Kamp Kerja Paksa Wanita Anhui Menganiaya Para Praktisi Falun Dafa
Kamp Kerja Paksa Wanita Provinsi Anhui terletak di Kota Hefei. Sejak Juli 1999, para personil kepolisian yang dikepalai oleh Zhou Mingfeng dengan kejamnya telah menganiaya para praktisi Falun Dafa yang mereka tahan. Ada beberapa praktisi dianiaya hingga meninggal; ada yang cacat; ada yang menderita berbagai penyakit karena disiksa dengan keji; dan ada pula beberapa praktisi mengalami penderitaan yang sangat besar karena tidak mau berpaling dari keyakinan mereka dan tidak mau “merubah pendiriannya” sekalipun di bawah kondisi yang paling mengerikan dan penganiayaan yang sangat kejam.
(Minghui.org)
Di dalam kamp kerja paksa ini, para petugas tidak mengijinkan para praktisi untuk meninggalkan area yang telah ditentukan atau bercakap-cakap dengan sesama praktisi lainnya. Mereka hanya diijinkan ke kamar kecil sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Para praktisi yang tidak mau “dirubah pendiriannya” atau menolak untuk menulis “laporan tentang isi pikirannya” diawasi terus-menerus selama 24 jam sehari, dicaci-maki dengan kata–kata kotor, dipukuli, diperlakukan kasar dan diperintahkan untuk berdiri dalam waktu lama. Mereka juga tidak diperbolehkan tidur dan menggunakan kamar kecil serta tidak boleh berbicara dengan praktisi yang ditahan lainnya. Mereka dipaksa mempelajari materi-materi yang memfitnah Falun Gong. Mereka hanya mendapat jatah makanan nasi putih dengan sayuran saja dan terkadang nasi putih saja. Mereka tidak diperbolehkan membeli makanan tambahan atau makanan bergizi serta dipaksa bekerja selama lebih sepuluh jam setiap hari di lingkungan beracun yang dapat merusak kesehatan mereka. Bahkan praktisi yang berumur 60 tahun lebih - dipaksa bekerja mulai dari bangun pagi pada jam 6.00 hingga jam 9.00 malam dan kadang-kadang berlanjut hingga tengah malam. Secara rinci kasus-kasus penganiayaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini.
1. Wang Ping (40-an), berasal dari Kabupaten Wuhe, Kota Bangbu. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun kerja paksa. Secara rahasia dia ditahan di sel isolasi dan dipaksa menulis “laporan tentang isi pikirannya.” Jika tidak menulis, dia tidak diperbolehkan tidur. Namun sebaliknya dia tidak diperbolehkan menulis apa pun yang berhubungan dengan kebaikan Falun Dafa dan tidak diijinkan menceritakan fakta kebenaran tentang Falun Dafa. “Laporan tentang isi pikirannya” ini harus segaris dengan tuntutan resmi yang meminta agar melepas Falun Gong. Setiap tengah malam, ketika petugas polisi yang piket, berganti tugas, mereka selalu memeriksa apakah Wang Ping telah menulis “laporan tentang isi pikirannya.” Terkadang dia baru diperbolehkan tidur pada jam 1.00 atau jam 2.00 pagi, tetapi dibangunkan kembali pada jam 4.00 pagi, kemudian disiksa lagi oleh petugas jaga.
Dia sering kali dipukuli secara kejam karena menolak untuk “dirubah pendiriannya”. Kadang-kadang dia memekikkan “Falun Dafa baik” di koridor ketika pergi ke kamar kecil, meskipun dia tahu bahwa dia akan segera dipukuli oleh para napi lainnya. Mereka menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke tanah, kemudian menyeretnya ke sel isolasi, kembali memukulinya secara keji. Mereka menyumbat mulutnya dengan plester selebar tiga inci. Mereka juga melilitkan plester itu di seputar lehernya sebanyak enam atau tujuh putaran. Hampir saja korban mati tercekik. Beberapa orang napi menyumbat mulutnya dengan kaos kaki berbau dan serbet yang sangat kotor. Mereka mengikatnya di tempat tidur siang dan malam. Kapan saja ketika dia memejamkan matanya, dia dipukuli dengan keras. Setelah disiksa setahun lebih, dia nyaris mengalami gangguan jiwa.
2. Liu Yun, 40-an, ditahan pada September 2005. Dia disiksa seperti Wang Ping. Dia dijebloskan ke sel isolasi selama lebih dari setengah tahun, kemudian dipindahkan ke unit pengawasan ketat. Biasanya para penghuni penjara tinggal di sana tidak lebih dari tiga bulan tetapi Liu Yun berada di sana selama setahun lebih.
Orang-orang di unit pengawasan ketat ini bangun pagi-pagi setiap hari pada jam 5.00. Mereka bekerja fisik untuk membongkar dan memasang semua barang yang keluar masuk dari lantai bawah ke lantai atas atau sebaliknya. Liu Yun adalah satu-satunya yang dijaga ekstra ketat dan dipaksa bekerja paling berat. Dia baru dapat jatah makanan ketika seluruh napi yang lain telah mendapatkan ransum makanan mereka. Dan mereka pun hanya menyisakan sayuran saja atau nasi tanpa makanan lain. Umumnya mereka harus bekerja setiap hari sampai tengah malam, dan bahkan lebih lama lagi. Semua napi yang lain bisa membeli mie instan, biskuit, sayuran yang diawetkan, tetapi para praktisi yang teguh berlatih Falun Dafa seperti Liu Yun tidak diperbolehkan membeli makanan tambahan apa pun. Meskipun dipaksa bekerja sepanjang malam, mereka masih tidak diperbolehkan makan apa pun di luar ransum. Para napi yang lain diperbolehkan tidur setelah selesai bekerja pada tengah malam, tetapi Liu Yun diharuskan menulis “laporan tentang isi pikirannya” dan tidak diperbolehkan pergi tidur sebelum laporan tersebut selesai.
Liu Yun sangat sehat dan kuat ketika pertama kali ditahan, tetapi kesehatannya merosot tajam setelah dia dipaksa mengangkut barang-barang berat dan dilarang tidur selama setahun. Sering kali dia pingsan ketika bekerja. Dia semakin kurus, benar-benar sangat berbeda dari sebelumnya. Dia sering jatuh sakit dan harus terbaring di tempat tidur. Petugas mencoba memaksa dia untuk minum obat-obatan, akan tetapi ditolaknya. Kemudian polisi wanita Guo Jun meminta para napi lainnya untuk menyeret Liu Yun ke kantor dan memaksanya untuk menelan obat-obatan.
Suatu hari ketika Liu Yun sedang membersihkan jendela, dia pingsan lagi dan jatuh dari meja yang dia naiki. Zhou Mingfeng menyuruh Zhang Junru membantu kerja Liu Yun. Zhang Junru berusaha memaksa Liu Yun agar dapat “dirubah pendiriannya.” Dia mencuci otak Liu Yun siang dan malam dalam upaya untuk “merubah pendiriannya.”
3. Cheng Ming (56) berasal dari Kabupaten Jieshou, Provinsi Anhui. Dia dijebloskan ke kamp kerja paksa pada September 2005. Dia disiksa dengan kejam karena menolak untuk “dirubah pendiriannya”. Ketua regu - Lin Yun memukul mukanya ketika dia meneriakkan, “Falun Dafa baik!” Lin Yun juga menghasut para napi lainnya untuk memukuli wajah korban di depan para napi lainnya hingga bengkak dan korban tidak dapat makan. Bahkan dia sering diikat sepanjang malam sehingga tidak dapat tidur. Para penjaga sering menghasut para napi lain untuk memukul dan menyumbat mulutnya dengan plester. Dia ditahan lebih lama lagi meskipun hukumannya sudah berakhir.
4. Shi Changying berusia 57 tahun. Dia berasal dari Kabupaten Feidong, Kota Hefei. Dia dikirim ke kamp kerja paksa pada Mei 2006. Dia sembuh dari berbagai jenis penyakit setelah berlatih Falun Gong. Dia ikut melakukan aksi mogok makan guna menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong. Polisi wanita Zhou Mingfeng menghasut dua narapidana untuk menekannya di lantai semen setiap hari, dan Zhang Junru juga tidak memberikan makanan yang sewajarnya kepadanya. Korban menjadi sangat lemah dan sulit berjalan. Dia dijebloskan ke sel kecil dan dianiaya karena mengatakan “Falun Dafa baik!” Pada siang hari dia diborgol dan malam hari dia diikat dengan tali. Berdasarkan pemeriksaan kesehatannya dia menderita gagal ginjal, gangguan fungsi hati, serangan jantung, tekanan darah tinggi, penyakit glaukoma. Dia menderita kebutaan pada sebelah mata akibat penyiksaan dan nyaris tidak dapat melihat dengan mata yang lainnya.
5. Duai Genhua, He Pinghua, dan Wang Yinkun, semuanya berusia 50-an. Mereka dianiaya karena menolak untuk “dirubah pendiriannya.” Mereka semua dipaksa mengerjakan pekerjaan yang sama beratnya dengan orang muda. Mereka harus mengerjakan yang paling berat, yang paling keras dan yang paling sulit. Mereka membawa barang-barang bersama-sama dengan orang yang lebih muda. Mereka dipaksa harus berhenti makan untuk mengangkut barang-barang kapan saja barang-barang tersebut datang. Dari semua makanan yang tersedia, mereka hanya diperbolehkan mengambil sayuran dan tidak diperbolehkan membeli makanan yang lain. Mereka dipaksa menulis “laporan tentang isi pikiran mereka” setelah selesai bekerja pada tengah malam setiap harinya. Mereka tidak diijinkan tidur jika mereka tidak mau menulis. Mereka dipaksa bangun pada jam 5.00 pagi. Mereka dihukum tidur di ranjang susun bagian atas. Tangga menuju tempat tidur bagian atas ini rusak dan tidak pernah diperbaiki sehingga sangat sulit bagi mereka untuk naik ke tempat tidur bagian atas. Pada Desembar 2003, Yang Jingjing dan Zhao Yongping yang kecanduan narkoba memukuli Duan Yinhua dengan keras di sel isolasi tersebut. Akibatnya, sekujur tubuh korban dipenuhi luka dan kakinya menjadi pincang. Yang Jingjing dan narapidana lainnya menyumbat mulut korban dengan plester. Empat orang diantara mereka memegang tangannya dan memaksa untuk menulis sebuah “pernyataan perubahan pendirian.“ Mereka tidak berhenti memaksa Ms. Duan sampai dia selesai menulis. Korban mengatakan, “Itu tidak berlaku.” Tahanan lainnya merasa terkejut ketika mereka melihat luka memar di sekujur tubuhnya.
6. Pada Desember 2003 ketika Wang Minghui dijebloskan ke kamp kerja paksa untuk yang kedua kainya, enam atau tujuh polisi wanita menyeretnya menuju ke brigade ke-dua. Dia ditendangi serta dipukuli sepanjang perjalanan. Mereka memaksanya untuk memakai baju tahanan dan mengikat tubuhnya di kursi. Dia diikat selama dua hari dua malam tanpa alas kaki (saat itu musim dingin). Pada hari ke-tiga dia dipindahkan ke gudang dan diikat di tempat tidur. Mereka menyumbat mulutnya dengan kaos kaki kotor dan menutup mulutnya dengan plester selebar tiga inci. Mereka memukulinya begitu korban memejamkan matanya. Mereka menggantungkan kertas yang berisi kata-kata yang memfitnah Falun Gong dan Shifu Li Hongzhi pada dirinya. Dia membuang kertas itu jauh-jauh ketika pergi ke kamar kecil, sehingga polisi-polisi itu dengan kejamnya memukuli kepala dan kakinya hingga korban menderita luka parah. Pada hari ke-tiga kamp kerja paksa mengadakan rapat gabungan akhir tahun. Wang Minghui meneriakkan “Falun Dafa baik!” Para penjaga memerintahkan narapidana Li Xue memukulinya sehingga korban nyaris meninggal. Dia tidak mampu berjalan selama sebulan lebih. Tubuh bagian belakang dan kakinya pun terluka parah. Kemudian dia dipaksa melakukan pekerjaan yang berat. Zhou Mingfeng juga memaksanya untuk bekerja lembur ketika korban kerja pada regu malam hari. Karena bekerja berat dalam waktu cukup lama mengakibatkan kesehatannya yang sudah tidak baik itu semakin memburuk. Dia mengalami kondisi kritis beberapa kali. Dia mengalami gejala kelumpuhan beberapa kali dan tidak dapat merawat dirinya sendiri. Zhou Mingfeng tidak pernah mengurangi mengawasan terhadap dirinya. Ketika masa hukuman tiga tahun itu berakhir, dia mengalami gejala kelumpuhan yang sangat serius. Mereka masih memaksanya untuk bekerja berat. Dia tidak dibebaskan hingga masa penahanannya lewat selama dua puluh hari.
Petugas polisi beserta sipir yang terlibat langsung dalam penganiayaan termasuk: Zhou Mingfeng, Deng Zuxia, Chen Xiaolin, Lin Yun, Ma Fengping, Chen Jie, Zhang Donglan, Pan Lei, Sheng Shiqin, Ci lingling, Wang Lulu, Gou Jun, Huang Shuying, Shi Ran, Zhao Manli, He Xin, Zhang Yan, Hou Jingyan, Xu Lihong, Luo Yi, Kepala Seksi bidang manajeman Liu dan Komisaris Politik Li.
Chinese: http://www.minghui.ca/mh/articles/2009/5/4/200186.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2009/5/19/107535.html
Di dalam kamp kerja paksa ini, para petugas tidak mengijinkan para praktisi untuk meninggalkan area yang telah ditentukan atau bercakap-cakap dengan sesama praktisi lainnya. Mereka hanya diijinkan ke kamar kecil sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Para praktisi yang tidak mau “dirubah pendiriannya” atau menolak untuk menulis “laporan tentang isi pikirannya” diawasi terus-menerus selama 24 jam sehari, dicaci-maki dengan kata–kata kotor, dipukuli, diperlakukan kasar dan diperintahkan untuk berdiri dalam waktu lama. Mereka juga tidak diperbolehkan tidur dan menggunakan kamar kecil serta tidak boleh berbicara dengan praktisi yang ditahan lainnya. Mereka dipaksa mempelajari materi-materi yang memfitnah Falun Gong. Mereka hanya mendapat jatah makanan nasi putih dengan sayuran saja dan terkadang nasi putih saja. Mereka tidak diperbolehkan membeli makanan tambahan atau makanan bergizi serta dipaksa bekerja selama lebih sepuluh jam setiap hari di lingkungan beracun yang dapat merusak kesehatan mereka. Bahkan praktisi yang berumur 60 tahun lebih - dipaksa bekerja mulai dari bangun pagi pada jam 6.00 hingga jam 9.00 malam dan kadang-kadang berlanjut hingga tengah malam. Secara rinci kasus-kasus penganiayaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini.
1. Wang Ping (40-an), berasal dari Kabupaten Wuhe, Kota Bangbu. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun kerja paksa. Secara rahasia dia ditahan di sel isolasi dan dipaksa menulis “laporan tentang isi pikirannya.” Jika tidak menulis, dia tidak diperbolehkan tidur. Namun sebaliknya dia tidak diperbolehkan menulis apa pun yang berhubungan dengan kebaikan Falun Dafa dan tidak diijinkan menceritakan fakta kebenaran tentang Falun Dafa. “Laporan tentang isi pikirannya” ini harus segaris dengan tuntutan resmi yang meminta agar melepas Falun Gong. Setiap tengah malam, ketika petugas polisi yang piket, berganti tugas, mereka selalu memeriksa apakah Wang Ping telah menulis “laporan tentang isi pikirannya.” Terkadang dia baru diperbolehkan tidur pada jam 1.00 atau jam 2.00 pagi, tetapi dibangunkan kembali pada jam 4.00 pagi, kemudian disiksa lagi oleh petugas jaga.
Dia sering kali dipukuli secara kejam karena menolak untuk “dirubah pendiriannya”. Kadang-kadang dia memekikkan “Falun Dafa baik” di koridor ketika pergi ke kamar kecil, meskipun dia tahu bahwa dia akan segera dipukuli oleh para napi lainnya. Mereka menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke tanah, kemudian menyeretnya ke sel isolasi, kembali memukulinya secara keji. Mereka menyumbat mulutnya dengan plester selebar tiga inci. Mereka juga melilitkan plester itu di seputar lehernya sebanyak enam atau tujuh putaran. Hampir saja korban mati tercekik. Beberapa orang napi menyumbat mulutnya dengan kaos kaki berbau dan serbet yang sangat kotor. Mereka mengikatnya di tempat tidur siang dan malam. Kapan saja ketika dia memejamkan matanya, dia dipukuli dengan keras. Setelah disiksa setahun lebih, dia nyaris mengalami gangguan jiwa.
2. Liu Yun, 40-an, ditahan pada September 2005. Dia disiksa seperti Wang Ping. Dia dijebloskan ke sel isolasi selama lebih dari setengah tahun, kemudian dipindahkan ke unit pengawasan ketat. Biasanya para penghuni penjara tinggal di sana tidak lebih dari tiga bulan tetapi Liu Yun berada di sana selama setahun lebih.
Orang-orang di unit pengawasan ketat ini bangun pagi-pagi setiap hari pada jam 5.00. Mereka bekerja fisik untuk membongkar dan memasang semua barang yang keluar masuk dari lantai bawah ke lantai atas atau sebaliknya. Liu Yun adalah satu-satunya yang dijaga ekstra ketat dan dipaksa bekerja paling berat. Dia baru dapat jatah makanan ketika seluruh napi yang lain telah mendapatkan ransum makanan mereka. Dan mereka pun hanya menyisakan sayuran saja atau nasi tanpa makanan lain. Umumnya mereka harus bekerja setiap hari sampai tengah malam, dan bahkan lebih lama lagi. Semua napi yang lain bisa membeli mie instan, biskuit, sayuran yang diawetkan, tetapi para praktisi yang teguh berlatih Falun Dafa seperti Liu Yun tidak diperbolehkan membeli makanan tambahan apa pun. Meskipun dipaksa bekerja sepanjang malam, mereka masih tidak diperbolehkan makan apa pun di luar ransum. Para napi yang lain diperbolehkan tidur setelah selesai bekerja pada tengah malam, tetapi Liu Yun diharuskan menulis “laporan tentang isi pikirannya” dan tidak diperbolehkan pergi tidur sebelum laporan tersebut selesai.
Liu Yun sangat sehat dan kuat ketika pertama kali ditahan, tetapi kesehatannya merosot tajam setelah dia dipaksa mengangkut barang-barang berat dan dilarang tidur selama setahun. Sering kali dia pingsan ketika bekerja. Dia semakin kurus, benar-benar sangat berbeda dari sebelumnya. Dia sering jatuh sakit dan harus terbaring di tempat tidur. Petugas mencoba memaksa dia untuk minum obat-obatan, akan tetapi ditolaknya. Kemudian polisi wanita Guo Jun meminta para napi lainnya untuk menyeret Liu Yun ke kantor dan memaksanya untuk menelan obat-obatan.
Suatu hari ketika Liu Yun sedang membersihkan jendela, dia pingsan lagi dan jatuh dari meja yang dia naiki. Zhou Mingfeng menyuruh Zhang Junru membantu kerja Liu Yun. Zhang Junru berusaha memaksa Liu Yun agar dapat “dirubah pendiriannya.” Dia mencuci otak Liu Yun siang dan malam dalam upaya untuk “merubah pendiriannya.”
3. Cheng Ming (56) berasal dari Kabupaten Jieshou, Provinsi Anhui. Dia dijebloskan ke kamp kerja paksa pada September 2005. Dia disiksa dengan kejam karena menolak untuk “dirubah pendiriannya”. Ketua regu - Lin Yun memukul mukanya ketika dia meneriakkan, “Falun Dafa baik!” Lin Yun juga menghasut para napi lainnya untuk memukuli wajah korban di depan para napi lainnya hingga bengkak dan korban tidak dapat makan. Bahkan dia sering diikat sepanjang malam sehingga tidak dapat tidur. Para penjaga sering menghasut para napi lain untuk memukul dan menyumbat mulutnya dengan plester. Dia ditahan lebih lama lagi meskipun hukumannya sudah berakhir.
4. Shi Changying berusia 57 tahun. Dia berasal dari Kabupaten Feidong, Kota Hefei. Dia dikirim ke kamp kerja paksa pada Mei 2006. Dia sembuh dari berbagai jenis penyakit setelah berlatih Falun Gong. Dia ikut melakukan aksi mogok makan guna menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong. Polisi wanita Zhou Mingfeng menghasut dua narapidana untuk menekannya di lantai semen setiap hari, dan Zhang Junru juga tidak memberikan makanan yang sewajarnya kepadanya. Korban menjadi sangat lemah dan sulit berjalan. Dia dijebloskan ke sel kecil dan dianiaya karena mengatakan “Falun Dafa baik!” Pada siang hari dia diborgol dan malam hari dia diikat dengan tali. Berdasarkan pemeriksaan kesehatannya dia menderita gagal ginjal, gangguan fungsi hati, serangan jantung, tekanan darah tinggi, penyakit glaukoma. Dia menderita kebutaan pada sebelah mata akibat penyiksaan dan nyaris tidak dapat melihat dengan mata yang lainnya.
5. Duai Genhua, He Pinghua, dan Wang Yinkun, semuanya berusia 50-an. Mereka dianiaya karena menolak untuk “dirubah pendiriannya.” Mereka semua dipaksa mengerjakan pekerjaan yang sama beratnya dengan orang muda. Mereka harus mengerjakan yang paling berat, yang paling keras dan yang paling sulit. Mereka membawa barang-barang bersama-sama dengan orang yang lebih muda. Mereka dipaksa harus berhenti makan untuk mengangkut barang-barang kapan saja barang-barang tersebut datang. Dari semua makanan yang tersedia, mereka hanya diperbolehkan mengambil sayuran dan tidak diperbolehkan membeli makanan yang lain. Mereka dipaksa menulis “laporan tentang isi pikiran mereka” setelah selesai bekerja pada tengah malam setiap harinya. Mereka tidak diijinkan tidur jika mereka tidak mau menulis. Mereka dipaksa bangun pada jam 5.00 pagi. Mereka dihukum tidur di ranjang susun bagian atas. Tangga menuju tempat tidur bagian atas ini rusak dan tidak pernah diperbaiki sehingga sangat sulit bagi mereka untuk naik ke tempat tidur bagian atas. Pada Desembar 2003, Yang Jingjing dan Zhao Yongping yang kecanduan narkoba memukuli Duan Yinhua dengan keras di sel isolasi tersebut. Akibatnya, sekujur tubuh korban dipenuhi luka dan kakinya menjadi pincang. Yang Jingjing dan narapidana lainnya menyumbat mulut korban dengan plester. Empat orang diantara mereka memegang tangannya dan memaksa untuk menulis sebuah “pernyataan perubahan pendirian.“ Mereka tidak berhenti memaksa Ms. Duan sampai dia selesai menulis. Korban mengatakan, “Itu tidak berlaku.” Tahanan lainnya merasa terkejut ketika mereka melihat luka memar di sekujur tubuhnya.
6. Pada Desember 2003 ketika Wang Minghui dijebloskan ke kamp kerja paksa untuk yang kedua kainya, enam atau tujuh polisi wanita menyeretnya menuju ke brigade ke-dua. Dia ditendangi serta dipukuli sepanjang perjalanan. Mereka memaksanya untuk memakai baju tahanan dan mengikat tubuhnya di kursi. Dia diikat selama dua hari dua malam tanpa alas kaki (saat itu musim dingin). Pada hari ke-tiga dia dipindahkan ke gudang dan diikat di tempat tidur. Mereka menyumbat mulutnya dengan kaos kaki kotor dan menutup mulutnya dengan plester selebar tiga inci. Mereka memukulinya begitu korban memejamkan matanya. Mereka menggantungkan kertas yang berisi kata-kata yang memfitnah Falun Gong dan Shifu Li Hongzhi pada dirinya. Dia membuang kertas itu jauh-jauh ketika pergi ke kamar kecil, sehingga polisi-polisi itu dengan kejamnya memukuli kepala dan kakinya hingga korban menderita luka parah. Pada hari ke-tiga kamp kerja paksa mengadakan rapat gabungan akhir tahun. Wang Minghui meneriakkan “Falun Dafa baik!” Para penjaga memerintahkan narapidana Li Xue memukulinya sehingga korban nyaris meninggal. Dia tidak mampu berjalan selama sebulan lebih. Tubuh bagian belakang dan kakinya pun terluka parah. Kemudian dia dipaksa melakukan pekerjaan yang berat. Zhou Mingfeng juga memaksanya untuk bekerja lembur ketika korban kerja pada regu malam hari. Karena bekerja berat dalam waktu cukup lama mengakibatkan kesehatannya yang sudah tidak baik itu semakin memburuk. Dia mengalami kondisi kritis beberapa kali. Dia mengalami gejala kelumpuhan beberapa kali dan tidak dapat merawat dirinya sendiri. Zhou Mingfeng tidak pernah mengurangi mengawasan terhadap dirinya. Ketika masa hukuman tiga tahun itu berakhir, dia mengalami gejala kelumpuhan yang sangat serius. Mereka masih memaksanya untuk bekerja berat. Dia tidak dibebaskan hingga masa penahanannya lewat selama dua puluh hari.
Petugas polisi beserta sipir yang terlibat langsung dalam penganiayaan termasuk: Zhou Mingfeng, Deng Zuxia, Chen Xiaolin, Lin Yun, Ma Fengping, Chen Jie, Zhang Donglan, Pan Lei, Sheng Shiqin, Ci lingling, Wang Lulu, Gou Jun, Huang Shuying, Shi Ran, Zhao Manli, He Xin, Zhang Yan, Hou Jingyan, Xu Lihong, Luo Yi, Kepala Seksi bidang manajeman Liu dan Komisaris Politik Li.
Chinese: http://www.minghui.ca/mh/articles/2009/5/4/200186.html
English: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2009/5/19/107535.html
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org