Pengikut Dafa Muda: Kami Semua Datang Demi Fa
Konferensi Berbagi Pengalaman via
Internet Ke Delapan Bagi Para Praktisi Di China
(Minghui.org)
Salam kepada Shifu!, Salam kepada rekan-rekan praktisi!
Hanya sekejab mata sudah 16 tahun memasuki pintu kultivasi Falun Dafa. Dengan perlindungan belas kasih Shifu, saya berhasil lulus ujian masuk sebuah perguruan tinggi ternama. Di bawah ini saya ingin berbagi pengalaman kultivasi selama masa-masa awal di perguruan tinggi.
Salam kepada Shifu!, Salam kepada rekan-rekan praktisi!
Hanya sekejab mata sudah 16 tahun memasuki pintu kultivasi Falun Dafa. Dengan perlindungan belas kasih Shifu, saya berhasil lulus ujian masuk sebuah perguruan tinggi ternama. Di bawah ini saya ingin berbagi pengalaman kultivasi selama masa-masa awal di perguruan tinggi.
1. Kultivasi di
Kampus
Seorang Praktisi Harus Rajin Belajar Fa Sebanyak Mungkin di Lingkungan Manapun
Meninggalkan rumah untuk pergi ke perguruan tinggi adalah pengalaman pertama kali dalam hidup mandiri, dan saya tiba-tiba dikelilingi oleh orang-orang yang bukan praktisi. Meskipun tidak ada praktisi di kampus, Shifu yang belas kasih selalu menjagaku dan menyemangati saya untuk belajar Fa sebanyak mungkin.
Karena merasa khawatir terhadap teman-teman kampus, saya tidak belajar Fa secara terbuka pada masa-masa awal di perguruan tinggi. Setiap malam, saya hanya berbaring di atas tempat tidur sambil mendengarkan ceramah Shifu melalui pemutar musik MP3, tetapi saya selalu tertidur sebelum mendengarkannya sampai selesai. Menyadari bahwa saya telah berbuat tidak hormat terhadap Shifu dan Fa, setelah dua minggu, saya memutuskan untuk membawa buku-buku Dafa ke sekolah. Bagaimanapun juga, di asrama mahasiswa selalu sangat berisik tiap kali baru duduk dan ingin belajar Fa. Saya berusaha untuk melenyapkan unsur-unsur jahat yang menggangguku, tetapi kelihatannya mereka terlalu banyak. Merasa kesal dengan kondisi itu, saya pun memutuskan untuk belajar Fa di asrama ketika saya tidak ada kuliah, karena saya rasa hanya Dafa-lah yang dapat memberikan dukungan terhadap apa yang kubutuhkan. Perlahan-lahan saya merasakan perubahan besar di lingkunganku. Kini semuanya mulai tenang ketika saya membuka buku-buku Dafa.
Mengidentifikasi Jati Diri Sendiri yang Asli
Selama satu tahun itu, saya mengalami banyak kendala dalam menjalin hubungan dengan orang-orang lain. Kadang-kadang semua yang kupikirkan adalah betapa buruknya orang lain. Saya bahkan pernah berusaha untuk menghindar interaksi dengan rekan-rekan satu kampus, dimana hal ini membuat mereka tidak dapat memahami saya. Saya pun merasa sangat terganggu.
Dengan belajar Fa, saya menyadari bahwa unsur-unsur negatif itulah yang membuatku sulit untuk menjalin hubungan dengan orang-orang lain, kenyataannya, konsep manusia dan karma pikirankulah yang selalu berperan, seperti yang Shifu ajarkan:
“Konsep yang terbentuk akan menghambat dan mengendalikan hidup anda. Konsep manusia biasanya mementingkan diri sendiri atau bahkan lebih buruk, sehingga ia akan menimbulkan karma pikiran, dan kemudian manusia juga dikendalikan oleh karma. Manusia dikuasai oleh Zhu Yuanshen-nya. Bila Zhu Yuanshen anda tidak kuat dan digantikan oleh konsep-konsep itu, itu berarti bahwa anda telah menyerah tanpa syarat, dan hidup anda dikendalikan oleh hal-hal tersebut.” (“Sifat Kebuddhaan,” Zhuan Falun jilid II versi draft)
Saya secara khusus memancarkan pikiran lurus yang ditujukan kepada pikiran-pikiran negatif itu. Segera stelah mengenalinya, saya berusaha keras untuk melenyapkannya. Kini faktor-faktor ini menjadi semakin sedikit, dan saya benar-benar merasakan jati diri saya yang asli sedang berperan lebih dominan.
Memposisikan Dasar Fundamental Saya Dengan Baik
Ketika saya masih berada di bangku sekolah menengah, perhatian paling besar dariku adalah ditujukan pada belajar mata pelajaran sekolah dengan lebih efektif. Dengan belajar Fa, saya menjadi sadar bahwa sebetulnya seorang murid Dafa harus berusaha untuk menjadi seorang yang baik dalam berbagai macam lingkungan. Seperti contohnya, sudah merupakan tanggung jawab dan misiku dalam membuktikan keindahan Dafa melalui prestasi sekolah. Dengan pemahaman ini, saya mengalami mukjizat di mana Shifu membantuku mengembangkan kebijakan dan membuat saya dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang paling sulit sekalipun seperti, “Perbankan Moneter.” Saya sangat gugup setelah profesor memberitahu kami bahwa soal-soal ujian akhir disusun untuk memisahkan murid-murid terbaik dari yang lain. Saya terus belajar Fa dan perlahan-lahan menjadi tenang. Tetapi, saya menjadi takut lagi pada pagi hari saat ujian, saya cemas soal-soal ujian akan sangat sulit. Pada waktu itu, Shifu memberikan isyarat sekali lagi kepada saya bahwa segala sesuatu yang kutemui adalah untuk dikultivasikan dan saya harus memposisikan dasar fundamentalku dengan baik. Akhirnya saya bisa menyelesaikan ujian tersebut dengan mudah dan tiga hari setelah itu saya diberitahu bahwa saya mendapatkan nilai tertinggi.
Melalui pengalaman ini, saya merasa bahwa tidak ada yang kebetulan. Selama kita mau melepaskan keterikatan hati dan menggunakan pikiran lurus serta perbuatan lurus, apa yang menjadi milik kita tidak akan hilang.
Melepaskan Keterikatan Hati terhadap Qing
Kami diharuskan mengikuti wajib militer pada tahun pertama memasuki perguruan tinggi. Selama masa itu, saya merasa sangat lelah setiap hari dan juga menjadi sangat rindu pada rumah. Akhirnya, saya menelepon orangtuaku setiap hari. Setelah kami kembali ke jadwal normal kampus, saya menggunakan waktu luang di setiap akhir minggu untuk pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama kedua orangtuaku. Saya marah ketika jadwal kegiatan kampus dilaksanakan pada hari Jumat malam, yang berarti saya tidak dapat pulang ke rumah. Saya menelepon ibuku, menangis dan mengeluhkan situasi semacam itu. Beliau berkata, “Kamu harus mencari ke dalam dan cobalah untuk tidak melawan lingkungan kultivasimu lagi.” Saya berpikir dalam hati, “Apa yang salah dengan diriku, kenapa saya selalu ingin pulang ke rumah?”
Keterikatan hatiku untuk pulang ke rumah juga menimbulkan salah paham dan prasangka buruk di antara teman-teman kampus. Suatu malam, saya mengalami mimpi di mana saya diberitahu bahwa teman-teman kampus benci pada saya karena saya selalu ingin pulang ke rumah dan terlalu bergantung diri pada ibuku dalam segala hal. Setelah bangun, saya sadari bahwa itu adalah isyarat dari Shifu yang belas kasih. Saya pun mencari sebab yang membuatku ingin pulang ke rumah dengan belajar Fa dengan baik untuk menyingkap keterikatan-keterikatanku. Pertama, saya merasa cemas kultivasiku akan tertinggal jika saya menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman yang bukan praktisi, di mana hal ini memperlihatkan bahwa saya kurang percaya pada Shifu dan Fa. Kedua, saya selalu mencari nasehat dari ibuku ketika saya menghadapi kesulitan dalam berkultivasi, di mana hal ini merupakan manifestasi dari ketergantunganku pada praktisi lain. Saya kemudian menyadari bahwa saya terlalu terikat pada Qing (sentimentil).
2. Kultivasi Pada Liburan Musim Panas
Mematut Diri dengan Ketat di Rumah
Sudah lama saya selalu berpikir bahwa saya tidak perlu mematut diriku dengan standar tinggi yang sama ketika pulang ke rumah. Lagipula, orangtua saya tidak pernah mengkritik saya bagaimanapun saya berperilaku. Maka dari itu, saya menjadi kendur dalam mematut diri ketika pulang ke rumah.
Segalanya tampak cukup berbeda pada liburan musim panas pertama di tahun pertama kuliah. Ibu saya menjadi pekerja tetap dan ayah saya menjadi semakin sibuk. Sehingga, saya adalah satu-satunya orang yang ada di rumah pada hari itu. Apa yang paling membuatku kesal pada hari itu adalah tidak ada orang yang memasakkan makanan siang untukku. Saya menjadi sangat marah sampai saya bertengkar dengan ayah pada suatu hari. Ayahku, yang biasanya adalah diam dan ramah, pun tidak dapat tahan menghadapiku. Ibu memanggilku, dan berkata, “Kamu adalah seorang kultivator. Bagaimana boleh kamu jadi marah?” Saya mencoba untuk membela diri dengan berkata, “Saya tidak disiapkan makanan siang dan tidak ada orang yang bisa diajak bicara setiap hari. Saya merasa sangat kesepian dan frustasi.” Beliau membalas, “Kamu harus mencari ke dalam dan memikirkan keadaannya. Kenapa ayahmu dan saya menjadi semakin sibuk ketika kamu memulai liburan msim panas? Bukankah ini sebuah kesempatan bagi kamu untuk meningkatkan diri? Tidakkah kamu sadar bahwa kamu tidak pernah memperlakukan diri sebagai seorang kultivator saat berada di rumah?” Beliau meneruskan, “Lebih-lebih lagi, kamu bukan seorang anak kecil lagi. Murid Dafa harus membawa diri dengan baik di manapun mereka berada. Ayahmu bukanlah kultivator. Jika kamu berkelakuan buruk di depannya, kesan apa yang akan kamu berikan kepadanya?” Kata-kata ibuku ini membuat pikiranku menjadi makin jernih.
Mendapatkan Manfaat dari Belajar Fa Bersama
Shifu yang belas kasih telah mengatur seorang bibi, praktisi, untuk mencariku begitu saya memulai liburan musim panas, dan saya pun menghadiri kelompok belajar Fa bersama pada hari kedua liburanku. Saya tahu harapan dari Shifu adalah kita sebagai murid-murid muda Dafa tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan lebih banyak belajar Fa.
Saya sadari bahwa harus memainkan peranku sebagai murid Dafa dan membantu murid-murid Dafa muda lainnya untuk meningkat bersama-sama. Shifu telah mengatur saya untuk bisa belajar Fa dengan seorang murid Dafa cilik yang berusia sembilan tahun. Dia sangat nakal dan kadang-kadang berkelakuan tidak pantas. Saya berbicara kepada ibunya mengenai dirinya, “Saya rasa tidak bisa membantunya lagi?” Ibunya menjawab, “Jangan lupa bahwa sesama rekan praktisi adalah bagaikan cermin. Tidakkah kamu lihat bahwa perilakunya tidak jauh berbeda dengan perilakumu di rumah?” Saya sadar bahwa Shifu telah mengaturnya untukku, saya tidak berhak untuk menepisnya, karena masih banyak yang harus saya kultivasikan juga.
Kadang-kadang saya tidak dapat tahan untuk menegur gadis kecil itu karena berperilaku bandel, tetapi cacian juga tidak membawakan hasil. Melalui belajar Fa, saya sadari bahwa hasilnya tidak bagus karena saya tidak cukup berbelas kasih padanya. Lalu saya mulai merubah nada bicaraku dan perlahan-lahan dia menjadi lebih perhatian dan menurut. Kini dia telah berubah banyak dan tidak bandel lagi saat belajar Fa. Pada waktu yang bersamaan, saya mulai menaruh perhatian pada kultivasi diri sendiri saat berada di rumah.
3. Pengalaman Klarifikasi Fakta kepada Teman-teman Kampus
Saya sebelumnya selalu ragu untuk membicarakan Falun Gong pada enam bulan awal masuk perguruan tinggi. Lalu saya putuskan untuk memulai membicarakannya kepada teman-teman satu asrama. Suatu kali, seluruh murid di asrama pergi keluar untuk makan dan saya berencana untuk memanfaatkan kesempatan ini menceritakan kepada mereka apa sebenarnya Falun Gong itu, hanya saja saya tidak tahu bagaimana untuk memulainya. Anehnya, tidak ada orang yang ingin kembali ke asrama setelah selesai makan malam, dan semuanya terus berkeliaran meskipun tidak ada banyak yang dibicarakan. Saya tahu mereka menungguku untuk bicara, jadi saya akhirnya memberanikan diri untuk berbicara fakta mengenai Falun Gong. Saya terkejut, ternyata mereka semua memberi tepuk tangan ketika saya selesai berbicara, dengan mengatakan, “Kamu tidak usah cemas. Kami semua mendukung latihanmu. Kamu sangat baik.“ Saya merasa malu setelah mendengarnya, bertanya-tanya pada diri sendiri kenapa membutuhkan waktu begitu lama untuk berbicara kepada mereka. Saya sadari bahwa, sebagai murid Dafa pada masa pelurusan Fa, saya harus menggunakan setiap kesempatan untuk berbicara kepada orang-orang mengenai fakta kebenaran Falun Gong dalam kehidupan sehari-hari maupun saat bekerja.
Kata-kata Penutup
Setelah menyelesaikan kultivasi tahun pertama di perguruan tinggi, saya menjadi sadar bahwa tidak peduli betapa rumit dan kacaunya lingkungan kita, tidak perlu cemas mengenai gangguan dari lingkungan apapun. Di bawah pengaturan Shifu yang belas kasih, semuanya akan diluruskan selama murid-murid Dafa memiliki keinginan tulus untuk menyelamatkan makhluk hidup. Selama kita memiliki Fa di hati kita, tidak ada rintangan yang dapat menghalangi kita. Kita semua datang demi Fa, khususnya murid-murid Dafa yang lebih muda. Kita tidak boleh mengendurkan diri dan harus saling menyemangati untuk lebih gigih dalam babak terakhir dari perjalanan kultivasi kita.
Di atas hanya pengalaman pribadi saja. Mohon tunjukkan jika ada yang tidak tepat.
Chinese: http://www.minghui.org/mh/articles/2011/11/11/明慧法会--青年弟子-我们都是为法而来-249014.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/11/20/129587.html
Seorang Praktisi Harus Rajin Belajar Fa Sebanyak Mungkin di Lingkungan Manapun
Meninggalkan rumah untuk pergi ke perguruan tinggi adalah pengalaman pertama kali dalam hidup mandiri, dan saya tiba-tiba dikelilingi oleh orang-orang yang bukan praktisi. Meskipun tidak ada praktisi di kampus, Shifu yang belas kasih selalu menjagaku dan menyemangati saya untuk belajar Fa sebanyak mungkin.
Karena merasa khawatir terhadap teman-teman kampus, saya tidak belajar Fa secara terbuka pada masa-masa awal di perguruan tinggi. Setiap malam, saya hanya berbaring di atas tempat tidur sambil mendengarkan ceramah Shifu melalui pemutar musik MP3, tetapi saya selalu tertidur sebelum mendengarkannya sampai selesai. Menyadari bahwa saya telah berbuat tidak hormat terhadap Shifu dan Fa, setelah dua minggu, saya memutuskan untuk membawa buku-buku Dafa ke sekolah. Bagaimanapun juga, di asrama mahasiswa selalu sangat berisik tiap kali baru duduk dan ingin belajar Fa. Saya berusaha untuk melenyapkan unsur-unsur jahat yang menggangguku, tetapi kelihatannya mereka terlalu banyak. Merasa kesal dengan kondisi itu, saya pun memutuskan untuk belajar Fa di asrama ketika saya tidak ada kuliah, karena saya rasa hanya Dafa-lah yang dapat memberikan dukungan terhadap apa yang kubutuhkan. Perlahan-lahan saya merasakan perubahan besar di lingkunganku. Kini semuanya mulai tenang ketika saya membuka buku-buku Dafa.
Mengidentifikasi Jati Diri Sendiri yang Asli
Selama satu tahun itu, saya mengalami banyak kendala dalam menjalin hubungan dengan orang-orang lain. Kadang-kadang semua yang kupikirkan adalah betapa buruknya orang lain. Saya bahkan pernah berusaha untuk menghindar interaksi dengan rekan-rekan satu kampus, dimana hal ini membuat mereka tidak dapat memahami saya. Saya pun merasa sangat terganggu.
Dengan belajar Fa, saya menyadari bahwa unsur-unsur negatif itulah yang membuatku sulit untuk menjalin hubungan dengan orang-orang lain, kenyataannya, konsep manusia dan karma pikirankulah yang selalu berperan, seperti yang Shifu ajarkan:
“Konsep yang terbentuk akan menghambat dan mengendalikan hidup anda. Konsep manusia biasanya mementingkan diri sendiri atau bahkan lebih buruk, sehingga ia akan menimbulkan karma pikiran, dan kemudian manusia juga dikendalikan oleh karma. Manusia dikuasai oleh Zhu Yuanshen-nya. Bila Zhu Yuanshen anda tidak kuat dan digantikan oleh konsep-konsep itu, itu berarti bahwa anda telah menyerah tanpa syarat, dan hidup anda dikendalikan oleh hal-hal tersebut.” (“Sifat Kebuddhaan,” Zhuan Falun jilid II versi draft)
Saya secara khusus memancarkan pikiran lurus yang ditujukan kepada pikiran-pikiran negatif itu. Segera stelah mengenalinya, saya berusaha keras untuk melenyapkannya. Kini faktor-faktor ini menjadi semakin sedikit, dan saya benar-benar merasakan jati diri saya yang asli sedang berperan lebih dominan.
Memposisikan Dasar Fundamental Saya Dengan Baik
Ketika saya masih berada di bangku sekolah menengah, perhatian paling besar dariku adalah ditujukan pada belajar mata pelajaran sekolah dengan lebih efektif. Dengan belajar Fa, saya menjadi sadar bahwa sebetulnya seorang murid Dafa harus berusaha untuk menjadi seorang yang baik dalam berbagai macam lingkungan. Seperti contohnya, sudah merupakan tanggung jawab dan misiku dalam membuktikan keindahan Dafa melalui prestasi sekolah. Dengan pemahaman ini, saya mengalami mukjizat di mana Shifu membantuku mengembangkan kebijakan dan membuat saya dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang paling sulit sekalipun seperti, “Perbankan Moneter.” Saya sangat gugup setelah profesor memberitahu kami bahwa soal-soal ujian akhir disusun untuk memisahkan murid-murid terbaik dari yang lain. Saya terus belajar Fa dan perlahan-lahan menjadi tenang. Tetapi, saya menjadi takut lagi pada pagi hari saat ujian, saya cemas soal-soal ujian akan sangat sulit. Pada waktu itu, Shifu memberikan isyarat sekali lagi kepada saya bahwa segala sesuatu yang kutemui adalah untuk dikultivasikan dan saya harus memposisikan dasar fundamentalku dengan baik. Akhirnya saya bisa menyelesaikan ujian tersebut dengan mudah dan tiga hari setelah itu saya diberitahu bahwa saya mendapatkan nilai tertinggi.
Melalui pengalaman ini, saya merasa bahwa tidak ada yang kebetulan. Selama kita mau melepaskan keterikatan hati dan menggunakan pikiran lurus serta perbuatan lurus, apa yang menjadi milik kita tidak akan hilang.
Melepaskan Keterikatan Hati terhadap Qing
Kami diharuskan mengikuti wajib militer pada tahun pertama memasuki perguruan tinggi. Selama masa itu, saya merasa sangat lelah setiap hari dan juga menjadi sangat rindu pada rumah. Akhirnya, saya menelepon orangtuaku setiap hari. Setelah kami kembali ke jadwal normal kampus, saya menggunakan waktu luang di setiap akhir minggu untuk pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersama kedua orangtuaku. Saya marah ketika jadwal kegiatan kampus dilaksanakan pada hari Jumat malam, yang berarti saya tidak dapat pulang ke rumah. Saya menelepon ibuku, menangis dan mengeluhkan situasi semacam itu. Beliau berkata, “Kamu harus mencari ke dalam dan cobalah untuk tidak melawan lingkungan kultivasimu lagi.” Saya berpikir dalam hati, “Apa yang salah dengan diriku, kenapa saya selalu ingin pulang ke rumah?”
Keterikatan hatiku untuk pulang ke rumah juga menimbulkan salah paham dan prasangka buruk di antara teman-teman kampus. Suatu malam, saya mengalami mimpi di mana saya diberitahu bahwa teman-teman kampus benci pada saya karena saya selalu ingin pulang ke rumah dan terlalu bergantung diri pada ibuku dalam segala hal. Setelah bangun, saya sadari bahwa itu adalah isyarat dari Shifu yang belas kasih. Saya pun mencari sebab yang membuatku ingin pulang ke rumah dengan belajar Fa dengan baik untuk menyingkap keterikatan-keterikatanku. Pertama, saya merasa cemas kultivasiku akan tertinggal jika saya menghabiskan banyak waktu dengan teman-teman yang bukan praktisi, di mana hal ini memperlihatkan bahwa saya kurang percaya pada Shifu dan Fa. Kedua, saya selalu mencari nasehat dari ibuku ketika saya menghadapi kesulitan dalam berkultivasi, di mana hal ini merupakan manifestasi dari ketergantunganku pada praktisi lain. Saya kemudian menyadari bahwa saya terlalu terikat pada Qing (sentimentil).
2. Kultivasi Pada Liburan Musim Panas
Mematut Diri dengan Ketat di Rumah
Sudah lama saya selalu berpikir bahwa saya tidak perlu mematut diriku dengan standar tinggi yang sama ketika pulang ke rumah. Lagipula, orangtua saya tidak pernah mengkritik saya bagaimanapun saya berperilaku. Maka dari itu, saya menjadi kendur dalam mematut diri ketika pulang ke rumah.
Segalanya tampak cukup berbeda pada liburan musim panas pertama di tahun pertama kuliah. Ibu saya menjadi pekerja tetap dan ayah saya menjadi semakin sibuk. Sehingga, saya adalah satu-satunya orang yang ada di rumah pada hari itu. Apa yang paling membuatku kesal pada hari itu adalah tidak ada orang yang memasakkan makanan siang untukku. Saya menjadi sangat marah sampai saya bertengkar dengan ayah pada suatu hari. Ayahku, yang biasanya adalah diam dan ramah, pun tidak dapat tahan menghadapiku. Ibu memanggilku, dan berkata, “Kamu adalah seorang kultivator. Bagaimana boleh kamu jadi marah?” Saya mencoba untuk membela diri dengan berkata, “Saya tidak disiapkan makanan siang dan tidak ada orang yang bisa diajak bicara setiap hari. Saya merasa sangat kesepian dan frustasi.” Beliau membalas, “Kamu harus mencari ke dalam dan memikirkan keadaannya. Kenapa ayahmu dan saya menjadi semakin sibuk ketika kamu memulai liburan msim panas? Bukankah ini sebuah kesempatan bagi kamu untuk meningkatkan diri? Tidakkah kamu sadar bahwa kamu tidak pernah memperlakukan diri sebagai seorang kultivator saat berada di rumah?” Beliau meneruskan, “Lebih-lebih lagi, kamu bukan seorang anak kecil lagi. Murid Dafa harus membawa diri dengan baik di manapun mereka berada. Ayahmu bukanlah kultivator. Jika kamu berkelakuan buruk di depannya, kesan apa yang akan kamu berikan kepadanya?” Kata-kata ibuku ini membuat pikiranku menjadi makin jernih.
Mendapatkan Manfaat dari Belajar Fa Bersama
Shifu yang belas kasih telah mengatur seorang bibi, praktisi, untuk mencariku begitu saya memulai liburan musim panas, dan saya pun menghadiri kelompok belajar Fa bersama pada hari kedua liburanku. Saya tahu harapan dari Shifu adalah kita sebagai murid-murid muda Dafa tidak boleh menyia-nyiakan waktu dan lebih banyak belajar Fa.
Saya sadari bahwa harus memainkan peranku sebagai murid Dafa dan membantu murid-murid Dafa muda lainnya untuk meningkat bersama-sama. Shifu telah mengatur saya untuk bisa belajar Fa dengan seorang murid Dafa cilik yang berusia sembilan tahun. Dia sangat nakal dan kadang-kadang berkelakuan tidak pantas. Saya berbicara kepada ibunya mengenai dirinya, “Saya rasa tidak bisa membantunya lagi?” Ibunya menjawab, “Jangan lupa bahwa sesama rekan praktisi adalah bagaikan cermin. Tidakkah kamu lihat bahwa perilakunya tidak jauh berbeda dengan perilakumu di rumah?” Saya sadar bahwa Shifu telah mengaturnya untukku, saya tidak berhak untuk menepisnya, karena masih banyak yang harus saya kultivasikan juga.
Kadang-kadang saya tidak dapat tahan untuk menegur gadis kecil itu karena berperilaku bandel, tetapi cacian juga tidak membawakan hasil. Melalui belajar Fa, saya sadari bahwa hasilnya tidak bagus karena saya tidak cukup berbelas kasih padanya. Lalu saya mulai merubah nada bicaraku dan perlahan-lahan dia menjadi lebih perhatian dan menurut. Kini dia telah berubah banyak dan tidak bandel lagi saat belajar Fa. Pada waktu yang bersamaan, saya mulai menaruh perhatian pada kultivasi diri sendiri saat berada di rumah.
3. Pengalaman Klarifikasi Fakta kepada Teman-teman Kampus
Saya sebelumnya selalu ragu untuk membicarakan Falun Gong pada enam bulan awal masuk perguruan tinggi. Lalu saya putuskan untuk memulai membicarakannya kepada teman-teman satu asrama. Suatu kali, seluruh murid di asrama pergi keluar untuk makan dan saya berencana untuk memanfaatkan kesempatan ini menceritakan kepada mereka apa sebenarnya Falun Gong itu, hanya saja saya tidak tahu bagaimana untuk memulainya. Anehnya, tidak ada orang yang ingin kembali ke asrama setelah selesai makan malam, dan semuanya terus berkeliaran meskipun tidak ada banyak yang dibicarakan. Saya tahu mereka menungguku untuk bicara, jadi saya akhirnya memberanikan diri untuk berbicara fakta mengenai Falun Gong. Saya terkejut, ternyata mereka semua memberi tepuk tangan ketika saya selesai berbicara, dengan mengatakan, “Kamu tidak usah cemas. Kami semua mendukung latihanmu. Kamu sangat baik.“ Saya merasa malu setelah mendengarnya, bertanya-tanya pada diri sendiri kenapa membutuhkan waktu begitu lama untuk berbicara kepada mereka. Saya sadari bahwa, sebagai murid Dafa pada masa pelurusan Fa, saya harus menggunakan setiap kesempatan untuk berbicara kepada orang-orang mengenai fakta kebenaran Falun Gong dalam kehidupan sehari-hari maupun saat bekerja.
Kata-kata Penutup
Setelah menyelesaikan kultivasi tahun pertama di perguruan tinggi, saya menjadi sadar bahwa tidak peduli betapa rumit dan kacaunya lingkungan kita, tidak perlu cemas mengenai gangguan dari lingkungan apapun. Di bawah pengaturan Shifu yang belas kasih, semuanya akan diluruskan selama murid-murid Dafa memiliki keinginan tulus untuk menyelamatkan makhluk hidup. Selama kita memiliki Fa di hati kita, tidak ada rintangan yang dapat menghalangi kita. Kita semua datang demi Fa, khususnya murid-murid Dafa yang lebih muda. Kita tidak boleh mengendurkan diri dan harus saling menyemangati untuk lebih gigih dalam babak terakhir dari perjalanan kultivasi kita.
Di atas hanya pengalaman pribadi saja. Mohon tunjukkan jika ada yang tidak tepat.
Chinese: http://www.minghui.org/mh/articles/2011/11/11/明慧法会--青年弟子-我们都是为法而来-249014.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2011/11/20/129587.html
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org