(Minghui.org) Keluarga saya pindah ke kota berukuran sedang pada 1995, ketika suami saya dimutasi oleh tempat kerjanya. Sebelum kami pergi, saya bermimpi dengan jelas: dari sudut timur laut rumah kami, seorang pria lanjut usia berjanggut putih, memegang horsetail whisk, muncul. Ia menatap saya, tersenyum, lalu melayang pergi. Setelah mulai berlatih Falun Dafa pada 1997, saya menyadari bahwa Guru Li telah mengatur agar saya berlatih Dafa.

Perubahan Positif

Dulu saya menderita penyakit ringan. Saya sangat kurus, berat badan saya kurang dari 45 kg (sekitar 100 lb), tetapi tinggi badan saya 1,6 meter (sekitar 5 kaki 3 inci). Saya tinggal di pedesaan dan bekerja di sebuah perusahaan yang dikelola bersama. Tidak ada libur akhir pekan dan saya bekerja setiap hari. Satu-satunya waktu istirahat yang saya miliki adalah selama liburan Tahun Baru Imlek, ketika saya libur kerja sekitar 15 hari. Suami saya bekerja di kota lain dan jarang di rumah. Jadi, selain bekerja, saya juga harus bekerja di pertanian dan mengurus dua anak kecil. Saya kelelahan secara fisik dan mental, dan begitu kurus sehingga embusan angin pun bisa membuat saya jatuh. Pada usia 39 tahun, saya harus memakai kacamata baca. Wajah saya keriput dan saya menderita anemia defisiensi besi. Kulit saya pucat pasi. Suatu hari, ketika saya dan putra saya berjalan ke pasar, seseorang bertanya kepada saya, “Apakah ini putra atau cucu Anda?” Bisa dibayangkan betapa sedihnya perasaan saya.

Dalam upaya meningkatkan kesehatan, saya mencoba berbagai jenis qigong. Bukan saja tidak meningkatkan kesehatan saya, saya malah mendapatkan kekuatan spiritual setelah melakukannya. Orang-orang berkomentar betapa cepatnya saya menua hanya dalam beberapa tahun.

Pada April 1997, saya belajar tentang Falun Dafa melalui seorang rekan kerja. Saat itu, ibu saya sedang mengunjungi saya. Ketika seorang praktisi Dafa melihat saya, ia berkata, “Kulit Anda bahkan tidak secantik kulit ibu Anda.” Ibu saya sudah berusia 70-an, dan saya baru berusia 40-an. Saya mulai berlatih Falun Dafa, dan dalam waktu kurang dari tiga bulan, semua masalah kesehatan saya hilang. Selama 27 tahun sejak saya mulai berlatih, saya tidak perlu minum satu obat pun atau disuntik. Terkadang, ketika saya merasa tidak nyaman, saya tahu saya sedang membayar utang karma dari kehidupan ini atau kehidupan lampau. Selama saya meningkatkan Xinxing, mencari ke dalam atas kekurangan saya, dan berusaha untuk menjadi lebih baik, saya pulih dengan cepat.

Sekarang, penglihatan saya sejernih ketika saya masih muda. Saya dapat melihat cetakan yang sangat halus pada struk dan bahkan dapat melihat helaian rambut dengan jelas. Saya terlihat lebih muda daripada orang-orang seusia saya. Saya memiliki energi yang melimpah setiap hari, pikiran yang jernih, dan berpikir cepat. Saya merasa ringan dan berjalan dengan langkah ringan, dan saya selalu ceria. Ketika saya pergi keluar, saya biasanya mengendarai sepeda atau skuter listrik. Orang-orang tidak tahu kalau saya sudah berusia 70-an.

Melawan Pelecehan

Pada Agustus 2015, saya menggunakan nama asli untuk mengajukan gugatan terhadap mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) Jiang Zemin atas penganiayaan terhadap Falun Dafa. Suatu pagi pada November, sekitar pukul 9 pagi, petugas dari kantor polisi, departemen kepolisian distrik, dan komite lingkungan datang mengetuk pintu saya. Pada 2002, petugas dari Divisi Keamanan Domestik, kantor polisi, dan komite lingkungan mengaku, “Hanya datang untuk melihat,” tetapi mereka malah menggeledah rumah saya. Sebelas orang mengacak-acak rumah saya. Sejak saat itu, saya berpikir: “Dengan Guru di sisi saya, apa pun yang terjadi, saya tidak boleh membukakan pintu untuk mereka.”

Jadi, ketika saya mendengar ketukan pintu dan orang-orang itu lagi, nada suara saya tidak terlalu berbelas kasih. Saya bertanya apa yang mereka inginkan. Seorang wanita meminta kami untuk membuka pintu, “Kalau tidak, kita tidak bisa saling mendengar dengan jelas.”

Saya menjawab, “Saya bisa mendengar Anda dengan baik. Mengapa Anda tidak bisa mendengar saya? Apakah Anda tuli?” Wanita itu kembali meminta saya untuk membuka pintu dan ingin tahu apakah suami saya ada di rumah.

Suami saya berteriak, “Apa hubungannya ini dengan saya?”

Kami sempat menemui jalan buntu. Saya menolak membuka pintu. Seorang pria bertanya apakah saya telah menulis surat. Mereka tidak berani mengatakan bahwa itu adalah gugatan terhadap Jiang Zemin. Saya berteriak, “Ya, saya yang menulisnya. Saya mengajukan gugatan terhadap Jiang Zemin!” Suara saya cukup keras untuk didengar seluruh gedung. Mereka semua pergi setelah itu.

Seorang petugas polisi menelepon saya pada Agustus 2018. Saya melihat itu adalah nomor telepon kantor polisi, jadi saya tidak mengangkatnya. Mereka menelepon enam kali berturut-turut, tetapi saya mengabaikannya. Pada Oktober tahun itu, sekitar pukul 18.00, polisi pergi ke rumah putra saya untuk melecehkannya. Mereka bertanya, “Apakah ibu Anda masih berlatih Falun Dafa? Di mana dia tinggal sekarang?” Putra saya, yang tidak berlatih Falun Dafa, takut saya akan dianiaya dan mengatakan bahwa saya tidak berlatih lagi dan memberi mereka alamat saya. Polisi menggeledah setiap ruangan lalu pergi.

Lalu, tanpa mengambil ponselnya, putra saya mengendarai sepeda listriknya untuk menceritakan apa yang terjadi. Ia berkata, “Saya sudah memberi mereka alamat ibu. Polisi mengatakan kalau ibu masih berlatih Falun Dafa, peluang cucu ibu untuk kuliah pun bisa berpengaruh.”

Saya berkata, “Kalau cucu ibu memang ditakdirkan masuk universitas, tidak ada yang bisa menghentikannya. Polisi sudah tahu alamat kita. Mereka sudah pernah datang mengetuk pintu sebelumnya saat ibu mengajukan gugatan terhadap Jiang. Ibu tidak mengizinkan mereka masuk saat itu. Kamu boleh pulang. Kami baik-baik saja.”

Polisi menelepon lagi Oktober lalu. Kali ini menggunakan nomor ponsel. Suami saya yang menjawab. Penelepon itu mengatakan mereka dari kantor polisi tertentu dan ingin memverifikasi alamat serta nomor telepon kami.

Suatu sore pada November 2023, saya sedang berbelanja bahan makanan, ketika seseorang mengetuk pintu dan mengaku dari kantor polisi tertentu. Suami saya, yang juga berlatih Falun Dafa, menolak membukakan pintu, dan berkata, “Penglihatan saya buruk. Banyak sekali orang jahat akhir-akhir ini. Siapa yang tahu sebenarnya Anda di sini untuk apa? Bahkan jika Anda menunjukkan kartu identitas polisi, saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. Saya tidak bisa membukakan pintu untuk Anda.” Petugas itu bertanya apakah saya ada di rumah. Suami menjawab, “Dia sedang keluar untuk membeli sayuran. Dia tidak ada di sini.”

Polisi itu bertanya, “Apakah dia masih berlatih Falun Dafa? Jika masih, suruh saja dia berlatih di rumah. Jangan menyebarkannya.” Lalu mereka bertanya kapan saya akan kembali. Suami saya menjawab tidak tahu. Setelah menunggu sebentar dan melihat saya tidak kembali, mereka mengatakan akan kembali lain hari.

Saya pulang tak lama setelah mereka pergi. Suami menceritakan apa yang terjadi. Saya berkata, “Mari kita memancarkan pikiran lurus lebih banyak selama beberapa hari ke depan. Kita para praktisi dilindungi oleh Guru. Jika mereka tidak diizinkan masuk, polisi tidak akan pernah diizinkan masuk ke rumah kita.”

Guru Menyelamatkan Suami Saya

Sekitar pukul 22.00 pada suatu malam di bulan Oktober 2016, suami saya tiba-tiba muntah-muntah dan diare parah. Ia meminta saya menelepon putra kami. Saya pikir, apa gunanya? Bahkan pergi ke rumah sakit pun tidak akan membantu. Saat keempat kalinya ia harus ke kamar mandi, matanya setengah tertutup dan ia tampak goyah. Saya segera membantunya berdiri. Tepat saat kami sampai di pintu kamar mandi, ia muntah. Ia duduk di dekat toilet, dan saya melihat kepalanya tertunduk.

Saya langsung berteriak, “Falun Dafa Hao (Falun Dafa baik!) Falun Dafa baik!” Saya tidak bisa memikirkan hal lain. Saya berteriak enam atau tujuh kali, dan setelah sekitar satu menit, suami saya perlahan mengangkat kepalanya. Saya bertanya, “Mengapa kamu tidak memanggil Guru?” Ia berkata ia tidak bisa memikirkan apa pun karena pikirannya benar-benar kosong.

Saya berkata, “Mengerikan sekali. Kesadaran utamamu pergi tetapi Guru membawamu kembali. Bahkan memanggil ambulans pun sudah terlambat. Tanpa campur tangan Guru, kamu tidak akan hidup lagi.” Air mata syukur mengalir di wajah kami berdua. Kami tahu Guru memberi suami saya kesempatan kedua.

Suami saya demam tinggi beberapa kali setiap tahun. Setiap kali, ia berkeringat deras, begitu banyak sehingga selimut, kasur, dan handuknya basah kuyup. Mungkin ini adalah karma buruk baginya, dan ia belum berhasil mengatasinya. Kami selalu menyimpan obat penurun demam di rumah.

Suatu hari di musim dingin yang lalu, sekitar pukul 11.00, suami saya kembali mengalami demam di atas 40°C (104°F). Bahkan di balik tiga lapis selimut, ia menggigil dan bicara tak jelas. Saya memasukkan dua pil penurun demam ke mulutnya. Biasanya, bagi orang lain, demam turun dalam waktu setengah jam, tetapi baginya, selalu butuh waktu satu jam. Kali ini, tiga jam kemudian, demam tingginya kembali. Sekitar pukul 22.00, ia mengatakan merasa kedinginan lagi dan kembali berlindung di balik tiga selimut. Saya tetap di sampingnya, melafalkan “Falun Dafa Hao (Falun Dafa baik), Zhen, Shan, Ren Hao (Sejati-Baik-Sabar baik).”

Saya memintanya untuk melafalkannya, tetapi dia menolak. Saya tahu dia sedang diganggu. Saya sangat cemas dan berkata, “Kamu sudah minum obat tiga kali hari ini. Kamu tidak boleh minum lagi. Kamu harus meminta bantuan Guru sekarang!”

Dia mengatakan tidak mau, jadi saya melanjutkan, “Kalau tidak, saya akan menelepon 120 (nomor darurat medis di Tiongkok) dan membawamu ke rumah sakit.”

Akhirnya, dia mengatakan akan meminta bantuan Guru. Setelah sekitar satu menit, demamnya mulai turun. Kami berdua menangis penuh syukur. Saya berkata, “Guru telah mencabut akar demammu kali ini.”

Sudah lebih dari 10 bulan, dan dia tidak demam lagi. Suami saya berkata bahwa Guru telah menyelamatkannya beberapa kali.

Cucu saya tinggal bersama kami saat dia masih di taman kanak-kanak. Terkadang dia belajar Fa dan berlatih bersama kami. Ketika kami punya waktu luang, saya melafalkan Hong Yin bersamanya. Suatu malam pada 2016, sebelum tidur, ia berkata kepada saya, “Nenek, Guru berbicara kepada saya. Guru berkata, berlatih bersama Nenek itu baik untuk saya. Besok pagi saya juga ingin bangun untuk berlatih. Jika saya tidak bangun, tolong bangunkan saya.” Ia juga berkata, “Saat Nenek berlatih di pagi hari, Guru berdiri tepat di samping Nenek.”

Saat belajar Fa, saya biasanya duduk bersila ganda. Cucu saya sering meletakkan kepalanya yang kecil di pangkuan saya. Ia berkata, “Saya senang berada di sini bersama Nenek. Saat Nenek membaca, saya melihat Falun (Roda Hukum) keluar dari mulut Nenek.”

Saya tidak dapat melihat apa pun melalui mata ketiga saya, tetapi apa yang dikatakan cucu saya meningkatkan keyakinan saya dalam belajar Fa dan berkultivasi.

Terima kasih, Guru! Terima kasih, rekan-rekan praktisi!