(Minghui.org) Falun Gong, juga disebut Falun Dafa, praktisi di Thailand mengadakan rapat umum dan peringatan di Taman Lumpini Bangkok pada tanggal 14 Juli 2019, menandai 20 tahun perlawanan damai terhadap penganiayaan Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan menyerukan diakhirinya kekejaman.


Praktisi Falun Gong melakukan latihan Falun Gong sebelum rapat umum.

Turis menerima brosur informasi tentang Falun Gong dan penganiayaan yang sedang berlangsung dari praktisi Falun Gong.

Orang-orang belajar tentang Falun Gong

Praktisi Falun Gong, Chen (pria) dan keluarganya mengalami penganiayaan di Tiongkok. Chen telah ditahan di pusat pencucian otak tiga kali dan dibawa ke kamp kerja paksa untuk pendidikan ulang. Dia dipenjara, disiksa, dan dianiaya selama total 11 tahun. Istrinya meninggal karena penganiayaan pada tahun 2014. Putrinya telah dilecehkan, ditangkap, dan dirampas haknya untuk pergi ke luar negeri, semua karena mereka berlatih Falun Gong.

Sambil memegang foto istri di tangannya, Chen berkata sambil menangis, “Saya tidak menangis ketika saya disiksa, tetapi saya tidak bisa menahan tangis hari ini.” Ia berharap lebih banyak orang akan mengetahui tentang sifat jahat PKT dan mengambil sikap menentangnya.

Praktisi Falun Gong Sritiporn

Praktisi Falun Gong lain di acara itu, Sritiporn (pria), berkata, “Saya mendapat manfaat dari berlatih Falun Gong. Kami tidak berpolitik. Saya tidak mengerti mengapa PKT menganiaya Falun Gong selama 20 tahun terakhir. Kami di sini berduka untuk praktisi Falun Gong yang dibunuh oleh PKT. Kami berharap penganiayaan akan segera berakhir.”

Praktisi Falun Gong Panjit Mitaka

Praktisi Falun Gong Panjit Mitaka (wanita) mengatakan dia berharap lebih banyak orang akan mengetahui tentang penganiayaan, karena kebanyakan orang Tiongkok tidak memiliki kesempatan untuk mendengar tentang kebrutalan PKT terhadap Falun Gong karena pembatasan informasi.

Praktisi Falun Gong, Ahtit

Praktisi Falun Gong Ahtit berkata bahwa praktisi mengikuti prinsip Sejati, Baik, dan Sabar, dan tidak melakukan kesalahan.

Praktisi di Thailand berduka untuk rekan praktisi yang dianiaya hingga meninggal di Tiongkok

Zhong (wanita) dulunya adalah guru sekolah yang berprestasi di Tiongkok. Dia telah dipenjara tiga kali di kamp kerja paksa dan disiksa. Dia hampir kehilangan nyawanya. Pernikahannya hancur karena penganiayaan.

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa banyak praktisi telah kehilangan nyawa mereka karena penganiayaan, dan bahwa PKT telah melakukan kejahatan mengerikan. Dia merasa bahwa adalah tanggung jawabnya untuk mengajak orang-orang di seluruh dunia untuk bekerja bersama dan menghentikan penganiayaan.