(Minghui.org) Saya sedang mengajar di sebuah SMA pada waktu itu. Selama liburan musim dingin, sekitar 16 Januari 2001, administrasi sekolah mengumpulkan kami bersama dan membuat beberapa pengaturan untuk acara liburan musim dingin.

Usai pertemuan, kepala sekolah memanggil saya dan praktisi Falun Gong yang lain untuk datang ke kantornya dan berkata, "Direktur Biro Pendidikan ingin berbicara dengan anda berdua, mari kita pergi bersama ke sana." Setelah tiba di Biro Pendidikan, wakil direktur menemui kami. Apa yang dikatakan pada dasarnya adalah agar selama Tahun Baru Imlek kami tidak boleh pergi ke luar. Jika kami ingin pergi ke suatu tempat yang jauh, maka kami harus memberi tahu mereka. Poin yang saya ingat dengan jelas adalah:  memberikan penekanan atas keseriusan kami agar tidak pergi ke luar, wakil direktur ini mengatakan, "Beberapa orang ingin pergi ke Lapangan Tiananmen untuk melakukan bakar diri. Anda benar-benar tidak boleh ikut serta." Ketika saya mendengar ucapannya, saya tercengang. Mengapa mereka ingin membakar diri? Saya bertanya, "Dari mana anda mendengar hal ini?" Dia menjawab, "Polisi datang dan mengatakan begitu." Saya merasa sangat ragu bahwa polisi dapat mengetahui orang-orang yang ingin membakar diri mereka sebelum mereka benar-benar melakukannya. Kalau polisi benar-benar telah mengetahui akan ada orang yang berencana membakar diri, suatu tindakan yang merugikan dan merusak bukan saja bagi diri mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat luas, maka polisi harus mencegah dan menghentikan tindakan itu. Saya sangat jelas bahwa seorang praktisi Falun Dafa yang sejati tidak akan pernah melenyapkan dan membahayakan atau merusak dirinya sendiri. Jadi, meskipun saya merasa ragu, saya tidak memasukkannya ke dalam hati.

Pada 27 Januari 2001 malam, berita televisi tiba-tiba menyiarkan laporan dari sekelompok orang yang melakukan bakar diri di Lapangan Tiananmen. Insiden itu rupanya terjadi pada 23 Januari. Selain itu, laporan khusus menyatakan bahwa para pelaku bakar diri itu adalah praktisi Falun Gong (yang semuanya adalah rekayasa dan tidak benar). Pada saat itu saya terkejut dan tiba-tiba teringat pada apa yang direktur telah katakan kepada saya beberapa hari sebelumnya. Saya menjadi jelas bahwa semua itu adalah rekayasa bohong. Jika pihak kepolisian telah mengetahui tentang rencana bakar diri itu sebelumnya, mengapa mereka tidak berupaya untuk menghentikannya? Mereka membiarkan peristiwa itu terjadi, dan bahkan mempersiapkan kamera video untuk membuat rekaman jarak dekat dan mengatur slogan yang para pelaku teriakkan. (Tentu saja, slogan-slogan itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Falun Gong.) Tujuan di balik semua ini adalah untuk mendiskreditkan dan merusak reputasi Falun Gong, serta untuk menghasut kebencian dan memaksa mereka yang tidak mengetahui dengan jelas tentang fakta kebenaran agar membenci Falun Gong. Semua itu direkayasa sedemikian rupa agar PKC memiliki alasan untuk menganiaya Falun Gong. Ini juga membuktikan bahwa peristiwa bakar diri Tiananmen itu adalah sebuah kebohongan.

Apa yang palsu itu pasti palsu. Kertas tidak bisa berisi api. Tidak peduli betapapun cerdiknya penipuan, pada waktunya akan tersingkap juga. Dalam kasus ini, kebohongan itu penuh dengan celah. Orang yang berpikiran jernih mampu melihat bahwa peristiwa itu seluruhnya merupakan suatu rekayasa dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Di sekolah saya, seorang guru berkata, "CCTV (televisi yang dikendalikan partai komunis) memiliki jenjang persetujuan yang sangat ketat namun hanya video liputan bakar diri itu saja dapat disiarkan dalam waktu tiga hari." Setelah dia berbicara dengan praktisi lain dan diri saya tentang rekayasa bohong bakar diri, dia mengatakan, "PKC barulah benar-benar sebuah aliran sesat!"

English: http://en.minghui.org/html/articles/2012/4/9/132611.html