(Minghui.org) Praktisi Falun Dafa di Philadelphia diundang untuk berpartisipasi dalam Global Language and Cultures Awareness Week di Universitas Salle pada 9 April 2025. Mereka memutar film dokumenter-pemenang penghargaan Letter from Masanjia.
Universitas La Salle
Banyak Guru dan siswa tersentuh oleh film tersebut dan beberapa meneteskan air mata. Dalam film, praktisi Falun Dafa Sun Yi disiksa di penjara namun bertahan dan menolak melepaskan keyakinannya.
“Ini adalah film yang sangat menyentuh, dokumenter yang sangat mengharukan, tetapi juga sangat menginspirasi,” kata Miguel Glatzer, Associate Professor Ilmu Politik di Universitas La Salle. “Film ini menyajikan kisah luar biasa tentang keberanian moral dan fisik dalam menghadapi penindasan yang mengerikan di kamp-kamp pendidikan ulang di Tiongkok.”
Poster tentang pemutaran film dokumenter di Universitas La Salle
Letter from Masanjia menceritakan kisah Julie Keith, seorang penduduk Oregon yang menemukan sebuah surat meminta bantuan, ditulis oleh seorang praktisi Falun Dafa (Falun Gong) di Kamp Kerja Paksa Masanjia di Shenyang, Provinsi Liaoning, Tiongkok. Surat itu disembunyikan di dalam dekorasi Hallowen yang dibelinya dari toko diskon setempat di Oregon. Surat tersebut mengungkap kebenaran mengerikan tentang penganiayaan hak asasi manusia di Kamp Kerja Paksa Masanjia dan menyerukan kepada dunia untuk membantu. Penulis surat ini adalah Sun Yi.
Dr. Mark Thomas, Asisten Profesor Departemen Ilmu Politik dan Ekonomi, Universitas La Salle, berkata, “Film ini merupakan potret yang menyayat hati dari kejahatan mengerikan yang dilakukan Republik Rakyat Tiongkok. Tokoh utama menderita demi tiga nilai Falun Dafa [Sejati, Baik, Sabar], yang mengubah hidupnya. Dia kehilangan kariernya; kehilangan pernikahannya dan akhirnya dia kehilangan nyawanya demi apa yang dia yakini. Itu adalah kekejian.
“Lebih buruk lagi, kejahatan Partai Komunis Tiongkok terus berlanjut dengan pengambilan organ secara merajalela dari orang-orang yang tidak bersalah dan cinta damai, hanya karena mereka berusaha untuk hidup dalam harmoni dengan alam semesta dan sesama warga dunia.
Dr. Thomas mengingatkan masyarakat untuk menahan diri membeli produk murah yang dibuat di penjara dan kamp kerja paksa. “Masyarakat di dunia harus menyadari bahwa pembelian barang-barang murah dari Tiongkok mengabadikan kejahatan PKT,” ucapnya.
Dia juga mendesak masyarakat untuk menandatangani petisi (www.fgpa-petition.org) yang menyerukan senator AS untuk mendukung Undang-undang Perlindungan Falun Gong, “Semua orang harus menandatangani petisi untuk mengesahkan undang-undang yang memberikan sanksi kepada pejabat PKT dan para penjilatnya yang bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Masyarakat tidak bisa lagi mengabaikan penganiayaan mengerikan terhadap umat Kristen, praktisi Falun Dafa dan lainnya yang hanya melakukan kejahatan dengan membela kebenaran, dan kebaikan.”
Frank, seorang alumni Universitas La Salle yang lulus pada 1969, juga menonton film itu dan tersentuh. Dia berkata, “Sun Yi sangat menginspirasi. Dia menginspirasi kekuatan, kekuasaan dan komitmen. Dedikasinya untuk Falun Gong adalah karena dia mengalaminya dan memperoleh manfaat, yang memberinya komitmen terhadap hal itu, hingga kematian dan semua hubungan pribadinya terganggu. Itu sangat menyedihkan, namun dia sangat kuat sepanjang film.
“Film yang indah. Ini memberi saya kesempatan untuk melihat budaya Tiongkok, kota besar, pedesaan, kereta api, stasiun besar kereta api. Senang melihat mereka di film itu, dan kontras dengan kejahatan dari pemerintahan (PKT). Lebih dari satu miliar orang terancam karena [PKT], itu sangat tragis.”
Frank mengatakan dia belajar dari film itu, bahwa “Sun Yi memiliki tujuan. Dan pemikiran terakhir adalah bahwa hal itu memberikan kekuatan pada pikiran saya bahwa dia memiliki tujuan dan dia mengikutinya. Kita semua secara individu memiliki tujuan hidup sendiri, dan kita perlu melanjutkannya.”
Frank menandatangani petisi meminta senator AS untuk mendukung Undang-undang Perlindungan Falun Gong. Dia mengatakan akan ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu menghentikan penganiayaan PKT.
Saudara perempuan Frank Maria juga terharu dengan film itu. Dia berkata sambil menangis film ini sangat menyentuh hatinya dan pengalaman Sun Yi sungguh luar biasa.
Maria memuji Julie memposting surat itu secara online dan mencari bantuan setelah menemukannya. Tekanan publik yang ditimbulkan oleh surat tersebut berkontribusi terhadap penutupan kamp kerja paksa di Tiongkok oleh PKT.
Maria setuju dengan kata-kata Sun Yi, “Keadilan akan menang [diatas] kejahatan.” Dia mengatakan akan memberitahu lebih banyak orang tentang situsweb film: www.letterfrommasanjia.com dan meminta mereka menontonnya.
Setelah menonton film tersebut, seorang mahasiswa bertanya tentang kematian Sun Yi di Indonesia. Seorang praktisi mengatakan bahwa Sun Yi dilaporkan dibunuh oleh mata-mata PKT.
Maria mengatakan dia sedih mengetahui Sun Yi meninggal, dan dia akan menulis puisi untuk mengenangnya.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2025 Minghui.org