Mimpi Melihat Desa Yang Disingkirkan
Oleh: Xin Ji, praktisi Tiongkok

(Minghui.org) Desa saya termasuk desa yang besar karena letak geografisnya yang merupakan anugrah langit, membuat perekonomian setiap keluarga di desa ini cukup baik. Di desa saya terdapat seorang dari Administrasi Partai yang belajar sebuah agama (dari kelakuan sehari–hari kelihatannya bukan belajar dan percaya dengan sungguh–sungguh), maka dari itu, sejak awal dia telah mengumpulkan sekelompok orang untuk belajar bersama dengannya. Dilihat dari tingkah laku mereka, ada penolakan yang cukup mencolok dari mereka terhadap Dafa dan materi klarifikasi fakta, sehingga terbentuk suatu hambatan yang cukup besar bagi praktisi Dafa untuk melakukan klarifikasi Dafa di daerah itu; bahkan ada dua orang yang pernah Xiulian Dafa, setelah peristiwa penindasan pada tanggal 20 Juli 1999, telah dibujuk rayu dan akhirnya pun ikut menjadi pengikut mereka. Mereka meninggalkan Dafa yang takkan pernah dapat diketemukan lagi selama puluhan ribu tahun karena tidak tahan terhadap tekanan. Kemudian penyakit pun kembali menggerogoti tubuh mereka. Mereka telah kehilangan kesempatan paling baik untuk Xiulian pada masa Pelurusan Fa ini. Beberapa kali saya mencoba menjumpai mereka untuk bertukar pendapat, mengantarkan materi klarifikasi fakta, namun hingga kini masih sulit untuk meyakinkan mereka.

Beberapa tahun ini, bersama beberapa rekan praktisi lainnya, berpegang teguh dengan mematut diri pada Fa sebagai guru, gigih maju menjalankan Tiga Hal yang diperintahkan oleh Shifu, dalam melakukan klarifikasi fakta, menentang penindasan, berbicara secara tatap muka, membagikan VCD, membentangkan spanduk, membagikan brosur, buku kecil dan berbagai macam materi klarifikasi fakta lainnya. Saya pernah dipenjara, dihukum. Setiap kali melihat materi klarifikasi fakta yang kami buat sendiri dengan susah payah, ada yang dibuang, ada yang dikotori, ada yang dirusak, sangat menyakitkan hati, hingga kadang muncul perasaan sedih: “Sudahlah, tidak perlu dilakukan lagi, biarkan sajalah, berbagai upaya yang telah dilakukan selama bertahun–tahun, menyelamatkan orang sampai ke depan pintu rumahnya, masih tetap saja seperti ini.”

Pada saat muncul pikiran putus asa dalam benak saya ini, pada suatu malam, sebuah mimpi yang luar biasa jelasnya telah menyadarkan diri saya:

“Saya melihat, orang–orang yang tadinya lalu lalang dan sibuk bekerja, tiba–tiba berhenti mengerjakan hal yang sedang dilakukannya, desa yang tadinya hiruk pikuk mendadak menjadi sunyi mencekam. Penduduk desa perlahan mulai berkumpul, saling memandang, tidak ada seorang pun yang berbicara, setiap orang menahan nafas, ekspresi yang penuh dengan ketakutan muncul di wajah mereka, seolah–olah dapat merasakan suatu hal besar akan segera terjadi.

Lalu suatu suara berkumandang dengan sangat jelas menyerukan: “Tibalah waktunya untuk menyingkirkan orang!” Penduduk desa berlarian ke lahan persawahan di arah Barat Daya, sampai di sana semua tengkurap di tanah, saya juga tengkurap di sana. Setelah lewat beberapa saat, saya bangkit, melihat banyak orang yang tengkurap di tanah. Saya ingin membangunkan mereka, setelah saya panggil–panggil, saya menyentuhnya, saya membalik–balikkan tubuh mereka, tidak bersuara, tidak bergerak sama sekali. Setelah saya perhatikan lebih seksama, ternyata semuanya telah menjadi mayat bergelimpangan. Di tengah lahan sawah yang kosong melompong itu mayat berserakan dimana–mana… Melihat pemandangan menakutkan yang begitu menyedihkan itu, saya menangis sedih sejadi–jadinya, beberapa saat kemudian, masih diselimuti perasaan putus asa dan bingung, saya berbalik berjalan kembali ke arah desa dengan masih berderai air mata…”

Setelah saya terbangun, air mata karena mimpi tadi masih membasahi mata.

Memikirkan kembali mimpi yang menyedihkan ini, saya teringat akan perkataan Shifu di dalam Terima Kasih Atas Ucapan Selamat Para Makhluk Hidup: “Wahai para makhluk hidup! Apa yang kalian harapkan, nantikan dan khawatirkan selama beberapa ribu tahun, kini semua telah tiba, dan juga sedang berlangsung, melalui hal ini orang-orang semua secara sadar maupun tak sadar sedang memilih masa depannya masing-masing.”

Saya menulis artikel ini, pertama adalah berniat untuk memicu semangat saya sendiri. Menyelamatkan makhluk hidup, sudah sangat mendesak di depan mata, tidak dapat ditunda lagi, dalam proses sadarkan diri ini, tetap melakukan terus kewajiban sebagai seorang pengikut Dafa, sebab Shifu pernah mengatakan “Pengikut Dafa adalah harapan satu-satunya bagi makhluk hidup dari berbagai daerah dan berbagai bangsa untuk dapat tertolong.”

Sumber: website Minghui