(Minghui.org) Saya telah bercerai dari suami saya selama 15 tahun, dan dia telah menikah lagi dan memiliki seorang putra. Suatu malam di tahun 2023, saya sangat terkejut ketika putri saya membuka pintu dan mendapati ayahnya berdiri di luar bersama putra kecilnya. Dilihat dari raut wajahnya, sesuatu yang serius telah terjadi. Ketika kami bertanya ada apa, mantan suami saya mengangguk ke arah putranya dan berkata, "Ibunya meninggalkan kami." Dia kemudian menoleh ke arah saya dan memohon, "Bisakah kamu merawatnya? Saya akan menanggung biayanya."

Putri saya awalnya berasumsi bahwa ayah dan istrinya hanya sedang mengalami masa sulit. Dia optimis masalah ini akan segera teratasi, tetapi mantan suami saya meyakinkan kami bahwa istrinya tidak akan kembali. Dia mengatakan mereka tidak pernah berdebat atau bertengkar, dan tidak ada tanda-tanda perpisahan—istrinya hanya pergi dan mengambil semua barang-barangnya. Dia yakin istrinya meninggalkannya demi pria kaya yang mampu membiayai gaya hidup mewahnya.

Saya pikir tidak bijaksana untuk ikut campur dalam urusan mereka, mengingat mereka masih menikah secara resmi. Putra mereka membutuhkan ibunya, dan perceraian akan menghancurkan putra mereka. Saya dan putri saya percaya bahwa solusi terbaik adalah mencoba mengubah pikiran istrinya.

Setelah mantan suami saya dengan berat hati pergi bersama putranya, sejuta pikiran berkecamuk di benak saya dan membuat saya terjaga sepanjang malam. "Mengapa ini terjadi? Apa saja konsep dan keterikatan manusia saya yang mungkin menyebabkannya?" Ada alasan untuk setiap hal yang dialami seorang praktisi Dafa, jadi saya menggali lebih dalam, berharap menemukan di mana letak kesalahan saya.

Setelah sekian lama, mungkinkah saya masih menyimpan qing terhadap mantan suami saya? Saya yakin telah melunasi semua utang karma saya padanya. Air mata saya berlinang saat mengingat bagaimana hidup saya begitu terjerat dengannya, serta apa yang telah saya alami sejak saya berlatih Falun Dafa 20 tahun sebelumnya.

Masa Lalu Yang Menyakitkan

Saya mulai berlatih Falun Dafa (Falun Gong) pada 1998, hanya beberapa bulan sebelum Partai Komunis Tiongkok (PKT) melarang latihan dan melancarkan penganiayaan besar-besaran pada Juli 1999. Media pemerintah menyiarkan propaganda fitnah yang mencemarkan nama baik latihan tersebut dan membuat masyarakat Tiongkok menentangnya. Suami saya saat itu, yang tidak mendukung keyakinan saya, mengancam akan menceraikan saya jika saya tidak melepaskan Dafa.

Saya baru berlatih dan sungguh tidak tahu bagaimana mengultivasi diri, namun saya sepenuh hati percaya bahwa Falun Dafa baik, dan saya bertekad untuk melanjutkannya. Saya tidak melakukan kesalahan apapun, jadi mengapa saya harus menyerah?

Saya ditangkap akhir tahun itu dan ditahan di pusat pencucian otak. Suami saya membawa kedua anak kami yang masih kecil untuk mengunjungi saya dan memohon saya melepaskan keyakinan saya agar saya bisa pulang bersamanya dan anak-anak kami. Saya tidak tahan membayangkan bahwa saya telah menyakiti keluarga saya, jadi saya menulis pernyataan jaminan dan melepaskan Falun Dafa.

Di tahun-tahun berikutnya, saya tergoda oleh budaya masyarakat Tiongkok yang berorientasi pada uang. Saya berfokus pada menghasilkan uang, meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah jalan menuju kebahagiaan. Saya juga memikul lebih banyak tanggung jawab untuk mengurus keluarga seiring bertambahnya usia anak-anak saya.

Suami saya orangnya pendiam dan kurang ramah. Kepribadiannya membuat saya sering berganti pekerjaan, yang menyebabkan kami sangat tertekan secara finansial. Untuk sementara, semua pekerjaan terasa seperti tanggung jawab saya. Saya bangun sebelum fajar setiap hari untuk mencuci pakaian kami di sungai sebelum berangkat kerja. Setelah seharian bekerja keras, saya pulang dan bergegas menyiapkan makan malam sebelum mengambil air dari sungai untuk menyiram tanaman. Saya mengurus rumah tangga, mengurus suami dan kedua anak saya, serta bekerja di ladang. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, saya melakukan berbagai pekerjaan sampingan, bahkan sebagai kuli bangunan dan kuli angkut, pekerjaan yang biasanya dilakukan laki-laki.

Tuntutan hidup dan konflik rumah tangga yang tak kunjung usai berdampak pada kesehatan saya. Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat kerja, saya pingsan di pinggir jalan. Untungnya, seorang kerabat dari desa saya lewat. Dia meminta bantuan dan membawa saya ke unit gawat darurat. Dokter mengatakan saya menderita reaksi alergi serius yang disebut anafilaksis, yang dipicu oleh asma kronis saya. Dia mengatakan jika terlalu sering terjadi, bisa mengancam jiwa. Saya diberi dosis maksimum obat berbasis hormon untuk mengendalikan gejalanya. Namun, saya juga diperingatkan bahwa mengonsumsi obat ini dalam jangka panjang dapat membahayakan kesehatan dan berpotensi fatal.

Setiap kali saya mengalami anafilaksis, saya harus dirawat di rumah sakit dan diberi oksigen selama beberapa hari. Hal ini meredakan gejala untuk sementara, namun cepat atau lambat saya akan mengalami reaksi parah lainnya. Frekuensinya meningkat dari sebulan sekali menjadi beberapa hari sekali. Oleh karena itu saya harus berhenti bekerja, dan biaya pengobatan menjadi beban yang sangat besar. Anak-anak saya hidup dalam ketakutan terus-menerus dan suami saya merokok sebungkus rokok untuk menghilangkan stressnya. Kami tidak mampu lagi membiayai pengobatan saya dan menyerah sepenuhnya.

Melanjutkan Kultivasi Dafa dan Melewati Perceraian

Meskipun saya telah mengecewakan Guru, Guru tidak meninggalkan saya. Tepat ketika saya sedang putus asa, seorang praktisi datang berkunjung dan membawakan saya buku Zhuan Falun. Dia berkata dengan tegas, "Kamu berada dalam situasi yang sulit. Kembalilah berkultivasi Dafa—hanya Guru yang bisa menyelamatkanmu." Kata-katanya membangkitkan harapan dalam diri saya. Dengan air mata berlinang, saya mengangguk.

Saya kembali berkultivasi, tapi suami saya masih menentangnya dengan keras. Saya hanya dapat belajar Fa dan latihan saat dia tidak di rumah. Seiring dengan membaiknya kesehatan saya dan berkurangnya frekuensi serangan asma, suami saya mulai mengabaikan dan berhenti ikut campur.

Ipar perempuan saya, yang juga seorang praktisi, ditangkap saat membagikan brosur klarifikasi fakta pada 2007. Hal ini menimbulkan kehebohan di keluarga besar saya, dan suami saya kembali mengancam akan menceraikan saya jika tidak berhenti berkultivasi. Pejabat partai dari komite komunitas mengganggu dan memerintahkannya untuk mengawasi saya, jika tidak, dia dan anak-anak kami akan terlibat. Ini adalah cara PKT untuk semakin menganiaya praktisi Dafa, dengan membuat anggota keluarga menentang mereka. Ada beberapa kasus anak-anak praktisi dilarang bergabung dengan militer atau mengajukan izin untuk menjadi pegawai negeri. Beberapa bahkan dikeluarkan dari kampus sebelum dapat menyelesaikan gelar mereka.

Suami saya bersikap bermusuhan dan sama sekali tidak peduli dengan Dafa, mengatakan bahwa saya masih mengalami gejala sakit. Dia tidak lagi peduli apakah saya berlatih atau tidak dan hanya ingin bercerai. Tanpa curiga, saya pikir sikapnya dan keinginannya untuk mengakhiri pernikahan kami disebabkan oleh tekanan dari pihak berwenang dan rasa takutnya untuk terlibat. Saya tidak tahu bahwa dia berselingkuh. Saya mencoba menjelaskan kepadanya bahwa Dafa adalah ajaran yang lurus dan penganiayaan itu salah. Saya mengingatkannya bahwa kebaikan akan mendapat balasan yang baik dan perbuatan buruk akan mendapat ganjaran buruk. Namun dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak mempercayai semua itu, dan tidak peduli.

Dia ingin memaksa saya untuk menyetujui perceraian, dan sikap diamnya dengan cepat berubah menjadi caci maki dan kekerasan fisik. Dia pernah menyeret saya ke jendela dan mengancam akan mendorong saya keluar jika saya tidak menandatangani dokumen perceraian. Dia mengatakan jika saya mati karena jatuh, dia akan mengatakan kepada orang-orang bahwa saya melompat dan bunuh diri. Saya sangat lelah secara mental dan fisik sehingga saya menyerah pada tekanan itu dan mengalah.

Selama negosiasi perceraian, suami saya setuju untuk mengasuh anak-anak kami, jadi semua tabungan kami menjadi miliknya. Ketika tanah kami diambil alih oleh pemerintah untuk pembangunan perkotaan, kami dijanjikan dua unit apartemen baru, yang saat itu sedang dibangun. Kami sepakat bahwa unit yang lebih besar akan diberikan kepada putra kami, dan suami saya akan mengambil yang lebih kecil. Saya tinggal sementara di unit lama kami sampai unit tersebut dihancurkan. Selain dua unit apartemen tersebut, kompensasi tambahan sebesar 100.000 yuan untuk tanah kami juga diberikan kepada suami saya untuk membayar asuransi kesehatan dan biaya sekolah anak-anak kami.

Memperlakukan Mantan Suami Saya Dengan Belas Kasih

Setelah perceraian selesai, mantan suami saya mengabaikan tanggung jawabnya yang tercantum dalam perjanjian. Setelah dua kali pembayaran sebesar 800 yuan, dia berhenti membayar biaya kuliah, kamar, dan makan putri saya. Putri saya pergi ke rumah ayahnya beberapa kali dan mencoba membujuknya untuk membayar, tetapi ayahnya menolak. Dengan hati hancur, dia pulang dan menangis tersedu-sedu di pelukan saya.

Perceraian kami merupakan masa terberat bagi putra saya. Dia putus sekolah saat berusia 14 tahun dan mulai bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Saya juga mengambil pekerjaan apa pun yang tersedia untuk menghidupi keluarga. Kami melewati masa-masa sulit, tetapi keadaan mulai membaik ketika putri saya menjadi mandiri, dan putra saya mendapatkan pekerjaan sebagai koki magang.

Mantan suami saya dan istri barunya dikaruniai seorang bayi laki-laki pada 2015. Keluarganya, terutama mantan ayah mertua saya, sangat gembira, karena generasi tua lebih menyukai anak laki-laki daripada perempuan. Saya yang terakhir mengetahuinya. Semua tetangga kami bergosip tentang perselingkuhan suami saya dan betapa tidak bertanggung jawabnya dia terhadap keluarga kami.

Suatu hari sepulang kerja, tak lama setelah bayi itu lahir, putri saya memberi tahu bahwa unit apartemen baru kami telah dibangun dan diserahterimakan, tetapi ayahnya sekarang menginginkan unit yang lebih besar untuk keluarga barunya, meskipun telah setuju untuk memberikannya kepada putra kami. Saya sangat marah dan siap menggugatnya ke pengadilan. Namun setelah belajar Fa, saya menjadi tenang. Jika putra saya tidak ditakdirkan untuk memiliki unit yang lebih besar, dia tidak akan bisa mempertahankannya meskipun kami menang di pengadilan. Saya memutuskan untuk merelakannya dan menyerahkannya kepada mantan suami saya.

Setelah mantan suami saya merenovasi apartemennya, dia datang meminjam uang dari putri kami untuk membeli furnitur dan peralatan. Putri saya sulit memercayainya, "Bu—apa ayah sudah gila? Bagaimana mungkin, ayah pikir saya akan meminjamkannya uang? Ayah tidak pernah peduli maupun merawat kami sehari pun. Ayah mencuri unit dari saudara laki-laki saya dan masih berani datang ke sini dan meminta uang!"

Saya membelai rambutnya dan berkata, "Sayang. Jika kamu punya uang lebih, mungkin pertimbangkan untuk meminjamkannya kepada ayahmu. Jika dia hanya teman, kamu pasti akan membantunya jika dia membutuhkan, bukan? Lupakan masa lalu—itu semua sudah takdir pertemuan kita. Ibu bermimpi membunuhnya di salah satu kehidupan ibu sebelumnya, itulah sebabnya ayah memperlakukan ibu dengan sangat buruk di kehidupan ini. Ibu merasa tenang karena tahu ibu telah melunasi utang ibu. Ya, ayah memang banyak menyusahkan kita, tapi kita bisa bertahan, bukan? Semua itu sudah berlalu, dan bagaimanapun juga dia tetap ayahmu. Bukankah seharusnya kamu memperlakukannya dengan baik?"

Putri saya memutuskan untuk meminjamkan uang itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian meminjam lagi dua kali dan tidak membayar kembali pinjaman terakhirnya. Putri saya sangat bersimpati dan memutuskan untuk merelakannya.

Saat mantan ipar perempuan saya mengetahui hal itu, dia bertanya, “Bagaimana bisa kamu membiarkan ini terjadi? Dia dan wanita lain itu menjalani hidup yang cukup mewah dan apartemen mereka sepuluh kali lebih bagus darimu. Bagaimana bisa kamu meminjamkannya uang? Bagaimana dia tidak malu untuk meminta uang?”

Saya tersenyum. Berkat Dafa, saya sehat dan mampu bekerja serta menghidupi diri sendiri. Saya tidak memiliki biaya pengobatan sama sekali. Putra saya telah bekerja di pabrik selama sepuluh tahun. Putri saya telah mendapatkan pekerjaan yang baik meskipun masih kuliah. Mereka berdua anak-anak yang baik, dan Guru menjaga mereka karena saya berlatih Falun Dafa. Putri saya adalah seorang seniman cat air otodidak yang berbakat dan telah menjual lukisannya secara daring. Ini merupakan pekerjaan sampingan yang sangat menguntungkan baginya—dia menghasilkan cukup banyak uang.

Yang saya latih adalah Fa Buddha sejati. Itu adalah latihan yang paling luar biasa, sangat bagus, dan lurus. Kami mendapatkan begitu banyak berkah dari Dafa. Jika bukan karena bimbingan dan perlindungan Guru, kami tidak akan mampu bertahan selama beberapa tahun pertama setelah perceraian saya.

Ketika saya bertemu teman dan rekan kerja yang mengetahui masa lalu kami, mereka memberi saya acungan jempol. Seorang teman berkata kepada putri saya di depan saya, "Ibumu adalah wanita yang luar biasa. Kamu dan saudara laki-lakimu harus merawatnya." Jika bukan karena Dafa, saya tidak akan bisa memperlakukan mantan suami saya dan keluarganya dengan toleransi dan belas kasih.

Teman saya yang lain pernah berkata, "Kamu orang yang luar biasa. Anak-anakmu sangat baik. Saya tidak bisa membayangkan apa yang telah kamu lalui, tetapi kamu telah membesarkan dan mendidik mereka dengan sangat baik. Kamu telah banyak menderita dan mengelola urusan keluargamu dengan begitu tulus." Saya tahu itu bukan saya, melainkan prinsip-prinsip Dafa yang telah membimbing saya melewati semua cobaan.

Karena anak-anak saya dibesarkan oleh seorang praktisi Dafa yang mengikuti prinsip Zhen-Shan-Ren (Sejati-Baik-Sabar), mereka juga secara tidak sadar memegang teguh prinsip ini. Mereka memang telah tumbuh menjadi remaja yang luar biasa. Jika saya tidak berkultivasi Dafa, saya sendiri tidak akan tahu bagaimana menjadi orang baik, apalagi bagaimana mengajar anak-anak saya.

Saya percaya bahwa mantan suami saya adalah orang yang baik, jauh di lubuk hatinya. Suatu hari nanti, dia akan tersadar dan memilih kehidupan yang benar, berani, dan penuh kebaikan. Saya membuktikan Dafa dengan kata-kata dan perbuatan, dan memperlakukannya dengan belas kasih. Semoga, dia akan belajar membedakan antara baik dan jahat dan memilih dengan hati nuraninya.

Saya akhirnya tertidur setelah mantan suami dan putranya pergi, dan memimpikan hidup santai bersamanya sebagai pasangan. Ketika terbangun, saya menyadari bahwa saya masih menyayanginya—setidaknya, saya masih menganggapnya sebagai keluarga. Saat saya melafalkan Fa, air mata mengalir di wajah saya. Saya mengusap dan melanjutkan melafalkan. Saya tahu Guru telah membersihkan banyak substansi negatif dari medan saya hari itu. Hati saya tenang dan pikiran saya jernih—saya tahu persis apa yang harus saya lakukan.

Dafa Mengubah Putra Suami Saya

Saya setuju untuk mengasuh putra mantan suami saya untuk sementara, sementara dia dan istrinya mencari solusi. Putranya sangat pemberontak dan tidak suka belajar. Dia mencari segala macam alasan untuk tidak mengerjakan PR, bersembunyi di bawah meja atau di lemari, atau mengunci diri di kamar. Ketika saya menemukannya, dia langsung terjatuh ke lantai dan tidak mau melakukan apa pun.

Dia tidak mau mencuci muka maupun menyikat giginya. Kukunya panjang dan kotor, dan pakaiannya kotor. Suatu malam setelah dia tertidur, saya memotong kukunya dan mencuci pakaiannya. Keesokan paginya, dia terkejut mendapati kukunya bersih dan pakaiannya sudah dicuci. Dia bertanya apakah saya melakukannya saat dia tidur, dan saya hanya tersenyum.

Mantan suami saya memperingatkan saya bahwa putranya suka menonton TV dan kecanduan video game. Dia sangat tertarik pada konten kekerasan. Dia juga sering mimpi buruk, mengoceh saat tidur, dan menendang selimutnya di malam hari. Saya begadang semalaman mencoba menenangkannya dan menyelimutinya. Tapi saya tidak bisa terus-menerus seperti itu setiap malam—saya perlu memperbaiki perilakunya melalui Dafa.

Suatu hari, dia pulang sekolah, senang karena hanya punya satu puisi untuk dihafal sebagai PR. Setelah selesai, saya berkata, "Saya juga sedang menghafal puisi. Maukah kamu membantu memeriksa apakah saya sudah menghafalnya dengan benar?" Dia setuju.

Saya membuka Hong Yin dan menunjukkan puisi itu kepadanya. Dia ikut membaca sementara saya melafalkannya. Lalu saya meninggalkan buku itu dan pergi memasak makan malam. Ketika kembali, saya senang melihat dia masih membaca. Saya berpikir, "Mungkin Guru mengatur dia tinggal bersama kami agar dia bisa mendapatkan Fa." Sejak itu, anak laki-laki itu tidak pernah menendang selimutnya maupun mengigo saat tidur. Sekarang dia tidur nyenyak sepanjang malam dan cukup istirahat.

Terkadang saya bertemu teman atau tetangga saat mengantar anak itu ke sekolah di pagi hari. Ada yang bertanya mengapa saya masih peduli pada putra mantan suami saya dan menuduh saya tidak bermartabat. Seorang tetangga pernah menanyakan hal ini di depan anak laki-laki itu, dan dia pun langsung marah besar.

Dia menolak pergi ke sekolah dan mengancam akan mengadukan saya kepada ayahnya. Dia bersumpah akan mengatakan bahwa saya tidak merawatnya, dan meminta mantan suami saya memukuli saya. Kata-katanya membuat saya tergerak, dan saya tidak mampu menjaga Xinxing. Saya memarahi anak laki-laki itu, "Kamu akan menyuruh ayahmu memukuli saya? Apa kamu mengerti siapa saya bagimu? Saya dan kamu tidak ada hubungannya satu sama lain, dan saya sama sekali tidak berkewajiban untuk merawatmu. Saya menerimamu hanya karena kamu dan ayahmu butuh bantuan. Saya tidak meminta imbalan apa pun. Dan kamu akan menyuruh ayahmu memukuli saya?"

Kenangan menyakitkan muncul kembali. Saya teringat saat mantan suami hampir memukuli saya sampai mati agar saya mau menandatangani surat cerai. Saya merasa sangat marah, tetapi pikiran lurus saya mengambil alih dan mendominasi sifat jahat saya. Seharusnya saya tidak marah pada anak itu, jadi saya meminta maaf, "Maaf. Bibi seharusnya tidak begitu marah. Semua ini bukan salahmu, dan bibi janji tidak akan mengulanginya. Ayo cepat pergi ke sekolah." Melihat nada suara saya melunak, dia masuk ke mobil.

Dalam perjalanan ke sekolah, saya berbicara dengannya seperti seorang teman dan menjelaskan apa yang benar dan salah. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya seorang praktisi dan tidak boleh marah maupun kehilangan kesabaran. Saya berjanji akan melakukan yang lebih baik. Saya menjelaskan kepadanya arti Zhen-Shan-Ren (Sejati-Baik-Sabar) dan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari. Saya mengatakan bahwa ketika masalah muncul, dia harus melafalkan, “Falun Dafa Hao, Zhen-Shan-Ren Hao” (Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik)." Saya juga membantunya mundur dari Pionir Muda PKT.

Saya ingin tahu apakah dia ingat apa yang saya katakan, jadi di pagi hari yang lain saya bertanya apakah dia ingat kata-kata keberuntungan itu. Dia mengangguk, "Zhen berarti saya tidak boleh berbohong. Shan berarti saya harus bersikap baik kepada semua orang. Ren berarti ketika anak-anak lain menindas saya, saya tidak boleh memaki atau membalas. Saya harus memaafkan mereka." Setiap kali ada sedikit peningkatan dalam perilakunya, saya memujinya dan menghadiahinya mainan kecil atau camilan favoritnya. Dia menjadi jauh lebih baik dan perhatian.

Dulu dia adalah anak manja dan tidak ada yang bisa mengendalikan perilakunya. Di sekolah, dia sering menindas dan menyakiti anak-anak lain. Dia pernah melukai kepala seorang anak laki-laki, hingga darah mengucur deras. Di lain waktu, dia membuat jari seorang anak patah. Ketika ibunya mencoba mendisiplinkannya, dia memukul dan menggigit jarinya hingga berdarah. Tidak ada yang bisa dilakukan ibunya. Jika ada yang tidak sesuai keinginannya, dia melempar mangkuk dan piring, memecahkannya, dan pecahan-pecahannya berhamburan ke mana-mana. Dia menjadi egois dan tidak peduli pada orang lain.

Anak kecil ini sekarang sepenuhnya berubah. Mantan ipar perempuan saya bertanya pada saya, “Bagaimana bisa anak ini banyak berubah?” Saya tersenyum, dan memberitahunya semua karena Dafa memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah seseorang dari dasarnya.