(Minghui.org) Setelah dikeluarkan secara resmi 9 hari ceramah Shifu yang di dubbing dengan text Indonesia, untuk pertama kalinya praktisi Kuta Selatan bisa melangsungkan kegiatan menonton bersama.


Tempat pemutaran video 9 hari ceramah


Karena mempertimbangkan masalah pekerjaan dari para praktisi, diputuskan untuk mengadakan dua sesi setiap hari. Sesi pagi mulai jam 9:45 dan sesi malam mulai jam 18:45. Dimulai dengan melakukan Fa Zheng Nian selama 15 menit kemudian dilanjutkan menonton ceramah Shifu dan diakhiri dengan sharing.

Sesi pagi rata-rata diikuti oleh tiga puluhan orang dan sesi malam pesertanya tujuh-puluhan.

Hari kelima pada ceramah ke lima, acara ditambah dengan pemutaran VCD latihan, kemudian diperlihatkan foto-foto gerakan latihan yang tidak akurat dari para praktisi saat melakukan latihan dan melakukan Fa Zheng Nian.

Hari ketujuh, untuk mengisi waktu sebelum sharing diputarkan sajak-sajak abadi Shifu.  

Berikut adalah pengalaman dari beberapa praktisi ketika mengikuti kelas ceramah 9 hari.

Perpanjang Visa.

Seorang Praktisi  dari Belanda Pablo (51 tahun), yang telah memperpanjang  visa kunjungannya  di Bali hanya untuk mendapatkan lingkungan belajar Fa yang baik, guna meningkatkan pemahamannya terhadap Fa Guru. Dia menguasai beberapa bahasa yakni bahasa Portugis karena dia lahir di Brazil dan membaca buku Zhuan Falun dalam  bahasa Spanyol. Namun bahasa kesehariannya dengan isteri dan praktisi adalah bahasa Inggris. Untuk menyamakan waktu dan keseragaman menonton dia memakai laptop dan headset untuk mendengarkan ceramah yang sudah di dubbing dalam bahasa Inggris.

“Lingkungan ini saya tidak dapatkan di Belanda” katanya, dimana latihanpun selalu dipersingkat karena para praktisi mengeluh latihan terlalu panjang. Jadi selama di Belanda saya tidak bisa meningkat sepesat  ini.”

Empat jam perjalanan setiap hari.

Ni Wayan  Lamakerti dari Tegallalang, Ubud  rela melakukan perjalanan dengan sepeda motor 3,5-4 jam pulang pergi ke tempat diadakannya pemutaran ceramah Shifu. Dia mengatakan, “Saya mendapatkan sms bahwa akan diputar ceramah Shifu keliling Bali, yang mana putaran pertama akan dilakukan di Center Falun Dafa Nusa Dua. Saya langsung memutuskan untuk ikut yang pertama ini.”

Orang biasa


I Wayan Sujahtra, dosen Teknik Sipil Fakultas Politeknik Universitas Udayana


Ada dua orang awam yang ikut kelas ceramah salah satunya adalah I Wayan Sujahtra (46  th) seorang dosen Teknik Sipil di Fakultas Politeknik Universitas Udayana yang sering melihat latihan Falun Dafa di parkir rektorat UNUD, merasa sangat bahagia bisa mengikuti kelas ceramah 9 hari ini. “Saya sudah pernah diklarifikasi tentang Falun Dafa kira-kira 5 tahun lalu, saya menaruh minat ingin ikut tetapi saya masih menimbang-nimbang beberapa aliran yang diperkenalkan oleh teman dan kerabat. Tetapi tanggal 30 Agustus pagi (hari pertama pemutaran ceramah), saya begitu menggebu untuk bisa belajar latihan. Jam enam pagi saya lewat ditempat latihan orang-orang masih meditasi, saya kembali beberapa saat kemudian dan ingin menanyakan lebih lanjut. Saya diarahkan untuk ikut kelas ceramah. Dan saya sangat bersyukur bisa ikut dan ingin mengajak seluruh keluarga bisa datang kemari.”

Pengalaman saya yang lain ketika anak saya tidak mau ikut saya sangat kesal, tetapi setelah hari ketiga saya mendapatkan pemahaman, bahwa ini bukan untuk setiap orang. Bahwa ini ada hubungan dengan karunia. Bahwa saya hanya bisa menjalani saja hidup ini. Tidak memaksakan kehendak saya.

Pemurnian tubuh dan peningkatan


Made Susilawati


Banyak praktisi mengalami pemurnian tubuh salah satunya Made Susilawati( 41 tahun) asal Desa Tanjung Benoa, Nusa Dua. Terus saja mengalami buang air besar selama 6 hari berturut-turut dan mulai reda hari ketujuh. Suaminya juga mengalami kecelakaan sepeda motor menjelang diadakannya kelas ceramah. “Tetapi kami punya tekad untuk mengikuti kelas ini sampai terakhir.”

Pada akhir acara menonton ceramah ke-9, sebagian besar praktisi tidak dapat menahan rasa terharu dan bercampur bahagia, ada yang meneteskan air mata sepanjang ceramah ke sembilan. Ibu ini bercerita bagaimana pasangannya mencaci-maki dengan kata-kata kasar, harus berjuang menenangkan hatinya bahwa ujian ini harus dilewati. Walau tertinggal 2 kali karena harus berjuang melawan segala halangan. Dia merasakan kebahagiaan yang luar biasa tak terungkapkan dengan kata-kata terhadap belas kasih Shifu, katanya dalam sharing dengan terbata-bata.

Seorang bapak harus ke tempat ceramah satu jam lebih awal karena menghindari perseteruan dengan istrinya yang membuat suasana rumahnya tidak tenang.

Praktisi yang juga seorang pembina sharing pengalamannya mendapat pemurnian berupa sakit tenggorokan sampai harus makan bubur karena tidak bisa menelan nasi.

Seorang praktisi dokter menanyakan kepada dirinya sendiri, mengapa kelas ini diadakan jam 10 pagi, saat dia bekerja di rumah sakit dan jam 7 malam saatnya saya praktek menangani pasien-pasien langganan. Sehingga beberapa kali terlambat ketempat ceramah dan sekali waktu karena pertengkaran sampai di tempat acara ceramah sudah selesai di putar.
Praktisi dari Belanda bahkan mengalami sakit gigi beberapa hari menjelang kelas ceramah.

Peserta balita

Ada 3 praktisi yang selalu membawa bayinya menghadiri kelas ceramah ini. Dan para peserta balita ini, tidak pernah menunjukkan kerewelan saat mengikuti kelas ceramah. Salah satu ibu bayi ini mengatakan bahwa beberapa kali diingatkan suaminya agar tidak membawa bayinya karena takut masuk angin. “Tetapi karena hati lurus saya bisa melewati cobaan ini walau beberapa kali tertidur dalam gendongan ketika naik motor,” katanya dengan haru.

Kelas ceramah ini tantangannya sangat besar dan memerlukan pikiran lurus semua praktisi, kata pembina, Wayan Sumiarta. Yang juga memandu acara selama sembilan hari.