Balipost, 28 Pebruari 2006

Jepang sedang melakukan penyelidikan terhadap transplantasi organ manusia di Cina, kata sebuah staf pemerintah Senin (23/2) kemarin, setelah sebuah laporan bahwa sedikitnya tujuh warga Jepang tewas akibat perawatan di negara tetangganya tersebut.

Cina memiliki tren peningkatan industri transplantasi yang menguntungkan, namun industri tersebut tercoreng oleh tuduhan bahwa organ-organ dari para tahanan yang dieksekusi digunakan dan dijual kepada rumah-rumah sakit.

Pihak kementrian kesehatan Jepang sedang mencari lebih banyak detail mengenai pasien-pasien yang bepergian ke Cina akibat kurangnya suplai organ-organ di Jepang, kata Masae Yano di kantor kementrian Transplantasi Organ.

"Kantor kami sedang melakukan penyelidikan realitas dari pasien-pasien yang melakukan perjalanan dan kondisi mereka setelah melakukan transplantasi," katanya. Ia menambahkan laporan ini akan diselesaikan pada akhir Maret.

"Penyelidikan ini dipicu laporan-laporan bahwa beberapa orang tewas di rumah sakit Jepang akibat infeksi dan komplikasi lain setelah menerima operasi transplantasi di negara-negara Asia," katanya kepada wartawan.

Laporan ini kemudian dikembangkan Japan Society for Transplantation, badan yang dibentuk tim bedah dan ahli-ahli medis lainnnya.

Kantor berita Jiji Press Minggu lalu mengatakan sedikitnya tujuh pasien Jepang yang bepergian ke Cina selama dua tahun tewas tidak lama setelah melakukan operasi. Para pasien umumnya berusia 30 hingga 50an tahun dan tewas di Shanghai, kota timur laut Shenyang dan kota selatan Changsha dari awal 2004 hinga Februari 2006, kata Jiji mengutip sumber-sumber diplomatik dan grup-grup pendukung transplantasi. Dikatakan total 180 warga Jepang melakukan operasi transplantasi hati dan ginjal di Cina pada 2004 dan 2005.

Yano menolak berkomentar terhadap masalah-masalah etika terhadap transplatasi organ di Cina namun ia mengakui bahwa jumlah organ yang tersedia di Jepang sangat jauh dari yang dibutuhkan. "Kami tidak mengetahui bagaimana organ-organ manusia disediakan di Cina," katanya, "Namun transplantasi dari pasien-pasien lumpuh otak sangat sedikit di Jepang, jumlahnya hanya beberapa kasus dalam satu tahun."

(ton/afp)