Kami, Mei Se dan Hui Hui, praktisi asal Medan hendak sharing pengalaman klarifikasi kami baru-baru ini saat mengumpulkan petisi tanda tangan DAFOH yang digagas oleh para dokter medis dan dimaksud untuk menghentikan kejahatan Partai Komunis China mengambil organ tubuh para praktisi Falun Dafa yang ditahan di daratan China.
(Minghui.org)
Salam hormat kepada Shifu yang belas kasih, salam kepada
rekan-rekan semua.
Hari
Pertama
Rekan praktisi Jakarta datang membantu kami menjalankan petisi
DAFOH.
Setelah membuat rencana, hari pertama kami kunjungi Universitas
Sumatera Utara (USU) fakultas kedokteran dan hukum. Kami bertiga
tidak tahu jalan, sambil membaca petunjuk akhirnya kami sampai di
USU, kami berhenti hendak bertanya di mana fakultas kedokteran,
sebelum kami bertanya kami sudah melihat tulisan fakultas
kedokteran yang besar di depan mata kami. Setelah masuk ke dalam,
bagian administrasi dan ruang PUREk (pembantu rektor) III kosong.
Tidak lama kemudian ada seorang pria yang masuk, kami lalu
menyampaikan maksud kedatangan kami, dia langsung berkata: “Oh ya,
saya sebenarnya sangat tertarik, tetapi karena di bawah ada acara
sumpah dokter harus segera ke sana.” Lalu dia memperkenalkan
dirinya sebagai PUREk III dan menyarankan kami agar besok serahkan
surat kepada stafnya, karena tergesa-gesa kami tidak jelas
mendengar, tetapi setelah dia pergi kami baru sadar tadi dia
memperkenalkan dirinya sebagai Purek III (sepertinya dia telah
menunggu kami).
Setelah itu kami ke fakultas hukum dan bertemu langsung dengan
Purek III yang juga seperti sedang menunggu kedatangan kami.
Setelah menjelaskan maksud kedatangan kami, dia bertanya apa yang
bisa dia bantu, lalu kami meminta tanda tangan dan izinnya untuk
menyebarkan petisi kepada mahasiswa. Dia menunjuk ke arah mahasiswa
yang tengah duduk-duduk di taman, katanya, “Di sana banyak.
Silahkan meminta semua mahasiswa menandatangani petisi.”
Karena hari ini kami hanya bertiga, sementara mahasiswa sangat
banyak dan kami harus segera ke tempat yang lain, kami belum sempat
meminta tanda tangan semua mahasiswa, ketika kami pamit dengan
Purek III kami mengatakan kami akan kembali, dia dengan gembira
menyambutnya, kami berjanji akan kembali ke sana dengan lebih
banyak praktisi.
Ke Universitas Simalungun, Pematang Siantar Memutar Film
Free China
Kami ke sana hanya berlima, tanpa persiapan yang terlalu matang,
hanya membawa peralatan yang diperlukan, setelah sampai di sana
baru dibagi tugas. Ketua yayasan juga ikut hadir, setelah menonton,
pada sesi tanya jawab ketua yayasan malah membantu menjelaskan
betapa jahatnya komunis kepada +/- 65 penonton. Suasana sangat
tenang, Setelah melihat keadaan tersebut saya menyadari (Wu),
suasana kali ini berbeda jauh dengan pemutaran film Free China yang
pertama, karena kami berlima dari Medan serta tiga praktisi
Pematang Siantar bersatu dengan pikiran tak bercabang, sehingga
medan yang kami bawa menjadi tenang, dengan demikian penonton juga
ikut tenang, sedangkan pada pemutaran Free China yang sebelumnya
terjadi banyak konflik internal sehingga medan yang kami bawa
sangat kacau, bagaimana keadaan di ruang pemutaran tidak turut
kacau?
Ke Rumah Sakit Umum Pringadi
Hari pertama ke sana kami ingin meminta izin, tetapi setelah
menghadap ke beberapa bagian terkait, kami seperti di-ping-pong,
disuruh ke bagian lain. Akhirnya rekan praktisi menyarankan
langsung saja masuk, tanpa minta izin - karena pasien dan para
dokter serta dokter muda, asisten dokter sangat banyak, akhirnya
kami langsung meminta tanda tangan mereka, di sana sangat ramai,
tanda tangan yang kami dapatkan lumayan banyak, tetapi karena
jadwal kami sangat padat, maka kami memutuskan akan datang
kembali.
Kedua kalinya ketika kami ke sana lagi, orang-orang yang kami minta
tanda tangan juga sangat banyak, ada sangat banyak dokter senior
dan dokter muda tetapi anehnya tidak ada seorang pun yang berkata
mereka sudah menandatangani petisi beberapa hari yang lalu. Mereka
semuanya belum tanda tangan, kami segera menyadari mereka memang
tengah menunggu kami, sudah gilirannya mereka diselamatkan,
terkadang beberapa orang tengah berkumpul, mereka yang inisiatif
mengajak teman-temannya ikut tanda tangan.
Kami akan ke sana lagi dengan lebih banyak praktisi karena masih
banyak orang yang sedang menanti kami.
Di Pengadilan Negeri
Kami ke gedung pengadilan pada hari Jum’at. Gedung pengadilan
terlihat sepi, hanya ada beberapa orang, setelah kami minta tanda
tangan, kami melihat ada seorang bapak di luar ruang, kami meminta
tanda tangannya dia lalu menyuruh kami masuk ke dalam sambil
berkata pimpinan saya yang tanda tangani dahulu. Kami masuk ke
dalam dan mulai klarifikasi fakta, salah seorang berkata dia sangat
tahu masalah ini, dahulu saudaranya juga pergi ke China
transplantasi, tetapi setelah 4 tahun meninggal. Pria lainnya lalu
bertanya kepada kami bagaimana kalau saudaranya atau dirinya
sendiri yang perlu ginjal. Kami berdua terdiam sejenak, kemudian
dia sendiri yang menjawab, cari saja jalur yang resmi atau ginjal
anggota keluarga sendiri. Dia menjawab pertanyaannya sendiri.
Setelah melihat petisi yang ditanda tangani, kami baru tahu mereka
berdua adalah hakim. Mereka berdua juga mengajari kami agar datang
hari Senin hingga Kamis, karena hari Jum’at hanya ada sidang
pelanggaran lalu lintas, maka pengadilan cenderung sepi, dan
memberi tips: yang pakai dasi dan berpakaian rapi biasanya adalah
para pengacara, dan juga menyuruh kami meminta tanda tangan dari
semua jaksa.
Berkunjung ke IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
Hari pertama ke sana kami hanya bertemu dengan staf, tidak ada
dokter. Setelah kami klarifikasi fakta dan meminta tanda tangan
para staf, mereka lalu memberi tahu kami tanggal seminar para
dokter dan menyuruh kami menunggu seorang dokter panitia yang akan
segera datang. Setelah menunggu lama akhirnya kami dapat bertemu
dengan salah seorang dokter. Dia menyuruh kami membuat surat
permohonan ketika seminar untuk mengumpulkan tanda tangan di luar
ruang seminar. Dua hari kemudian kami ke sana, staf bagian
yang menangani dokter sudah mengenal kami, dan turut membantu kami
dengan mengajak dokter-dokter yang datang berurusan dengannya
mendukung petisi tanda tangan. Kami juga meminta bantuannya,
meninggalkan formulir petisi ketika ada dokter yang datang
berurusan dengannya agar dimintakan tanda tangannya.
Beberapa hari kemudian kami ke sana lagi, dari pintu kaca kami
melihat dia sedang sibuk menjelaskan kepada para dokter dan meminta
dukungan tanda tangan, setelah masuk ke dalam kami mengucapkan
terima kasih kepadanya. Jawabannya membuat kami sangat terharu,
katanya, “Saya hanya tengah menolong diri saya sendiri, karena saya
tidak mau kejadian ini terjadi pada diri saya maupun anggota
keluarga saya, (pengambilan organ paksa) harus segera
dihentikan.”
Bahkan manusia biasa pun dengan inisiatif tengah berperan positif.
Ini sungguh-sungguh merupakan pengingat bagi kami agar lebih gigih
maju. Kami juga semakin yakin bahwa Shifu akan membantu dengan
membuka semua akses ketika kita dengan sungguh-sungguh, tanpa hati
manusia melakukan semua dengan Nian yang kuat.
Ke DPRD Provinsi Sumatera Utara
Hari pertama ke sana, semua anggota DPRD sedang tidak di tempat,
hanya ada beberapa staf. Beberapa hari kemudian kami kembali ke
sana, staf mengatakan anggota dewan sedang sidang, kami
disuruh langsung ke ruang sidang paripurna. Begitu tiba, penerima
tamu menyambut kami dengan ramah, meminta kami menunggu di ruang
VIP. Kami melihat di ruang sidang hanya ada beberapa orang,
praktisi Jakarta yang menemani kami menanyakan pendapat kami akan
masuk ke ruang sidang atau menunggu di luar, karena keterikatan
kuatir muncul, akhirnya hanya Meise yang masuk ke ruang sidang
ditemani rekan praktisi Jakarta. Setelah masuk ke dalam, terlihat
di ruang VIP ada beberapa orang termasuk seorang hakim tinggi yang
dimintakan dukungan tanda tangannya. Dia menyarankan agar ke
pengadilan tinggi meminta dukungan tanda tangan.
Kami menunggu beberapa saat dan melihat ada anggota dewan yang
datang, kami meminta dukungannya ternyata dia dari Komisi E (yang
antara lain membawahi bidang Kesehatan, Olah Raga, Agama dan
Sosial) dan dia meminta formulir untuk dibawa pulang supaya
keluarga dan teman-temannya bisa ikut mendukung. Lalu saya
menawarkan pemutaran film “Free China”. Format surat memang sudah
kami siapkan, tetapi ada beberapa kata yang kurang tepat
menurutnya. Dia mengajari kami agar mengajukan langsung ke ketua
DPRD Provinsi Sumatera Utara. Setelah disampaikan dia mengatakan
ponselnya tiga hari lagi baru aktif, menyuruh kami sms atau
menghubunginya, dia akan membantu kami memantau dan berbicara
dengan ketua DPRD. Dia berujar, “Misi kita sama.”
Ketiga kalinya kami kembali ke gedung DPRD, di ruang komisi E yang
biasanya sepi, hari ini sangat ramai, kami meminta tanda tangan
para staf di ruang tersebut, lalu mereka dengan ramah menunjukkan
para anggota dewannya, serta menyarankan kami naik ke lantai atas
meminta tanda tangan anggota dewan fraksi. Salah seorang
penandatangan petisi meminta formulir petisi yang kosong, katanya
besok dia ada acara di gereja dan dia akan meminta tanda tangan
teman-teman gerejanya. Ketika bertemu dengan anggota dewan sambil
meminta tanda tangan mereka, kami mengklarifikasi fakta Falun Gong.
Hampir semua menanda tangani petisi dan beberapa yang mendengar
Falun Gong sangat tertarik tetapi mereka terlihat kurang leluasa
untuk mencoba latihan. Kami mengusulkan mereka mengumpulkan
beberapa orang dan kami akam datang mengajarkan perangkat latihan,
mereka meminta kontak kami dan terlihat sangat senang.
Ke Pengadilan Tinggi
Setelah bertemu hakim tinggi di ruang sidang paripurna DPRD yang
menyarankan kami ke pengadilan tinggi meminta dukungan tanda
tangan, kami pergi ke pengadilan negeri dulu. Karena di dalam hati
timbul gembira hati / puas diri (hati manusia muncul karena telah
mendapat dukungan hakim tinggi dan anggota dewan). Ketika sampai di
sana sulit sekali mendapatkan dukungan orang, setelah
beberapa saat kami melihat di pengadilan tinggi yang berada di
sebelah gedung pengadilan negeri ada acara pelantikan hakim, lalu
kami berjalan ke sana. Segera menyadari karena hati manusia timbul
maka tadi sulit meminta dukungan tanda tangan, dalam hati segera
saya musnahkan keterikatan tersebut.
Begitu tiba di pengadilan tinggi, kami bertanya di mana ruang
pelantikan, dijawab oleh satpam di lantai dua. Kami langsung naik,
tapi salah seorang satpam mencegat dan bertanya siapa kami, sebelum
kami menjawab, salah seorang dari mereka menjawab, “Oh.. itu anak
bos, biarkan mereka masuk.” Kami terheran-heran, tetapi segera
menyadari Shifu yang belas kasih telah membukakan jalan bagi kami.
Setelah di lantai II kebetulan tengah acara makan siang, semua
orang keluar dari ruangan antri mengambil makanan, kami bertanya
kepada seseorang: yang mana hakim; lalu dia menunjuk seorang
perempuan yang masih muda. Setelah meminta tanda tangan hakim muda,
kami meminta para staf pengadilan mendukung kami serta menunjukkan
para hakim kepada kami. Salah seorang staf pengadilan bahkan ikut
mencoba latihan di lapangan, dia yang kemudian membantu kami
klarifikasi fakta. Kami lalu mengatakan jika tertarik ajak beberapa
orang berkumpul maka kami akan datang melatih mereka.
Berkat bantuan dan pengaturan Shifu semuanya berjalan lancar
sekali, begitu nian dan pikiran lurus kita muncul maka Shifu akan
membantu dengan membuka semua akses. Biasanya kami minta
petisi selalu kami jalankan dengan paket “2 in 1” yaitu minta tanda
tangan dan klarifikasi Falun Gong serta mengajak mereka latihan;
kalau ke instansi pemerintah selalu kami tawarkan paket “3 in 1”
yaitu: klarifikasi fakta, petisi DAFOH dan pemutaran film “Free
China.”
Tetapi masih ada orang yang menolak memberikan tanda tangan, semua
itu karena kami masih banyak kekurangan dan keterikatan hati, kami
harus lebih banyak belajar Fa, seperti yang dikatakan Shifu,
“Terutama di masa pelurusan Fa, segala kehidupan positif maupun
negatif dalam alam semesta, mereka semua ingin dapat terselamatkan
di dalam pelurusan Fa kali ini, termasuk Dewa-dewa yang paling
tinggi, yang mahabesar dengan jumlah tak terhingga pada tingkat
demi tingkat, khususnya makhluk hidup dari dunia mereka itu, maka
mereka telah menjulurkan sebuah kaki ke atas dunia, ke dalam
Triloka, apakah mereka rela kehilangan kesempatan menyelamatkan
jiwa yang puluhan ribu kalpa juga tak kunjung ditemukan? Anda harus
menyelamatkan saya, semuanya mengatakan anda harus menyelamatkan
saya, anda harus menyelamatkan saya, tetapi bentuk perwujudannya
tidaklah seperti pemahaman logika di dunia, ketika memohon pada
seseorang harus sangat sopan, sangat rendah hati baru akan
berhasil: sebagaimana anda menyelamatkan saya, maka saya sebelumnya
harus berterima kasih kepada anda, saya berikan kemudahan bagi
anda, namun bukanlah demikian. Dalam pandangan mereka, anda ingin
dapat menyelamatkan saya, maka anda harus dapat mencapai tingkatan
saya ini baru bisa berhasil, anda harus memiliki keagungan De
semacam ini, anda baru dapat menyelamatkan saya. Bila anda tidak
memiliki keagungan De tersebut, anda belum mencapai tingkatan saya
yang begitu tinggi, bagaimana anda menyelamatkan saya? Dengan
demikian dia membiarkan anda terjungkal dan mengalami penderitaan,
untuk menyingkirkan keterikatan anda, kemudian membangun keagungan
De anda, setelah anda Xiulian mencapai tingkatan yang dimaksud,
anda baru dapat menyelamatkan dia, mereka semua berbuat demikian.”
(Pengikut Dafa Harus Belajar Fa, 2011)
Terima kasih Shifu atas segala pengaturan yang belas kasih. Terima
kasih rekan-rekan atas dorongannya.
Kami menyadari betapa kami sangat beruntung telah memperoleh Fa,
dan kami bertekad akan terus berkultivasi ke tingkat yang lebih
tinggi dan lebih gigih maju.
Karena tingkatan kami yang terbatas, mohon ditunjukkan kesalahan
atau kekeliruan atas pengalaman kami di atas.
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org
Kategori: Keajaiban Falun Dafa