‘Sejati-Baik-Sabar’ [yang] ditanamkan melalui latihan dan meditasi yang lembut [telah] meninggalkan kesan yang melekat bagi mereka yang hadir.”

Christiane juga mengunjungi perpustakaan sub-distrik untuk meninggalkan materi informasi bagi para pembaca. Wanita yang bertanggung jawab atas perpustakaan tersebut mengatakan kepadanya bahwa keesokan harinya, perwakilan dari lebih dari 20 perpustakaan di Distrik Kalimpong akan bertemu di sana, dan dia berkata akan menyebarkan materi Falun Dafa kepada mereka semua.

Berita tentang Falun Dafa juga menyebar dari mulut ke mulut di antara para penduduk. Christiane berkata, “Suatu hari, ketika saya sedang keluar, seorang anak laki-laki datang dan berkata bahwa dia memberitahu ibunya tentang sesi Falun Dafa yang diadakan di sekolahnya. Ibunya kemudian mencari tahu secara daring dan mulai melakukan latihan Falun Dafa setiap pagi.”

Mengunjungi Daerah Terpencil di Sikkim Selatan

Setelah sesi dua minggu di Kalimpong, kelas berlanjut di Sikkim–negara bagian India yang terdiri dari banyak etnis yang berbatasan dengan Tibet di utara, Bhutan di timur, Nepal di barat, dan Benggala Barat India di selatan.

Atas saran dari beberapa orang, Christiane tiba di sekolah Tibet kota Ravangla, Sikkim. Mereka berkata akan sangat menyenangkan jika Christiane dapat menyelenggarakan sesinya di sekolah ini, dan tampaknya waktu untuk melakukan hal ini akhirnya tiba.

Setelah menyelenggarakan dua sesi di sekolah Tibet pada hari terakhir sebelum liburan musim panas, ia menerima surat dari kepala sekolah yang mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus atas upayanya untuk berbagi Falun Dafa.

Para siswa di sekolah Tibet Ravangla, Sikkim, mempelajari latihan Falun Dafa.

“Semua staf dan siswa kami sangat senang belajar tentang Falun Dafa dan latihannya. Mereka sangat menikmatinya. Tujuan utama Falun Dafa [yaitu] untuk menyebarkan Sejati-Baik-Sabar sangat dihargai oleh para siswa dan guru saya,” demikian bunyi surat tersebut.

Selama 15 hari kunjungannya di Sikkim, Christiane juga mengadakan sesi Falun Dafa di sebuah panti asuhan anak perempuan dan mengunjungi Perpustakaan Pusat Institut Teknologi Nasional (NIT) Sikkim untuk menyumbangkan buku-buku Falun Dafa dan materi informasi. Banyak orang mengatakan bahwa mereka merasa bahagia dan segar setelah melakukan latihan Falun Dafa. Setelah satu sesi latihan di sebuah sekolah, seorang guru yang membantu Christiane mengatakan kepadanya bahwa, “sakit kepalanya yang parah benar-benar hilang saat melakukan latihan.”

Setelah Ravangla, Christiane mengunjungi sebuah desa kecil bernama Selep dan tinggal di sebuah penginapan. Christiane berkata, “Bahkan di sini, di 'antah berantah', sesi latihan di dua sekolah diadakan, didorong oleh penduduk setempat.”

Salah satu kepala sekolah menyatakan penghargaannya atas “pengenalan yang luar biasa” dari Falun Dafa kepada para siswa, dan mengatakan bahwa sesi ini memiliki, “dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan mereka.” Beliau juga mengatakan bahwa sesi latihan tersebut, “memberi [siswa] sarana berharga dalam menavigasi kehidupan akademis dan pribadi mereka.”

Kepala sekolah lain menulis: “Sangat menyenangkan menyaksikan antusiasme dan kegembiraan yang dibawa oleh sesi [Falun Dafa] kepada para siswa kami. [...] Para siswa tidak hanya dapat memahami pentingnya nilai-nilai ini, tetapi juga belajar bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.”

Takdah dan Lamahatta: “Rasa Syukur yang Mendalam”

Christiane selanjutnya mengunjungi Desa Takdah. Takdah adalah istilah dalam bahasa Lepcha yang berarti “kabut”, dan siapa pun yang mengunjungi Takdah akan menyadari betapa tepatnya nama tersebut. Desa ini tersebar dan dikelilingi oleh kebun teh yang indah.

Siswa di Desa Takdah mempelajari latihan Falun Dafa.

Christiane menceritakan pengalaman yang “luar biasa” saat dia sedang menunggu seorang guru, namun bertemu dengan seorang wanita muda yang merupakan mantan murid sekolah lain. Wanita itu bersikeras agar Christiane pergi menemui kepala sekolah untuk melakukan sesi latihan. “Meskipun agak jauh dari Takdah ke tujuan terdekat saya berikutnya di Lamahatta, saya bertemu dengan kepala sekolah ini yang kemudian mengatur dua sesi Falun Dafa di sekolahnya.”

Surat-surat penghargaan juga datang dari sekolah-sekolah di Takdah dan Lamahatta, berterima kasih kepada Christiane karena telah memberi kesan kepada murid-murid mereka akan pentingnya nilai-nilai moral dan “realitas kehidupan.”

“Rasa syukur yang mendalam” diungkapkan dalam sebuah surat ucapan terima kasih dari sekolah di Takdah, menyebutkan bahwa mereka ‘sangat beruntung’ mendapat sesi Falun Dafa, yang dihadiri oleh lebih dari 150 siswa dan lima guru.

Surat itu juga mengatakan: “Falun Dafa adalah teknik luhur untuk menyembuhkan luka pikiran melalui serangkaian latihan dan meditasi yang lembut. Falun Dafa juga [bercita-cita] untuk menyebarkan ... Sejati-Baik-Sabar. Pikiran yang rusak di era kecakapan saat ini seperti kuda terluka yang dipaksa untuk berpacu dengan orang lain.  Oleh karena itu, Falun Dafa adalah teknik yang baik untuk memperbaiki pikiran yang rusak, [terutama para siswa].”

Sebuah sekolah di Lamahatta mengatakan bahwa sesi Falun Dafa memiliki dampak yang mendalam dan secara signifikan meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional para siswa, serta sesi tersebut, “menginspirasi banyak dari kita untuk merangkul meditasi sebagai bagian yang berarti dalam kehidupan kita sehari-hari.”

Darjeeling dan Kurseong

Kota perbukitan yang indah di Darjeeling juga menjadi tuan rumah beberapa sesi Falun Dafa.

Kepala sekolah sebuah sekolah perempuan di mana sesi diadakan pada tahun 2022 dan 2023 setuju untuk mengadakan sesi Falun Dafa lagi pada tahun 2024.

Siswa di Darjeeling mempelajari latihan Falun Dafa.

Sekolah ini juga mengeluarkan surat penghargaan: “Kami sangat senang bisa terhubung dengan 'Falun Dafa', yang telah memberi kami semua kesempatan untuk mencapai kondisi pikiran yang damai. Sesi yang memupuk Sejati-Baik-Sabar sangat berperan dalam membantu kami mencapai jiwa-raga yang segar, serta mendorong kami untuk menjadi manusia yang lebih baik, tidak hanya dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan. Kami berterima kasih kepada Anda karena telah memberikan kami sesi yang indah selama tiga tahun terakhir dan menantikan lebih banyak sesi lagi di masa depan.”

Di sekolah dasar perempuan lainnya, sebuah sesi diadakan pada tahun 2022, tetapi kepala sekolah tidak dapat hadir karena ada komitmen lain. Kali ini, dia menghadiri sesi pertama, dan ketika semua anak dan guru pulang setelah sesi selesai, kepala sekolah enggan untuk pergi. Melihat hal ini, Christiane memintanya untuk menonton video pendek “Mengapa mereka membunuh ayah saya?” tentang seorang praktisi Falun Dafa bernama Fadu yang ayahnya terbunuh dalam penganiayaan yang sedang berlangsung di Tiongkok.

Sendirian di aula besar, kepala sekolah menonton video tersebut. Dia kemudian menulis sebuah surat yang sangat menyentuh yang sebagian berbunyi: “Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas presentasi anda yang penuh wawasan tentang Falun Dafa. ... Terima kasih telah membantu kami memahami prinsip-prinsip dan manfaat Falun Dafa. ... Kami berterima kasih atas kesempatan ini.”

Sonada dan Kurseong

Setelah Darjeeling, Christiane tinggal dua hari di Sonada dalam perjalanan ke Kurseong dan mengunjungi dua sekolah dan satu perguruan tinggi untuk mengatur sesi Falun Dafa di masa depan.

Perhentian terakhir Christiane di daerah ini adalah Kurseong, yang merupakan kunjungan pertamanya ke sana. Jalan setapak dari jalan raya menuju penginapan adalah yang paling menantang, karena sangat licin. Dia berencana untuk hanya membuat kontak untuk kunjungan berikutnya dan berkenalan dengan daerah itu, tetapi sekali lagi, takdir berkata lain.

Christiane mengenang, “Ibu dari pemilik penginapan adalah seorang pensiunan guru, dia dengan antusias menghubungi beberapa sekolah. Kami mengadakan sesi Falun Dafa di dua sekolah yang dia hubungi. Namun sayangnya, sekolah ketiga yang berada di dataran rendah harus tutup beberapa hari karena hujan lebat.”

Nilai yang Melintasi Tradisi

Christiane, 73 tahun, berasal dari Jerman. Dia mengatakan bahwa, melihat orang-orang India di pedesaan menanggapi Falun Dafa beserta prinsip universalnya benar-benar menginspirasi Christiane dan merupakan alasan dia terus pergi ke desa-desa terpencil dari tahun ke tahun.

Merangkum perjalanannya selama sembilan minggu, dia berkata, “Ini sungguh pengalaman yang menginspirasi bagaimana orang-orang dari berbagai macam budaya dan agama dapat hidup dengan damai dan harmonis bersama. Orang-orang dari berbagai latar belakang ini menawarkan bantuan tanpa pamrih kepada saya dengan cara mereka sendiri, sehingga memungkinkan untuk mengadakan semua sesi Falun Dafa ini dengan sukses.”

Sepanjang perjalanan, ada banyak rintangan yang harus diatasi, dan untuk mencapai setiap lokasi terpencil seringkali sangat sulit. Namun, apresiasi penduduk desa dan para siswa terhadap Falun Dafa, serta keyakinan mereka bahwa Sejati-Baik-Sabar dapat membawa mereka ke arah yang positif, memberikannya harapan.

Christiane berkata, “Para kepala sekolah memiliki ketertarikan alami terhadap prinsip Sejati-Baik-Sabar. Mereka sangat yakin bahwa nilai-nilai ini akan bermanfaat bagi para siswa mereka.”