(Minghui.org) Para praktisi di New York berkumpul di sepanjang Sungai Hudson dekat Konsulat Tiongkok pada malam 20 Juli 2025, dan mengadakan nyala lilin untuk mengenang praktisi Falun Gong (Falun Dafa) yang meninggal dunia dalam penganiayaan yang telah berlangsung selama 26 tahun oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dengan membentangkan spanduk seperti "Falun Dafa", "Sejati-Baik-Sabar", dan "Akhiri PKT", praktisi dari segala usia dan kelompok etnis memberi tahu orang-orang tentang Falun Gong dan mengajak mereka untuk membantu mengakhiri kekejaman tersebut.

Nyala lilin pada malam 20 Juli 2025

Praktisi melakukan latihan Falun Gong dan membentangkan spanduk.

Terkesan oleh pemandangan yang damai dan khidmat ini, banyak pejalan kaki berhenti untuk berfoto, menerima brosur, dan berbincang dengan para praktisi. Banyak yang menandatangani petisi yang menyerukan diakhirinya tragedi tersebut.

Beberapa tahun setelah Falun Gong diperkenalkan ke publik, pemimpin PKT saat itu, Jiang Zemin, memulai penindasan nasional pada 20 Juli 1999. PKT menyebarkan kebohongan untuk mencemarkan nama baik Falun Gong dan menyesatkan masyarakat umum, sehingga para praktisi ditahan dan disiksa karena keyakinan mereka pada Sejati-Baik-Sabar.

Selama 26 tahun terakhir, tak terhitung banyaknya praktisi yang ditangkap dan digeledah. Mereka dikirim ke kamp kerja paksa, dijatuhi hukuman penjara, ditahan di rumah sakit jiwa, disiksa, dicuci otak, dan bahkan menjadi korban pengambilan organ paksa. Semua pelanggaran hak asasi manusia ini dilakukan dalam upaya menghancurkan keyakinan mereka pada Falun Gong.

Menurut Minghui.org, setidaknya 5.238 praktisi Falun Gong dipastikan telah kehilangan nyawa selama penganiayaan. Kejahatan PKT terlalu banyak untuk disebutkan. Selama penganiayaan yang keji ini, praktisi di seluruh dunia telah memberi tahu orang-orang tentang apa itu Falun Gong, mengungkap kebrutalan, dan mengungkap propaganda fitnah PKT.

Xin, seorang praktisi yang ditahan di Tiongkok karena berlatih Falun Gong, mengatakan bahwa dia mengalami penyiksaan "Belenggu Besar". Pergelangan tangan dan pergelangan kakinya diborgol bersama-sama, memaksanya untuk tetap membungkuk. Rasanya sangat menyakitkan. Menurut direktur penjara, ini adalah pertama kalinya penyiksaan semacam ini digunakan sejak PKT berkuasa, dan bahkan tidak pernah digunakan pada terpidana mati.

Xin berkata, “Rantai belenggu itu sangat panjang dan berat. Ketika seseorang dipaksa berjalan, kepalanya tertunduk, pinggulnya terangkat tinggi, dan tangannya harus memegang kaki. Bergeraknya hanya bisa perlahan, beberapa sentimeter setiap kali, dan tubuhnya sangat sulit dikendalikan. Jika kehilangan keseimbangan, dia akan jatuh. Rasanya sangat menyakitkan sehingga detik demi detik terasa seperti bertahun-tahun.”

Pada Oktober 1999, Xin juga menyaksikan petugas berpakaian preman mengangkat praktisi Falun Gong (yang datang ke Beijing untuk mengajukan permohonan) dengan tangan dan kaki mereka, lalu melemparkan mereka ke dalam truk militer seolah-olah mereka sedang "melempar kubis". Setelah penuh, truk itu pergi dan segera kembali untuk memuat praktisi berikutnya. Seorang petugas berkata, "Semua orang ini dibawa ke Timur Laut." Pada 2006, seorang saksi mata pertama kali mengungkap pengambilan organ hidup-hidup praktisi Falun Gong oleh PKT dan menunjukkan bahwa sejumlah besar praktisi Falun Gong ditahan di Kamp Kerja Paksa Sujiatun dan Masanjia di Provinsi Liaoning, organ mereka diambil saat mereka masih hidup.

Yang, praktisi lain yang disiksa dan dipaksa melakukan kerja paksa di Tiongkok karena berlatih Falun Gong, menceritakan bagaimana rumahnya digeledah tiga kali, dia dipecat dari pekerjaannya dua kali, dia menjalani dua tahun kerja paksa, dan pendaftaran rumah tangganya dibatalkan. Di kamp kerja paksa, Yang mengatakan dia hanya diizinkan tidur empat jam sehari. Kerja paksa yang berlebihan itu sangat membebani tubuh dan pikirannya. Dia ditinggalkan di bawah terik matahari selama sepuluh jam sekaligus dan dipaksa jongkok selama berjam-jam. Dia kemudian mengalami serangan jantung, syok, dan koma. Dia dibebaskan bersyarat untuk perawatan medis. Praktisi yang ditahan pada saat yang sama dicekok paksa makan, disetrum dengan tongkat listrik, dan disiram air dingin setelah ditelanjangi. Beberapa menjadi sakit jiwa.

 

Empat penduduk setempat mengatakan mereka mendukung praktisi Falun Gong.

Empat pria Tionghoa yang tinggal di sekitar lokasi datang sore harinya untuk menyatakan dukungan mereka. Mereka mengangkat tangan dan berteriak, "Dukung Falun Gong! Hentikan penganiayaan terhadap Falun Gong! Hentikan penindasan transnasional PKT!" Mereka kemudian berpartisipasi dalam nyala lilin.

“Cahaya lilin kecil, satu kisah demi kisah, menceritakan tentang belas kasih dan kekuatan para praktisi...” Saat lagu tersebut terdengar di tempat yang khidmat, ratusan praktisi duduk dengan tenang sambil menyalakan lilin, berharap semakin banyak orang akan mengetahui fakta tentang Falun Dafa dan memperoleh manfaat dari latihan ini.