Dari Konferensi Berbagi Pengalaman di Internet bagi Praktisi di China Kedelapan


(KebijakanJernih.net)

( Sambungan dari Bagian 1 )

Perjalanan kultivasi setiap orang ada rekamannya. Saya dapat melihat bagaimana kultivasi saya dulu dan sekarang. Selama berkultivasi, Guru telah membuat saya dapat melihat beberapa adegan untuk membantu saya menyingkirkan keterikatan. Saya mempunyai keterikatan yang kuat terhadap keingintahuan, membutuhkan waktu yang lama untuk menyingkirkannya. Setelah melihat banyak mata yang besar di dimensi lain, saya bertanya-tanya, “Mengapa saya tidak melihat mata besar Guru? Guru pasti memilki banyak mata yang besar.” Saya melihat Guru dan sungguh melihat banyak mata yang besar. Dalam hati saya berkata kepada Guru, “Guru saya tidak akan berusaha untuk melihat lagi. Itu adalah keterikatan hati saya.” Guru memperlihatkan kepada saya apa pun yang ingin saya lihat; tetapi saya harus mencari keterikatan saya setelah melihat. Itu hanya digunakan untuk menyingkirkan keterikatan. Contoh, Guru memperlihatkan kepada saya “tiga bunga berkerumun di ubun-ubun (sanhua juding).” Saya kemudian berkata, “Guru saya tidak akan terikat dengan ini. Alangkah baiknya jika saya mengkultivasikannya sendiri hingga mencapai taraf itu.”

Suatu kali saya melihat di dimensi lain, Guru diikat dan dicambuk oleh makhluk negatif. Pencambukan itu sangat kejam, dan makhluk itu merobek pakaian Guru. Saya menangis, merebut cambuk itu dan menggulungnya. Saya juga memarahi makhluk negatif itu. Namu, Guru berkata, “Ikat dan berlutut.” Saya kemudian mengikatnya dengan ketat dan berlutut di sana. Guru mengatakan kepada saya, “Kamu harus melihat dengan seksama dirimu sendiri.” Guru telah menanggung karma yang sangat besar bagi kita. Gurulah yang sebenarnya telah menderita bagi kita. Melihat Guru menanggung dan menderita untuk kita, saya tidak tahan. Saya menyadari Guru menanggung penderita bagi kita demi menyelamatkan kita. Dewa-dewa di masa lalu tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya. Hanya Guru yang mampu menanggung penderitaan bagai semua makhluk hidup.

Setelah 25 April 1999 saya merasa keadaan akan segera berubah. Ketika sedang duduk bermeditasi, saya melihat Dafa sedang dianiaya dan beberapa praktisi dimasukan ke penjara. Namun, saya tidak sadar harus melakukan sesuatu untuk menghentikan penindasan. Saya pikir itu karena karma kita, bukan melihatnya sebagai “berkultivasi dimasa pelurusan Fa.”

Saya menyatakan pendapat ke Beijing sebanyak empat kali setelah 20 Juli 1999. Saya tinggal di Beijing hampir selama satu tahun dan ditangkap berkali-kali. Saya suka berlatih gerakan di Lapangan Tiananmen. Saya selalu menjadi yang terakhir di tangkap polisi. Sebenarnya Guru tidak mengatur penderitaan itu untuk saya. Kapan pun saya ditangkap di Beijing, semuanya karena keterikatan saya. Setelah saya menyingkirkannya, saya dapat dengan mudah meloloskan diri karena memang saya tidak memiliki penderitaan itu. Saat itu, saya hanya tahu, saya harus menderita dan menyingkirkan karma. Ditambah lagi perasaan saya yang kuat terhadap Guru, saya tidak menyadari kultivasi dimasa pelurusan Fa kita. Karena konsep pikiran saya, saya menambah penderitaan bagi diri saya sendiri.

Walaupun iblis sepertinya merambah langit menyelimuti bumi, saya tinggal di Beijing. Sebenarnya Gurulah yang memberikan saya keberanian.

Saya menyatakan pendapat kepada pemerintah kota maupun daerah setelah 20 Juli 1999. Saya berada di Kota Guangzhou pada tanggal 20 Juli. Tidak ada tempat untuk menyatakan pendapat di Provinsi Guangdong karena polisi menangkap praktisi di semua tempat. Jadi saya pergi ke Beijing keesokan harinya dengan lencana Falun tersemat di jaket saya. Saya menulis surat untuk mengklarifikasi fakta Falun Gong dan mengirimkannya ke semua tingkatan pemerintahan. Telepon rumah saya segera saja dipantau.

Setelah tiba di Beijing, pertama-tama saya pergi ke taman untuk berlatih gerakan, berpikir bahwa dengan melakukannya praktisi lain akan menemukan saya. Saya tidak takut. Hingga akhir, tidak ada polisi yang datang menghentikan saya. Tetapi saya juga tidak melihat praktisi. Saya juga membuktikan Fa di beberapa kota lain setelah saya meninggalkan Beijing.

Setelah saya kembali ke Guangzhou dan membagikan pengalaman saya dengan banyak praktisi. Saya beri tahu mereka bahwa kita semua harus keluar membuktikan Fa dan memberitahu orang-orang mengenai keindahan Falun Dafa.

Saya menggunakan telepon rumah untuk menghubungi praktisi dan mengajak mereka untuk berlatih bersama. Karena telepon saya sudah dipantau sejak Juli 1999, segera saja saya ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Polisi menyuruh saya menulis surat jaminan dan berjanji untuk tidak lagi berlatih Falun Gong. Saya duduk di sana dan berkata, “Mengapa saya harus menyerah dan kalah dalam berperang? Dafa kami harus jadi pemenang!” Saya masih memiliki mentalitas bersaing pada saat itu. Polisi memaksa saya untuk menulis sesuatu. Saya kemudian menulis kebaikan Falun Dafa. Mereka mengawasi saya pada malam hari, dan terkejut saya tetap bersemangat, walau tidak tidur. Seorang petugas bertanya, “Kalian praktisi Falun Gong kelihatannya sangat hebat. Kami harus bergiliran tidur, bagaimana bisa kamu tidak merasa mengantuk?” Saya mengatakan keapanya, “Saya sedang menulis tentang keindahan Falun Dafa. Adalah untuk menyebarkan Dafa. Bagaimana saya bisa merasa mengantuk?” Saya dibebaskan keesokan harinya.

Pada bulan Agustus 1999 saya mengetahui bahwa orang yang memerintahkan untuk menindas Falun Gong adalah iblis Jiang. Saya kemudian berunjuk rasa lagi ke Beijing dan berencana untuk mendatangi Zhongnanhai untuk menuntut Jiang. Saya mengonsep sebuah surat untuk Jiang saat di kereta, dan langsung menuju Zhongnanhai dengan taxi. Saya berjalan menuju pintu depan Zhongnanhai, memberitahukan seorang penjaga bahwa saya adalah praktisi Dafa dan ingin berbicara dengan Jiang. Seorang polisi berpakaian sipil segera saja menyeret saya ke sebuah mobil van dan membawa saya ke kantor polisi.

Mereka mengambil buku-buku Dafa yang saya bawa, lalu memindahkan saya ke sebuah rumah sakit jiwa. Saya merasa bahwa tempat itu bukan tempat bagi pengikut Dafa; maka saya berkata dalam hati kepada Guru, “Guru, saya bersalah. Saya seharusnya tidak bekerja sama dengan iblis. Polisi menahan banyak praktisi di rumah sakit jiwa. Begitu saya masuk, para praktisi berteriak, “Apakah kamu seorang praktisi? Kemarlah.” Saya kemudian bergabung dengan mereka dan dengan gembira berlatih bersama lagi. Namun, tidak lama kemudian, kepala Kantor Shenzhen di Beijing memindahkan saya ke kantor mereka.

Saya dimasukan ke dalam sel tersendiri. Begitu petugas pergi, saya segera berusaha meloloskan diri. Mereka mendengarnya, segera kembali dan mengikat saya. Saya berkata bahwa saya ingin bertemu dengan Jiang dan menuntutnya. Petugas itu menarik saya masuk ke sebuah ruangan yang lain. Saya kemudian duduk bermeditasi. Ketika para petugas pergi di malam hari, saya membuka pintu ruangan dan menerobos kegelapan untuk turun ke bawah. Namun, tempat itu sangat gelap, saya tidak dapat menemukan tangga. Saya terpaksa kembali ke ruangan.

Dalam hati saya meminta bantuan Guru, “Guru saya tidak dapat menemukan gerbang. Tolonglah saya. Saya tidak dapat tinggal di sini. Saya harus menyatakan pendapat.” Lalu jendela di ruangan itu terbuka. Saya melangkahi bingkai jendela dan menginjak air conditioner (AC), berkata, “Guru, saya akan lompat ke bawah.” Saya melonggarkan pegangan dan segera lompat ke bawah. Saya mendarat dengan mantap di atas tanah. Saya melihat ke sekitar dan menemukan bahwa saya masih berada di lapangan rumah sakit jiwa. Di lapangan itu ada sebuah pintu gerbang yang dikunci dengan kunci yang besar. Saya memeriksa kunci tersebut dan menemukan bahwa kunci itu terbuka secara otomatis. “Terima kasih, Guru!” Saya membuka gerbang dan cepat-cepat melarikan diri.

Saya memasuki hotel berbintang lima. Lencana Falun masih tersemat di jaket saya. Saya memberitahukan pegawai hotel bahwa saya adalah praktisi Falun Gong dan ingin tinggal di saya, tetapi saya tidak punya tanda pengenal karena rezim komunis mengambilnya. Saya berdiri di depan meja resepsionis, terus-menerus menceritakan fakta mengenai penindasan kepada pegawai hotel. Akhirnya pegawai itu memberikan sebuah kamar. Saya pikir saya harus mandi dan memeriksa pakaian saya. Terkejut saya menemukan bahwa semuanya bersih seperti baru. Mungkin mereka melewati dimensi lain.

Kemudian saya pergi ke Lapangan Tiananmen lagi, dengan pikiran, mungkin saya dapat menemukan praktisi untuk bersama-sama menuntut Jiang. Tetapi saya tidak menemukan seorang pun. Saya menelpon beberapa praktisi dan membagikan pendapat saya. Mereka setuju untuk datang ke Beijing. Saya kemudian pergi ke hotel murah untuk mempersiapkan akomodasi bagi mereka. Saya memberitahukan pemilik hotel bahwa saya adalah praktisi Falun Gong dan kartu identitas saya telah diambil oleh polisi. Pemilik hotel berkata, “Tinggal saja di sini. Jangan Kuatir.” Saya mengatakan, saya akan memesan satu lantai dan meminta ia untuk menyediakannya untuk saya. Banyak praktisi yang berhasil datang. Saya terus menerus memanggil praktisi. Seiring makin banyaknya praktisi yang datang, kami menyewa satu lantai lagi. Karena saya tidak memiliki keterikatan terhadap takut, semua yang saya kerjakan berjalan dengan sangat lancar.

( Bersambung ke bagian 3 )

Chinese: http://www.minghui.org/mh/articles/2011/11/10/明慧法会--勇猛精進-助师正法(2)-248890.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/11/18/129551.html