Kremasi dan Pengambilan Organ Terlalu Cepat: Praktisi Falun Gong yang Masih Hidup Diperlaukan Seperti Mayat
(Minghui.org)
Kebrutalan dalam penganiayaan terhadap Falun Gong telah diketahui
tanpa batas. Rezim yang berkuasa menargetkan praktisi dengan
menggunakan bentuk-bentuk penganiayaan yang tak terbayangkan untuk
memaksa mereka melepaskan keyakinannya.
Dalam beberapa kasus, ketika
praktisi berada di ambang kematian atau tidak sadarkan diri, mereka
diperlakukan seakan-akan sudah meninggal dunia. Ada yang dikirim ke
jasa pemakaman atau kremasi, ada yang dibakar oleh polisi dan
dilaporkan sebagai kasus bakar diri (kejadian yang dirancang oleh
rezim komunis untuk memfitnah Falun Gong), dan ada yang diambil
organnya ketika masih hidup.
Petugas keamanan publik yang terlibat diketahui melakukan kejahatan tersebut untuk menutupi bukti-bukti penganiayaan brutal atau memberikan suplai bagi operasi perdagangan organ. Ada beberapa korban yang beruntung lolos dari kematian, sebagian besar korban terbunuh tanpa ampun.
Lolos dari Kematian
Lei Jingxiong dan Weishan adalah dua contoh kasus yang jarang di mana mereka lolos dari kematian setelah dikirim ke sebuah krematorium. Lei Jingxiong berasal dari Kecamatan Jiahe, Provinsi Hunan, berusia 24 tahun ketika ditahan pada 18 Agustus 2014. Dia dianiaya secara brutal di Kantor Polisi Tianxing dan kehilangan kesadaran.
Polisi bergegas membawanya ke sebuah krematorium. Tepat saat dia hendak dikremasi, seorang petugas wanita melihat gerakan perlahan. Dia berkata kepada yang lain, ”Dia belum meninggal dunia. Kita tidak dapat mengkremasi dia.” Beberapa orang hendak mengabaikannya, dengan berkata, ”Sejauh ini dia tidak sadarkan diri, hampir sama dengan meninggal dunia. Lagipula, kita semua sudah berada di sini.” Petugas perempuan tersebut bersikeras untuk menyelamatkan jiwa Lei – dia kemudia dirawat di Rumah Sakit Pusat Changsa dan selamat.
Kejadian serupa terjadi pada Liu Weishan, seorang guru sekolah dari Kota Xiangyang, Provinsi Hubei. Liu dihukum tanpa melalui proses dan ditahan di penjara pada Oktober 2002 karena berlatih Falun Gong. Saat berada di Penjara Wanita Wuhan, dia mengalami penganiayaan brutal dan digantung untuk waktu yang lama. Dia berada dalam kondisi kritis dan dirawat di rumah sakit pada 31 Januari 2006. Identitasnya disembunyikan dari pihak rumah sakit selama proses registrasi.
Liu berada dalam kondisi koma di rumah sakit selama 5 tahun. Pada Agustus 2011, baru saja dia dipindahkan ke bangunan baru rumah sakit, petugas dari Kantor 610 Kota Xianyang dan sekretaris rumah sakit Fan Zhiyong membuat keputusan untuk mengirim dia ke krematorium, mengabaikan fakta medis bahwa jantungnya masih berdetak. Beruntung, petugas di krematorium menolak untuk melakukan kremasi ketika mereka menyadari bahwa Liu masih hidup.
Sengaja Dibunuh
Ada beberapa korban selamat, mayoritas korban tidak seberuntung itu. Tiga praktisi berikut ini dibunuh secara sengaja oleh petugas penegak hukum.
Praktisi Falun Gong, Wang Huajun, seorang petani dari Kota Baiguo, Provinsi Hubei, telah dianiaya sangat parah oleh sekretaris Komite Politik dan Urusan Hukum setempat, Xu Shiqian dan kehilangan kesadaran. Dia diseret ke Taman Jinqiao dan polisi membakar tubuhnya. Kasusnya dilaporkan sebagai “bakar diri.”
Petugas keamanan publik yang terlibat diketahui melakukan kejahatan tersebut untuk menutupi bukti-bukti penganiayaan brutal atau memberikan suplai bagi operasi perdagangan organ. Ada beberapa korban yang beruntung lolos dari kematian, sebagian besar korban terbunuh tanpa ampun.
Lolos dari Kematian
Lei Jingxiong dan Weishan adalah dua contoh kasus yang jarang di mana mereka lolos dari kematian setelah dikirim ke sebuah krematorium. Lei Jingxiong berasal dari Kecamatan Jiahe, Provinsi Hunan, berusia 24 tahun ketika ditahan pada 18 Agustus 2014. Dia dianiaya secara brutal di Kantor Polisi Tianxing dan kehilangan kesadaran.
Polisi bergegas membawanya ke sebuah krematorium. Tepat saat dia hendak dikremasi, seorang petugas wanita melihat gerakan perlahan. Dia berkata kepada yang lain, ”Dia belum meninggal dunia. Kita tidak dapat mengkremasi dia.” Beberapa orang hendak mengabaikannya, dengan berkata, ”Sejauh ini dia tidak sadarkan diri, hampir sama dengan meninggal dunia. Lagipula, kita semua sudah berada di sini.” Petugas perempuan tersebut bersikeras untuk menyelamatkan jiwa Lei – dia kemudia dirawat di Rumah Sakit Pusat Changsa dan selamat.
Kejadian serupa terjadi pada Liu Weishan, seorang guru sekolah dari Kota Xiangyang, Provinsi Hubei. Liu dihukum tanpa melalui proses dan ditahan di penjara pada Oktober 2002 karena berlatih Falun Gong. Saat berada di Penjara Wanita Wuhan, dia mengalami penganiayaan brutal dan digantung untuk waktu yang lama. Dia berada dalam kondisi kritis dan dirawat di rumah sakit pada 31 Januari 2006. Identitasnya disembunyikan dari pihak rumah sakit selama proses registrasi.
Liu berada dalam kondisi koma di rumah sakit selama 5 tahun. Pada Agustus 2011, baru saja dia dipindahkan ke bangunan baru rumah sakit, petugas dari Kantor 610 Kota Xianyang dan sekretaris rumah sakit Fan Zhiyong membuat keputusan untuk mengirim dia ke krematorium, mengabaikan fakta medis bahwa jantungnya masih berdetak. Beruntung, petugas di krematorium menolak untuk melakukan kremasi ketika mereka menyadari bahwa Liu masih hidup.
Sengaja Dibunuh
Ada beberapa korban selamat, mayoritas korban tidak seberuntung itu. Tiga praktisi berikut ini dibunuh secara sengaja oleh petugas penegak hukum.
Praktisi Falun Gong, Wang Huajun, seorang petani dari Kota Baiguo, Provinsi Hubei, telah dianiaya sangat parah oleh sekretaris Komite Politik dan Urusan Hukum setempat, Xu Shiqian dan kehilangan kesadaran. Dia diseret ke Taman Jinqiao dan polisi membakar tubuhnya. Kasusnya dilaporkan sebagai “bakar diri.”
Wang Huajun
Berdasarkan keterangan saksi
mata, Wang terbaring di lantai ketika mulai dibakar. Terkejut dan
kembali sadar karena api, dia berjuang untuk bangun tetapi tidak
mampu. Dia dibakar sampai mati pada usia 30 tahun. Jasadnya
kehilangan sebuah telinga dan ada dua luka tusukan pisau di
lehernya.
Mantan karyawan dari ICBC (Industrial and Commercial Bank of China), cabang Huaian, Zhang Zhenggang telah ditahan pada 2 Maret 2000. Para penjaga di Pusat Penahanan Huaian memukulinya, menyebabkan kerusakan parah di bagian otak. Zhang dibawa ke Rumah Sakit Rakyat No. 1 dengan tergesa-gesa dan menjalani operasi otak darurat. Dia tidak pernah sadar kembali.
Melalui proses diagnosa elektrokardiografi yang dilakukan pada 30 Maret malam menunjukan tanda-tanda kehidupan, sebuah rencana telah dipersiapkan untuk mengakhiri hidupnya. Lebih dari 40 petugas polisi datang pada malam hari itu dan memblokade akses yang mengarah ke kamar rawatnya. Sanak saudara digiring ke ruangan lain dan diminta untuk menunggu.
Polisi memaksa dokter untuk menghentikan oksigen dan proses IV serta memberi suntikan dari cairan misterius kepada Zhang. Jasadnya kemudian dibawa oleh petugas polisi dan langsung dikirim ke krematorium ketika dia masih bernafas. Zhang terbunuh pada usia 36 tahun.
Korban lain, Yuan Shengjun, dipukuli sampai meninggal dunia setelah sertifikat kematiannya diterbitkan terlebih dahulu. Yuan, mantan direktur dari Badan Material dan Peratalatan Kota Jiyuan, telah ditahan sampai enam tahun pada 7 Oktober 2005 karena keyakinannya terhadap Falun Gong. Yuan melarikan diri ketika saat dirawat sekitar pukul 05:30 sore pada 25 Oktober dan bersembunyi di rumah seorang petani di Desa Nantao, Kecamatan Chengliu.
Polisi menahannya setelah mereka mengepung desa tersebut dan memaksa pejabat desa untuk menandatangani pernyataan bahwa Yuan sudah meninggal dunia ketika ditemukan. Polisi kemudian melemparnya ke dalam mobil dan langsung menuju krematorium. Selama perjalanan, dia dipukuli sampai meninggal dunia. Tubuhnya dipenuhi luka dan bengkak, dikremasi dalam tempo 24 jam tanpa diketahui oleh keluarganya.
Dibiarkan Meninggal di Dalam Lemari Pendingin Kamar Mayat
Ketika praktisi kehilangan kesadaran karena penganiayaan, mereka kadang-kadang langsung dikirim ke kamar mayat dan dinyatakan meninggal dunia untuk menghilangkan bukti penganiayaan. Dalam tiga kasus berikut ini, para praktisi ditemukan masih dalam keadaan hidup ketika diperiksa oleh anggota keluarganya. Tetapi, sedikit yang dapat mereka lakukan untuk menolong orang yang mereka cintai.
Cheng Xueshan dimasukan ke dalam lemari pendingin ketika masih hidup. Cheng berasal dari Kecamatan Jinchuan, Provinsi Heilongjiang dan telah ditahan pada pagi hari, 5 April 2005. Keluarganya menerima panggilan telepon pada 12 April dan diberitahu bahwa dia telah meninggal dunia karena serangan jantung. Ketika istri dan putra tertuanya pergi ke kamar mayat di Kecamatan Fuyuan, separuh dari tubuhnya ditarik keluar dari lemari pendingin bagi keluarganya untuk melihat terakhir kali.
Mantan karyawan dari ICBC (Industrial and Commercial Bank of China), cabang Huaian, Zhang Zhenggang telah ditahan pada 2 Maret 2000. Para penjaga di Pusat Penahanan Huaian memukulinya, menyebabkan kerusakan parah di bagian otak. Zhang dibawa ke Rumah Sakit Rakyat No. 1 dengan tergesa-gesa dan menjalani operasi otak darurat. Dia tidak pernah sadar kembali.
Melalui proses diagnosa elektrokardiografi yang dilakukan pada 30 Maret malam menunjukan tanda-tanda kehidupan, sebuah rencana telah dipersiapkan untuk mengakhiri hidupnya. Lebih dari 40 petugas polisi datang pada malam hari itu dan memblokade akses yang mengarah ke kamar rawatnya. Sanak saudara digiring ke ruangan lain dan diminta untuk menunggu.
Polisi memaksa dokter untuk menghentikan oksigen dan proses IV serta memberi suntikan dari cairan misterius kepada Zhang. Jasadnya kemudian dibawa oleh petugas polisi dan langsung dikirim ke krematorium ketika dia masih bernafas. Zhang terbunuh pada usia 36 tahun.
Korban lain, Yuan Shengjun, dipukuli sampai meninggal dunia setelah sertifikat kematiannya diterbitkan terlebih dahulu. Yuan, mantan direktur dari Badan Material dan Peratalatan Kota Jiyuan, telah ditahan sampai enam tahun pada 7 Oktober 2005 karena keyakinannya terhadap Falun Gong. Yuan melarikan diri ketika saat dirawat sekitar pukul 05:30 sore pada 25 Oktober dan bersembunyi di rumah seorang petani di Desa Nantao, Kecamatan Chengliu.
Polisi menahannya setelah mereka mengepung desa tersebut dan memaksa pejabat desa untuk menandatangani pernyataan bahwa Yuan sudah meninggal dunia ketika ditemukan. Polisi kemudian melemparnya ke dalam mobil dan langsung menuju krematorium. Selama perjalanan, dia dipukuli sampai meninggal dunia. Tubuhnya dipenuhi luka dan bengkak, dikremasi dalam tempo 24 jam tanpa diketahui oleh keluarganya.
Dibiarkan Meninggal di Dalam Lemari Pendingin Kamar Mayat
Ketika praktisi kehilangan kesadaran karena penganiayaan, mereka kadang-kadang langsung dikirim ke kamar mayat dan dinyatakan meninggal dunia untuk menghilangkan bukti penganiayaan. Dalam tiga kasus berikut ini, para praktisi ditemukan masih dalam keadaan hidup ketika diperiksa oleh anggota keluarganya. Tetapi, sedikit yang dapat mereka lakukan untuk menolong orang yang mereka cintai.
Cheng Xueshan dimasukan ke dalam lemari pendingin ketika masih hidup. Cheng berasal dari Kecamatan Jinchuan, Provinsi Heilongjiang dan telah ditahan pada pagi hari, 5 April 2005. Keluarganya menerima panggilan telepon pada 12 April dan diberitahu bahwa dia telah meninggal dunia karena serangan jantung. Ketika istri dan putra tertuanya pergi ke kamar mayat di Kecamatan Fuyuan, separuh dari tubuhnya ditarik keluar dari lemari pendingin bagi keluarganya untuk melihat terakhir kali.
Cheng Xueshan
Putranya menceritakan kembali:
“Kepala ayah saya tergantung dan matanya terpejam. Dia terbaring di
dalam lemari pendingin. Kulit bagian kiri dari hidungnya rusak.
Ketika saya menopang kepalanya dengan tangan kanan saya, matanya
terbuka separuh dan kemudian tertutup lagi. Ibu dan saya melihatnya
dengan jelas. Saya berkata, ”Ayah belum meninggal. Dia belum
meninggal!’ Dalam dua menit, kami dipaksa keluar dari ruangan. Saya
memberontak, tetapi beberapa petugas polisi menyeret saya keluar
dan mengawal kami kembali ke hotel. Kami tidak pernah diijinkan
untuk memeriksa secara menyeluruh kondisi badannya.”
Kejadian yang serupa terjadi di Kota Chongqing. Ketika sedang menjalani masa kerja paksa di Kamp Kerja Paksa Xishanping, Jiang Xiqing telah dipukuli sangat parah dan kehilangan kesadaran pada 28 Januari 2009. Dia dinyatakan meninggal dunia karena penyakit jantung. Keluarganya tergesa-gesa datang ke kamar mayat setelah mengetahui kabar tersebut.
Kejadian yang serupa terjadi di Kota Chongqing. Ketika sedang menjalani masa kerja paksa di Kamp Kerja Paksa Xishanping, Jiang Xiqing telah dipukuli sangat parah dan kehilangan kesadaran pada 28 Januari 2009. Dia dinyatakan meninggal dunia karena penyakit jantung. Keluarganya tergesa-gesa datang ke kamar mayat setelah mengetahui kabar tersebut.
Jiang Xiging dan istrinya
Ketika keluarganya diperlihatkan
jenasah, putranya menyentuh wajah dan merasakan kehangatan tubuh.
Dia sangat terkejut, ”Ayah saya belum meninggal. Dia masih hidup.”
Para petugas polis terlihat sangat gugup dan tidak tahu bagaimana
menanggapinya. Putranya yang lain menarik seluruh jenasah dari
lemari pendingin dan juga merasakan bahwa pipinya masih terasa
hangat. Dia berteriak kepada petugas polisi dan memaksa mereka
untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap jasadnya.
Para petugas polisi dengan tergesa-gesa mencoba mendorong kembali Jiang ke dalam lemari pendingin, tetapi dihentikan oleh keluarga. Ketika mencoba untuk menghubungi nomor panggilan darurat dan mencari mobil ambulan, anggota keluarga Jiang ditarik keluar ruangan oleh lebih dari 20 petugas polisi. Jiang dikremasi hidup-hidup, walaupun diprotes keras oleh keluarganya yang juga menolak menandatangani suratnya.
Praktisi lainnya, Yang Hailing dari Kota Jixi, Provinsi Heilongjiang, juga dibiarkan meninggal di dalam lemari pendingin. Dia ditahan pada Maret 2002. Ketika berada di Pusat Penahanan Kota Mishan, dia dipukuli oleh Direktur Ma Baosheng dan beberapa tahanan sekamar pada 11 April 2003 karena berlatih Falun Gong. Dia kehilangan kesadaran ketika Direktur Ma mengangkatnya ke udara dan menghantamkan kepalanya ke atas ranjang.
Para petugas polisi dengan tergesa-gesa mencoba mendorong kembali Jiang ke dalam lemari pendingin, tetapi dihentikan oleh keluarga. Ketika mencoba untuk menghubungi nomor panggilan darurat dan mencari mobil ambulan, anggota keluarga Jiang ditarik keluar ruangan oleh lebih dari 20 petugas polisi. Jiang dikremasi hidup-hidup, walaupun diprotes keras oleh keluarganya yang juga menolak menandatangani suratnya.
Praktisi lainnya, Yang Hailing dari Kota Jixi, Provinsi Heilongjiang, juga dibiarkan meninggal di dalam lemari pendingin. Dia ditahan pada Maret 2002. Ketika berada di Pusat Penahanan Kota Mishan, dia dipukuli oleh Direktur Ma Baosheng dan beberapa tahanan sekamar pada 11 April 2003 karena berlatih Falun Gong. Dia kehilangan kesadaran ketika Direktur Ma mengangkatnya ke udara dan menghantamkan kepalanya ke atas ranjang.
Yang Hailing
Keesokan harinya, dia ditemukan
kesulitan bernafas dan berada dalam kondisi kritis. Dia kemudian
dikirim ke Rumah Sakit Rakyat Kota Mishan dan kemudian dinyatakan
meninggal dunia karena gagal jantung. Ketika keluarganya tiba di
rumah sakit sekitar pukul 10 malam, seorang petugas polisi membawa
mereka ke kamar mayat dan meninggalkan mereka untuk melihat
jasadnya.
Keluarganya segera menemukan bahwa tubuhnya masih hangat. Setelah memastikan bahwa dia masih hidup, mereka mencoba mencari pertolongan tetapi tidak dapat menemukan seorang pun pada larut malam tersebut. Keluarganya merasa tidak berdaya ketika menyaksikan nyawa Yang melayang seiring tubuhnya yang semakin dingin. Yang meninggal dunia sebelum subuh, pada usia 34 tahun.
Pengambilan Organ ketika Masih Hidup
Praktisi Falun Gong, Yang Lirong dari Kota Baoding, Provinsi Hebei diambil organnya dalam kondisi hidup. Yang menjadi target dari pihak otoritas setempat sejak dimulainya penganiayaan dan berulang kali diintimidasi, ditahan, serta pencucian otak.
Keluarganya segera menemukan bahwa tubuhnya masih hangat. Setelah memastikan bahwa dia masih hidup, mereka mencoba mencari pertolongan tetapi tidak dapat menemukan seorang pun pada larut malam tersebut. Keluarganya merasa tidak berdaya ketika menyaksikan nyawa Yang melayang seiring tubuhnya yang semakin dingin. Yang meninggal dunia sebelum subuh, pada usia 34 tahun.
Pengambilan Organ ketika Masih Hidup
Praktisi Falun Gong, Yang Lirong dari Kota Baoding, Provinsi Hebei diambil organnya dalam kondisi hidup. Yang menjadi target dari pihak otoritas setempat sejak dimulainya penganiayaan dan berulang kali diintimidasi, ditahan, serta pencucian otak.
Yang Lirong
Setelah polisi setempat
mengintimidasi dirinya dan keluarganya pada 8 Februari 2002, suami
dari Yang tidak dapat menahan tekanan lebih lanjut. Keesokan
paginya, dia mencekik leher istrinya hingga hampir meninggal dunia.
Ketika polisi menerima panggilan telepon dari suaminya, mereka
menemukan bahwa Yang masih hidup. Bukan berusaha untuk menolongnya,
petugas membedah tubuhnya dan mengambil organ tubuhnya. Seorang
saksi mata belakangan menyatakan, ”Pembedahan tidak dilakukan
terhadap mayat, tetapi seorang manusia hidup.”
Akhir hidup yang tragis dari Yang bukanlah satu-satunya kejadian. Cukup banyak bukti yang muncul ke permukaan dan saksi mata yang menyaksikan telah mengungkapkan kekejaman negara – melakukan pengambilan organ terhadap praktisi Falun Gong yang masih hidup di Tiongkok. Seorang istri dokter bedah Tiongkok memberitahu media internasional pada tahun 2006 bahwa mantan suaminya telah melakukan lebih dari 2000 operasi untuk mengambil kornea mata praktisi Falun Gong yang masih hidup.
Pada Desember 2009, seorang saksi dari dalam menceritakan seluruh proses dari operasi pengambilan organ praktisi Falun Gong yang masih hidup. Ia ingat bahwa peristiwa itu terjadi pada 9 April 2002, di salah satu ruang operasi di gedung No. 15 dari Rumah Sakit Umum di Wilayah Militer Shenyang Tentara Pembebasan Rakyat.
Para korban dilaporkan masih sadar dan hidup ketika organ tubuhnya diambil. Saksi mata mendeskripsikan, ”Tidak ada obat bius yang digunakan. Mereka membelah dadanya dengan pisau, bahkan dengan kedua tangan tidak gemetar. .. Kemudian ‘Ah!’ dia berteriak keras sekali. .. pertama diambil jantungnya kemudian ginjalnya. Ketika pembuluh jantungnya dipotong dengan pisau, dia mulai mengejang. Itu adalah kejadian yang ekstrem mengerikan. Saya dapat menirukan suaranya bagi Anda, walaupun saya tidak dapat menirukannya dengan sempurna. Suranya seperti sesuatu yang dikoyak terpisah, dan kemudian dia kembali bersuara “ah.” Setelahnya, mulutnya tetap terbuka, dengan kedua mata terbelalak lebar. Ah… saya tidak mau melanjutkan.”
Saksi mata mengungkapkan bahwa korban adalah seorang guru wanita yang berusia tiga puluh tahunan. Putranya masih berusia 12 tahun pada saat itu.
Setelah organ tubuhnya diambil, tubuh korban langsung dikremasi untuk menutupi kejahatan. Para peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 60.000 praktisi Falun Gong telah dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Operasi tersebut dilakukan dalam kondisi sangat rahasia – banyak praktisi hilang begitu saja dari penjara dan pusat penahanan dan tidak pernah terlihat lagi.
Akhir hidup yang tragis dari Yang bukanlah satu-satunya kejadian. Cukup banyak bukti yang muncul ke permukaan dan saksi mata yang menyaksikan telah mengungkapkan kekejaman negara – melakukan pengambilan organ terhadap praktisi Falun Gong yang masih hidup di Tiongkok. Seorang istri dokter bedah Tiongkok memberitahu media internasional pada tahun 2006 bahwa mantan suaminya telah melakukan lebih dari 2000 operasi untuk mengambil kornea mata praktisi Falun Gong yang masih hidup.
Pada Desember 2009, seorang saksi dari dalam menceritakan seluruh proses dari operasi pengambilan organ praktisi Falun Gong yang masih hidup. Ia ingat bahwa peristiwa itu terjadi pada 9 April 2002, di salah satu ruang operasi di gedung No. 15 dari Rumah Sakit Umum di Wilayah Militer Shenyang Tentara Pembebasan Rakyat.
Para korban dilaporkan masih sadar dan hidup ketika organ tubuhnya diambil. Saksi mata mendeskripsikan, ”Tidak ada obat bius yang digunakan. Mereka membelah dadanya dengan pisau, bahkan dengan kedua tangan tidak gemetar. .. Kemudian ‘Ah!’ dia berteriak keras sekali. .. pertama diambil jantungnya kemudian ginjalnya. Ketika pembuluh jantungnya dipotong dengan pisau, dia mulai mengejang. Itu adalah kejadian yang ekstrem mengerikan. Saya dapat menirukan suaranya bagi Anda, walaupun saya tidak dapat menirukannya dengan sempurna. Suranya seperti sesuatu yang dikoyak terpisah, dan kemudian dia kembali bersuara “ah.” Setelahnya, mulutnya tetap terbuka, dengan kedua mata terbelalak lebar. Ah… saya tidak mau melanjutkan.”
Saksi mata mengungkapkan bahwa korban adalah seorang guru wanita yang berusia tiga puluh tahunan. Putranya masih berusia 12 tahun pada saat itu.
Setelah organ tubuhnya diambil, tubuh korban langsung dikremasi untuk menutupi kejahatan. Para peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 60.000 praktisi Falun Gong telah dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Operasi tersebut dilakukan dalam kondisi sangat rahasia – banyak praktisi hilang begitu saja dari penjara dan pusat penahanan dan tidak pernah terlihat lagi.
Chinese version click here
English version click here
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org