Setelah bercakap-cakap sebentar dengan teman saya yang menjabat polisi, saya menemukan dia tidak pernah terlibat di dalam penganiayaan terhadap praktisi Dafa, tetapi dia sangat memusuhi Dafa. Maka saya mulai bercerita kepadanya tentang kekuatan Dafa dalam hal penyembuhan, dan betapa senangnya saya terhadap orang-orang yang telah mendapatkan manfaat dari berlatih Falun Dafa. Dia seketika merasa terganggu dan menyela saya dengan mengatakan saya "terhanyut di dalamnya." Saya menarik nafas dalam-dalam, dan dengan santai tetap menceritakan kepadanya hal-hal yang sangat bagus yang pernah terjadi semenjak saya mulai berlatih Falun Gong. Dia menyela saya lagi dengan mengatakan: "Ini hanyalah mentalitas kamu saja dan tidak ada yang bisa dilakukan oleh Falun Gong." Dia juga menuduh saya telah memasarkan sesuatu. Ketika saya ingin bercerita lebih banyak lagi kepadanya tentang latihan, dia menjadi sangat serius dan berkata: "Apa yang kamu sedang ceritakan kepada saya adalah bertentangan dengan pekerjaan saya. Jika kamu meneruskan percakapan ini, saya akan benar-benar marah kepada kamu." Saya merasa sedih mendengar apa yang dia katakan. Tetapi segera saya mencari ke dalam untuk melihat apakah ada yang salah pada diri saya. Saya hanya berusaha untuk menolongnya! Saya melihat bahwa saya sedang terlalu tergesa. Saya menjadi lebih tenang dan memancarkan pikiran lurus. Saya memohon kepada Guru untuk menguatkan saya. Setelah itu, kami bercakap-cakap tentang topik-topik menarik. Saya juga dengan pintar menambahkan beberapa topik klarifikasi fakta ke dalam percakapan kami.
Setelah kami meninggalkan hotel, dia tampak tidak banyak berubah, tetapi saya masih memancarkan pikiran lurus dan berkata kepada Guru: "Waktu terus berputar! Dia mungkin kehilangan kesempatan ini dan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan untuk selama-lamanya. Guru, bantulah saya. Saya ingin menyelamatkannya." Begitu selesai berpikir demikian, dia berkata kepada saya bahwa dia ingin pergi ke suatu tempat untuk mengurus beberapa bisnis pribadi sebelum pulang. Saya berkata kepadanya bahwa saya juga akan pergi ke sana dan kami bisa pergi bersama. Dia sangat senang mengetahui kami bisa pergi bersama. Dia ingin naik taksi. Saya pikir bahwa naik taksi tidak akan memberi saya cukup waktu untuk berbicara dengannya, maka saya mengusulkan untuk naik bus. Dia menyetujuinya. Ketika naik bus, saya tidak menghiraukan orang-orang yang ada di sekitar saya, dan saya mulai bercerita kepadanya tentang kisah orang-orang setempat yang terselamatkan selama tsunami karena kebaikan hati mereka. Saya juga berbicara tentang berita dan topik menarik yang terjadi di sekitar kota itu. Walaupun dia kadang-kadang mencoba untuk bergeser ke topik yang lain, atau menutup matanya, sepertinya tidak mendengar apapun, dan mengatakan bahwa saya orang yang "anti-komunis," saya melihat beberapa perubahan pada wajahnya. Saya tidak merasa tergerak olehnya, dan saya meneruskan klarifikasi fakta kepadanya.
Setelah kami turun dari bus, dia dengan ramah mengucapkan selamat jalan kepada saya. Saya menghampirinya, dan berkata dengan sungguh-sungguh: "Saya ingin mengatakan suatu hal yang terakhir. Keluarlah dari partai! Kamu bisa menggunakan nama panggilanmu. Kamu akan terselamatkan dan mempunyai masa depan yang cerah. Saya akan mengurusnya" Tiba-tiba wajahnya berubah dan berkata: "Kamu pergilah ke jalanmu sendiri dan aku akan pergi ke jalanku sendiri. Selamat jalan." Saya sangat kecewa dan berkecil hati. Tetapi saya dengan seketika teringat ajaran Guru, dan berkata pada diri sendiri: "Perasaan sakit hati adalah perasaan manusia biasa, saya tidak boleh membiarkan diri saya terseret olehnya. Saya tidak sia-sia datang hari ini. Setidaknya dia telah mengetahui kebenaran lebih banyak dibanding sebelumnya. Saya mempunyai harapan bahwa dia akan mengetahui lebih banyak kebenaran di masa mendatang, dan saya seharusnya tidak melepaskannya. Dia akan terselamatkan. Itu hanya karena dia belum memahami saya. Saya akan terus menggunakan pikiran lurus saya untuk menolongnya."
Saya berhenti memancarkan pikiran lurus ketika tiba di rumah. Saya melihat missed call di ponsel saya. Biasanya saya tidak menelpon kembali kepada orang yang saya tidak kenal, tetapi kali ini saya membalas panggilan itu. Ternyata adalah teman sekelas itu. Dia bertanya kepada saya: "Apa yang telah kamu katakan ketika kita turun dari bus?" "Saya berkata kepadamu untuk keluar dari partai dengan menggunakan nama panggilanmu, dan kamu akan mempunyai masa depan yang cerah. Kamu tidak harus menggunakan nama aslimu. Lalu, apakah kamu setuju untuk keluar? Itu adalah demi dirimu sendiri" Dia berkata: "Baiklah! Saya keluar. Saya tahu kamu datang demi untuk aku, dan aku merasakannya sejak dahulu." Saya melanjutkan lagi berkata: "Tolong perlakukan para praktisi Dafa dengan baik dan mendengarkan apa yang mereka katakan kepada kamu." Dia dengan gembira berkata: "Baiklah!" Kami mengucapkan sampai jumpa satu sama lain lalu mematikan telepon.
Melalui pengalaman ini, saya menyadari dua hal: Pertama, selama mengklarifikasi fakta, kita sering menghadapi segala macam orang yang tidak memahami kita. Mereka mungkin sangat keras kepala atau "jahat." Apa yang mereka katakan mungkin tidak enak untuk didengar. Kadang-kadang, mereka memperlakukan kita dengan kejam. Tetapi sebagai kultivator, terutama di saat kritis seperti ini dalam hal penyelamatan segala makhluk hidup, kita seharusnya tidak membiarkan perilaku dangkal mereka mempengaruhi kita. Kita harus tetap bertahan sabar, rasional, dan bijaksana, sebab apa yang kita lihat mungkin adalah khayalan. Jika kita merasa kecewa atau berkecil hati, khayalan ini akan menjadi kenyataan. Jika kita selalu memelihara suatu mentalitas sebagai seorang kultivator dan tetap lurus, manusia biasa akan sangat mudah untuk dipengaruhi. Dan, tanpa mengejar, hasilnya boleh jadi ternyata menjadi yang terbaik. Tentu saja, prasyaratnya adalah bahwa kita harus memancarkan pikiran lurus untuk bersihkan segala gangguan serta percaya kepada Guru dan Fa.
Yang kedua, pikiran kita harus tulus, rendah hati, dan murni ketika mengklarifikasi fakta kepada makhluk hidup. Untuk memecahkan keadaan spesifik mereka, kita harus mencoba untuk mengklarifikasi fakta kepada mereka dengan cara yang dapat mereka terima. Hanya ketika kita dalam keadaan tanpa pamrih kita akan dapat benar-benar menyentuh hati orang-orang dan menyelamatkan mereka.
Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2009/1/20/193812.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2009/2/1/104449.html
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org