(Minghui.org) Penindasan partai komunis Tiongkok terhadap Falun Gong tidak melemah di tahun 2019, 6,109 praktisi ditahan, 3,582 dilecehkan karena kepercayaan mereka. Ketika laporan ini dibuat diketahui 3,400 praktisi berada dalam penahanan.
Falun Gong juga dikenal sebagai Falun Dafa adalah sebuah metode pengolahan jiwa dan raga kuno yang berlandaskan prinsip Sejati-Baik-Sabar. Semenjak mantan diktator Tiongkok Jiang Zemin memerintahkan kampanye penindasan secara nasional pada tanggal 20 Juli 1999, ribuan praktisi telah ditangkap, ditahan, disiksa bahkan dibunuh demi organnya.
Pada tahun 2019 banyak peringatan yang dianggap sangat sensitif oleh rezim komunis, tanggal 25 April diperingati sebagai aksi permohonan damai oleh 10,000 praktisi di depan kantor pengajuan permohonan di Beijing, mencari keadilan agar praktisi yang ditahan hari sebelumnya dilepaskan, tanggal 20 Juli menjadi tonggak 20 tahun penindasan Falun Gong. Tanggal 1 Oktober merupakan peringatan 70 tahun berdirinya partai komunis Tiongkok.
Penindasan dan pelecehan terhadap praktisi Falun Gong meningkat pada tanggal-tanggal tersebut. Para petugas keamanan mencegah praktisi melakukan demonstrasi di tempat umum atau melakukan gerakan bawah tanah untuk mengungkap penindasan.
Pada bulan Juli dinyatakan sebagai penangkapan terbesar (1,202), kemudian bulan September (937) dan pada bulan April (826), tiga bulan ini juga menjadi bulan-bulan terbanyak praktisi dilecehkan, pada bulan Juli yang tercatat adalah 1,651 kasus, 1,526 pada bulan September dan April 1,361. Bulan Agustus juga terlihat dalam jumlah besar yang jadi target penindasan. Diantaranya 380 kasus praktisi dilecehkan. dan 822 orang ditangkap.
Banyak praktisi ini ditangkap dalam kelompok, biasanya dalam jumlah 20-an sampai 30-an orang. Dalam kasus lain polisi menyadap hp praktisi dan aktifitas keseharian mereka sebelum melakukan penangkapan. Di Kota Guang an Provinsi Sichuan lebih dari 20 praktisi ditangkap, tanggal 23 April 2019. Lebih dari 300 polisi dikerahkan untuk menangkap 18 praktisi di kota Zunhua, Provinsi Hebei sekitar jam 3 pagi pada tanggal 6 Juli 2019. Pada tanggal 23 September, di Kota Wuhan Provinsi Hebei 40-an praktisi ditangkap termasuk seorang wanita tua 89 tahun ditangkap sebelum hari Raya Nasional tanggal 1 Oktober dan Lomba Permainan Militer Dunia ke 7 antara tanggal 18-27 Oktober di Wuhan.
Penangkapan dan pelecehan praktisi terjadi di 29 Provinsi dan lingkungan yang secara langsung di bawah pengawasan Pusat Partai. Shandong, Hebei, dan Sichuan adalah peringkat teratas dengan lebih dari 1,000 praktisi ditangkap dan dilecehkan. Delapan belas provinsi lainnya termasuk Jilin dan Liaoning dilaporkan ratusan praktisi ditangkap dan dilecehkan.
Praktisi yang menjadi target operasi, dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk guru, pengacara, mekanik, reporter dan dokter.
Catatan: 9,7% (5,930 praktisi yang ditangkap dan 5,9% (213) yang dilecehkan berumur 65 tahun ke atas. Sementara 112 praktisi yang ditangkap dan 92 yang dilecehkan berusia 80 tahun lebih.
Kelompok lemah lainnya juga menjadi target, Sun Yaping ditangkap pada tanggal 23 Oktober 2019, saat mengandung 7 bulan. Sekelompok polisi menempuh jalan 800 mil dari Kota Lishui, provinsi Zhejiang untuk menangkapnya di kota Botou, provinsi Hebei, mereka membawa Sun walau mendapat perlawanan dari keluarganya. Dia langsung ditahan dan mengalami ketidaknyamanan.
Beberapa praktisi menjadi target karena membaca buku Falun Gong bersama-sama. Beberapa ditangkap karena menuturkan pengalaman bagaimana Falun Gong mengubah hidupnya dan bagaimana rezim komunis menindas latihan ini dan yang lain ditangkap karena mengajak para pejabat mundur dari Partai komunis Tiongkok.
Wang Shuqing dari Kota Fengcheng, Provinsi Liaoning, ditahan selama lima hari karena secara terbuka mengatakan penyesalannya berhenti berlatih yang bukan dari lubuk hatinya, ketika dia di penjara.
Qian Gentai dan istrinya Zhang Xingji, dua warga keturunan Korea yang tinggal di Kota Changchun, provinsi Jilin telah ditangkap pada akhir Agustus 2019. Mereka didakwa karena menerima uang dari anak perempuannya, yang mana sekarang tinggal di Korea Selatan. Setelah meninggalkan Tiongkok tahun 2015 untuk menghindari penindasan karena ia berlatih Falun Gong.
Pasangan ini didakwa menerima sumbangan dana dari “pasukan asing” untuk membuat materi tentang Falun Gong.
Banyak anggota keluarga yang ditangkap hampir bersamaan waktunya pada tahun 2019, khususnya 10 keluarga di Kota Bozhou, Provinsi Anhui termasuk seorang ibu dengan lima anaknya, tiga keponakan dan cucunya yang berumur 12 tahun, ditangkap tanggal 17 April 2019 oleh lebih dari 100 orang petugas. Empat saudari telah disidangkan tanggal 5 Desember dan menunggu keputusan pengadilan.
Selain efek buruk pada praktisi itu sendiri, anggota keluarga praktisi juga hancur oleh penganiayaan. Keluarga Liu Xifang di Kota Jinan, Provinsi Shandong, berjuang untuk memberi makan putranya yang berumur satu tahun setelah dia ditangkap pada tanggal 14 Juni 2019. Anak itu masih menyusui. Seorang petugas yang menangkap mengejek Liu, "Partai Komunis Tiongkok akan menyapih putramu sekarang!"
Dalam kasus Liu Rulan, seorang warga Kota Jiaozhou, penduduk Provinsi Shandong, putranya yang dewasa, yang memiliki cacat intelektual, berjuang untuk mengurus dirinya sendiri di rumah setelah penangkapannya pada tanggal 15 Oktober 2019.
Beberapa anggota keluarga praktisi dipukuli atau diganggu ketika mencari keadilan untuk orang yang mereka cintai.
Meskipun kurangnya bukti yang sah atau dasar hukum untuk penganiayaan, sebagian besar praktisi ditahan di penjara, sering kali tidak bisa berkomunikasi, untuk jangka waktu yang lama, dan akhirnya dijatuhi hukuman penjara karena keyakinan mereka.
Banyak praktisi telah berulang kali ditangkap dan ditahan selama 20 tahun terakhir karena keyakinan mereka. Beberapa di antaranya dianiaya oleh polisi selama atau setelah penangkapan mereka, dengan beberapa orang meninggal beberapa jam atau beberapa hari setelah penangkapan mereka (lihat laporan terperinci tentang kematian praktisi Falun Gong yang dikonfirmasi pada tahun 2019).
Selain penganiayaan fisik dan penahanan sewenang-wenang, beberapa praktisi juga diperas secara finansial atau hak-hak dasar hidup mereka dirampas.
Diantara para praktisi yang ditargetkan pada 2019, 3.124 rumah mereka digeledah dan 280 diperas oleh polisi dengan total 3.605.059 yuan, rata-rata 12.875 yuan per orang. Tiga praktisi diperas masing-masing 300.000 yuan, dan empat diperas masing-masing antara 100.000-180.000 yuan.
Yuan Chunxiao, seorang mahasiswa baru di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu dikeluarkan dari kampus karena melakukan latihan Falun Gong di asramanya.
Li Donghua, seorang warga Beijing berusia 60 tahun, tinggal di rumah sewaan diberhentikan secara paksa oleh otoritas setempat setelah penangkapannya pada 20 April 2019. Gong Xiaohong, Kabupaten Chongren, Provinsi Jiangxi, rumahnya diterobos selama tujuh hari penahanannya antara 4-11 September 2019.
Beberapa praktisi lansia ditangguhkan pensiunnya pada tahun 2019 setelah dibebaskan dari penjara karena berlatih Falun Gong, ketika pihak berwenang memerintahkan mereka untuk mengembalikan pembayaran yang telah mereka terima selama dipenjara.
Sebagian besar arahan penganiayaan diberikan oleh Kantor 610 dan Komite Urusan Politik dan Hukum, dua lembaga yang bertugas melaksanakan kebijakan untuk menindas Falun Gong di Tiongkok.
Kantor 610, pasukan keamanan di luar kerangka hukum yang diluncurkan pada tanggal 10 Juni 1999, telah memainkan peran penting dalam penganiayaan melalui kantor pusat dan daerahnya. Meskipun kantor pusatnya dibubarkan pada tahun 2018, cabang-cabangnya tetap aktif.
Saat penganiayaan memasuki tahun ke-21, Minghui.org juga mengumpulkan informasi tentang para pelaku, dalam persiapan untuk membawa mereka ke pengadilan di masa depan.
Berikut adalah cuplikan dari beberapa kasus penangkapan dan pelecehan. Dengan sistem pengawasan massa dan sensor informasi yang semakin meningkat oleh rezim komunis Tiongkok, jumlah praktisi Falun Gong yang ditangkap dan dilecehkan tidak dapat selalu dilaporkan secara tepat waktu, juga tidak semua informasi tersedia.
Penangkapan Kelompok
Penangkapan kelompok praktisi Falun Gong dilaporkan sepanjang tahun 2019, terutama di sekitar tanggal sensitif yang disebutkan di atas, termasuk 25 April, 13 Mei (Hari Falun Dafa Sedunia), 20 Juli dan 1 Oktober.
Pada Januari 2019, tak lama sebelum Tahun Baru Imlek, 13 praktisi dari Kota Cangzhou, Provinsi Hebei ditangkap dan puluhan lainnya diganggu.
Penangkapan kelompok 14 orang di Provinsi Jiangxi, 15 di Anhui, lebih dari 20 praktisi di Sichuan dan Zhejiang, serta 47 praktisi di Provinsi Jiangsu terjadi pada bulan April.
Pada tanggal 12 Mei, delapan praktisi lansia di Kota Zhuhai, Provinsi Guangdong ditangkap ketika sedang belajar buku-buku Falun Gong bersama. Polisi mencatat informasi terperinci tentang setiap praktisi, termasuk informasi pekerjaan anak-anak mereka dan nomor telepon, sebelum membawa mereka pulang dan menggeledah tempat mereka.
Lima hari kemudian, delapan praktisi di Kota Yingtan, Provinsi Jiangxi ditangkap.
Lebih dari 20 praktisi di Kota Guiyang, Provinsi Guizhou ditangkap pada tanggal 13 Juni 2019, ketika mencoba menghadiri persidangan rekan praktisi lainnya. Polisi membawa praktisi ke kantor polisi dan mengambil foto, sidik jari, dan sampel darah mereka. Mereka juga merekam bagian depan, kiri dan kanan setiap orang, serta kaki mereka.
Dengan alat pengawasan massa Tiongkok yang semakin maju, termasuk pengenalan wajah dan gaya berjalan, para praktisi Guiyang mencurigai bahwa pihak berwenang menggunakan sidang sebagai umpan untuk menangkap mereka dan mengumpulkan informasi mereka untuk pengawasan lebih lanjut.
Pada bulan Juli, penangkapan kelompok dilaporkan pada tanggal 3 Juli, dengan sembilan praktisi di Kota Tangshan, Provinsi Hebei ditangkap pagi itu. Tiga hari kemudian tanggal 6 Juli, 18 praktisi dan 3 anggota keluarga mereka ditangkap oleh lebih dari 300 petugas polisi.
Di Provinsi Sichuan, 64 praktisi di tujuh kota ditangkap antara tanggal 5 dan 18 Juli 2019.
Setidaknya 24 praktisi Falun Gong di Kota Jilin, Provinsi Jilin, dan 2 pasangan yang tidak berlatih Falun Gong ditangkap pada tanggal 19 Juli 2019.
Lebih dari 20 penduduk Chongqing, termasuk seorang wanita berusia 82 tahun, ditangkap pada tanggal 23 Juli 2019.
Lima belas penduduk Kota Jiamusi, Provinsi Heilongjiang, termasuk seorang lelaki berusia 86 tahun, ditangkap dalam tiga hari tanggal 25-27 Juli 2019.
Penangkapan kelompok berlanjut pada Agustus, termasuk 5 praktisi di Chongqing pada tanggal 8 Agustus, hampir 30 praktisi di Kota Siping, Provinsi Jilin pada tanggal 15 Agustus, dan 32 praktisi di Kota Nanyang, Provinsi Henan, pada tanggal 30 dan 31 Agustus 2019.
Penganiayaan meningkat pada bulan September, kadang-kadang dengan beberapa penangkapan kelompok terjadi pada hari yang sama.
Pada tanggal 10 September 2019, setidaknya tiga penangkapan kelompok dilaporkan, termasuk 4 praktisi di Kota Luzhou, Provinsi Sichuan, dan 13 praktisi di Songyuan dan Kota Shulan, Provinsi Jilin.
Pada tanggal 23 September 2019, 8 praktisi dan 2 anggota keluarga di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning dan 40 praktisi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei ditangkap.
Pelecehan dan Penyiksaan Fisik
Kebrutalan polisi selama penangkapan dan penahanan lazim terjadi pada tahun 2019. Beberapa praktisi dianiaya dan dilukai ketika mereka menolak penangkapan, sementara beberapa di antara mereka dilecehkan setelah ditahan -- namun tidak ada perhatian medis dan tidak boleh dikunjungi keluarga.
Lengan Kanan Wanita Berumur 74 Tahun Retak Saat Penangkapan
Wang Guizhen, 74, adalah warga Kota Chenzhou, Provinsi Hunan. Dia sedang menunggu untuk naik kereta di Stasiun Kereta Berkecepatan Tinggi Chenzhou pada pagi hari tanggal 2 Juli 2019, ketika lebih dari 20 petugas polisi muncul di ruang tunggu.
Ketika secara kasar didorong ke dalam mobil polisi, Wang tiba-tiba merasakan sakit yang tak tertahankan di lengan kanannya. Pergelangan tangan dan lengannya menjadi bengkok. Dia dibawa ke Kantor Polisi Chenjiang untuk diinterogasi. Tiga polisi wanita memerintahkan untuk menelanjangi diri dalam pemeriksaan keamanan. Dia mencela mereka karena mengajukan permintaan untuk mempermalukannya dan menolak untuk mematuhinya. Ketika polisi mencoba memborgolnya ke kursi, dia memberi tahu mereka bahwa dia bukan penjahat dan tidak boleh diperlakukan seperti itu.
Setelah berjam-jam diinterogasi, Wang dibebaskan sekitar jam 9 malam.
Tangan dan lengan Wang sangat kesakitan sehingga dia pergi ke kantor polisi pada hari berikutnya dan menuntut agar mereka bertanggung jawab. Polisi membawanya ke rumah sakit dan sinar-X mengonfirmasi bahwa lengannya patah.
Polisi Memukuli Praktisi Falun Gong dan Mengancam Menguburnya Hidup-hidup
Zhou Minglan, seorang warga 57 tahun dari Kota Jiaozhou, Provinsi Shandong, ditangkap pada tanggal 10 Maret 2019 setelah dilaporkan karena membagikan materi tentang Falun Gong.
Seorang petugas menampar wajahnya saat dalam perjalanan ke kantor polisi setempat ketika dia mendesak mereka untuk tidak berpartisipasi dalam penganiayaan.
Di kantor polisi, petugas berusaha memaksa Zhou untuk menandatangani namanya pada catatan interogasi yang sudah disiapkan. Ketika Zhou menolak untuk mematuhinya, mereka membungkusnya di dalam tirai jendela dan salah satu petugas membenturkan kepalanya ke dinding beberapa kali. Ini menyebabkan rasa sakit selama lebih dari empat hari. Polisi terus mengatakan kepadanya, "Jika kamu masih tidak bekerja sama dengan kami, kami akan menguburmu hidup-hidup."
Polisi membawa Zhou ke sebuah ruangan tanpa kamera pengintai di malam hari, dan memerintahkannya untuk berlutut. Dia menolak dan didorong ke tanah. Lutut kirinya terluka parah.
Ketika Zhou memberi tahu polisi bahwa Falun Gong legal di Tiongkok, dan itu mengajarkan orang untuk menjadi baik, seorang petugas menampar wajahnya dengan sepatu. Dia dan beberapa orang lainnya kemudian memaksanya untuk membubuhkan sidik jarinya pada catatan interogasi yang telah mereka persiapkan.
Polisi tidak memberikan makanan atau minuman kepada Zhou sejak penangkapannya pada jam 9:00 pagi pada tanggal 10 Maret, sampai ia dibawa ke Pusat Penahanan No. 2 Kota Qingdao pada malam hari tanggal 11 Maret. Dia hanya diberi air ketika dia menjadi tidak dapat berbicara dari kehausan yang sangat saat menjalani pemeriksaan fisik sebelum dirawat di pusat penahanan.
Wanita Hebei Baru Sadar Setelah Sepuluh Hari Penahanan di Pusat Pencucian Otak
Jiang Qiuying, seorang warga Kota Wuhan, Provinsi Hubei, sedang berbicara dengan orang-orang tentang penganiayaan Falun Gong di daerah perumahan pada tanggal 21 Oktober 2019 ketika dia ditemukan oleh seorang petugas berpakaian preman. Petugas tidak langsung menangkapnya, tetapi mengikutinya kembali ke rumah.
Sekelompok petugas menunggu sampai gelap, kemudian menangkap Jiang malam itu. Mereka menggeledah rumahnya dan menyita buku-buku Falun Gong dan materi terkait lainnya.
Polisi awalnya menempatkan Jiang dalam tahanan 15 hari. Ketika suaminya pergi ke pusat penahanan setempat untuk menjemput di akhir periode, dia sudah dipindahkan ke Pusat Pencucian Otak Yangyuan.
Suami Jiang pergi ke pusat pencucian otak setiap hari untuk menuntut pembebasannya, meskipun memiliki tekanan darah tinggi dan cacat fisik.
Pada hari kesepuluh di pusat pencucian otak, Jiang menjadi sangat lemah dan hampir tidak sadar. Seorang anggota staf mengatakan kepada suaminya bahwa dia belum mau makan atau minum sejak memasuki pusat pencucian otak.
Suami Jiang memanggil ambulans untuk membawanya segera ke rumah sakit, meskipun ada tentangan keras dari staf pusat pencucian otak.
Pusat Pencucian Otak Yangyuan terkenal karena penganiayaannya terhadap praktisi Falun Gong. Sebagian besar praktisi yang ditahan di sana melaporkan bahwa mereka dipaksa untuk mengonsumsi obat-obatan beracun, dilarang tidur, dan disiksa, ketika pihak berwenang berusaha memaksa mereka untuk melepaskan keyakinan mereka.
Banyak dari praktisi ini menderita depresi dan mengalami kesulitan mengatasi trauma mental setelah dibebaskan.
Dua Wanita Hebei Disiksa di Penahanan
Li Dongmei dan Geng Shulan, dari Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei, ditangkap pada 18 Juli 2019 karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong.
Mereka dipindahkan ke Pusat Penahanan No. 2 Shijiazhuang pada 20 Juli 2019 dan menderita siksaan parah di sana.
Para penjaga memborgol dan membelenggu Geng dan merantai mereka. Dia tidak bisa berdiri tegak dan harus merangkak di lantai untuk bergerak. Dia tidak bisa mandi atau mengganti pakaiannya. Dia juga membutuhkan bantuan menggunakan kamar kecil. Belenggu yang parah melukai pergelangan kaki dan pergelangan tangannya.
Untuk memaksanya melepaskan keyakinannya, para penjaga memerintahkan tahanan untuk memukuli Geng. Dia ditendang dan dipukuli dengan sangat parah hingga tulang rusuknya sakit selama berhari-hari. Dia dicekok paksa makan setelah melakukan mogok makan sebagai protes.
Li menolak untuk menjawab "panggilan telepon" sebagai protes atas penahanannya yang tidak adil. Para penjaga memerintahkan tahanan untuk memukulinya setiap hari selama lebih dari seminggu. Setelah dia memprotes pelecehan itu, mereka memaksanya untuk mengenakan borgol, menguncinya di sel isolasi, dan melarangnya melakukan kegiatan di luar ruangan. Dia juga tidak diizinkan untuk mandi atau membeli keperluan dari toko pusat penahanan.
Tekanan darah Li telah mencapai 200 mmHg pada akhir Agustus. Dia mengalami nyeri dada dan satu sisi tubuhnya menjadi mati rasa dan kaku. Dia hidup dalam ketakutan yang konstan dan menderita demam ringan.
Ketika pengacaranya mengunjunginya, Li begitu tegang sehingga dia gemetar tak terkendali. Dia hanya berhasil berbicara selama sepuluh menit dan kemudian harus dibawa kembali ke selnya. Pusat penahanan menolak untuk membawanya untuk pemeriksaan medis.
Pria Beijing Dibius Saat Ditahan karena Keyakinannya
Saat ditahan karena keyakinannya pada Falun Gong, Guo Shunqiang dicekok makan paksa yang telah dicampur dengan obat-obatan yang tidak dikenal. Ia mengalami jantung berdebar dan berkeringat berlebihan sebagai akibatnya.
Guo, seorang warga Beijing, ditangkap di rumahnya pada tanggal 2 Maret 2019. Polisi membuka pintu tanpa surat perintah penggeledahan dan menyita buku-buku Falun Gong dan materi terkait.
Ketika ditanya ID polisi mereka dan dari mana mereka berasal, para petugas menolak untuk menjawab. Mereka juga menolak memberikan daftar barang yang disita. Guo merekam video polisi selama penggerebekan di rumah, tetapi polisi kemudian memaksa istrinya untuk menghapus video tersebut. Dia dikirim ke Pusat Penahanan Distrik Xicheng setelah melewati pemeriksaan fisik.
Pada 23 Maret, Guo mengetahui bahwa staf pusat penahanan telah memasukkan obat-obatan yang tidak dikenal ke dalam makanannya selama seminggu. Ketika dia mempertanyakan penjaga mengapa mereka membiusnya, penjaga itu tetap diam.
Guo memulai mogok makan pada awal Agustus untuk memprotes penahanan sewenang-wenang. Beberapa penjaga mencekok secara paksa pada tanggal 11 Agustus. Seorang petugas memegang lengan kanannya dengan erat sehingga ia mengalami rasa sakit dan nyeri yang sangat dan tidak dapat mengangkat lengannya selama lebih dari seminggu.
Petugas membius Guo selama pemberian makan secara paksa pada tanggal 7 September. Dia mengalami kondisi jantung dan keringat berlebih setelahnya dan dikirim ke rumah sakit untuk perawatan medis dua hari kemudian.
Kejaksaan Distrik Xicheng mendakwa Guo pada 25 September. Polisi memberikan tiga catatan interogasi kepada jaksa penuntut, tetapi Guo mengatakan ia hanya hadir di salah satu dari mereka, dan dua lainnya dibuat oleh polisi.
Guo dibebaskan dengan jaminan pada 26 Oktober 2019.
Wanita Shandong Ditangkap, Putranya Dipukuli Saat Meminta Pembebasannya
Zhan Zhongxiang, seorang penduduk Kota Pingdu, Provinsi Shandong, ditangkap bersama beberapa praktisi Falun Gong lainnya pada 24 September 2019. Putra dan menantunya pergi ke Kantor Polisi Renzhao pada 25 September untuk menanyakan tentang kasusnya .
Saat menunggu di luar kantor polisi, putra Zhan melihat sebuah mobil van polisi pergi bersama ibunya dan dua praktisi lainnya di dalam.
Dia berlari ke van dan mencoba menghentikannya. Sekelompok petugas mengejarnya. Seorang petugas memegang lehernya dan menyeretnya ke belakang, sementara yang lain memukul kepalanya, secara khusus menargetkan mata, hidung, dan lehernya.
Ketika anggota keluarga lain mencoba untuk campur tangan, mereka juga dipukuli.
Sebagai hasil dari pemukulan, putra Zhan menderita luka pada mata, hidung, lengan dan tulang rusuknya. Dia mengalami kesulitan bergerak dan penglihatan berkurang di mata kanannya.
Putra Zhan setelah dipukuli oleh Polisi
Wanita Lansia Kesehatan menurun Setelah Dipasangi dengan alat Monitor Tangan dan Sering Dilecehkan
Tang Xiuwen, 76, seorang pensiunan pekerja pabrik TV di Kota Changsha, Provinsi Hunan, ditangkap pada Mei 2017 setelah dilaporkan karena membagikan materi informasi tentang Falun Gong. Dia diberi hukuman satu tahun oleh Pengadilan Distrik Yuelu pada Juni 2018 dan diperintahkan untuk menjalani hukuman di luar penjara.
Anggota staf kepolisian dan komite perumahan setempat muncul di rumah Tang pada April 2019 dan memaksanya untuk memakai monitor pergelangan tangan yang terus-menerus melacak lokasinya dan merekam kehidupan sehari-harinya dalam audio dan video. Monitor tetap menyala bahkan setelah masa hukuman berakhir pada Juni 2019.
Staf komite perumahan juga telah menginterogasi Tang di rumah setiap satu atau dua minggu, membuat catatan kegiatan hariannya dan mengambil sidik jarinya dan foto.
Pengawasan dan pelecehan telah mempengaruhi kesehatannya. Tang mengalami penurunan berat badan dan cepat, pusing, batuk dan tekanan darah tinggi, serta kesulitan tidur di malam hari.
Selain Tang, seorang pria lanjut usia di Beijing, Hou Junwen, meninggal pada tanggal 29 Januari 2019, beberapa minggu setelah dia dipasangi perangkat pemantauan elektronik dan dilecehkan oleh pihak berwenang.
Anggota Keluarga Terkena Dampak
Ayah Dipenjara dan Ibu Ditahan, Gadis 11 Tahun Menangis Minta Tolong
Seorang anak perempuan berusia 11 tahun di Kabupaten Huidong, Provinsi Guangdong, mendapat pukulan telak lagi ketika ibunya, Lin Liqiong ditangkap pada tanggal 25 Juni 2019 karena berlatih Falun Gong. Ayahnya, Zeng Liuming masih menjalani hukuman tiga tahun penjara, juga karena keyakinannya pada Falun Gong.
Di bawah ini adalah catatan pribadi gadis kecil itu.
“Ketika saya pulang dari sekolah pada jam 4:40 malam pada tanggal 25 Juni 2019, saya mengunci pintu di belakang dan melihat catatan di atas meja dari ibu. Dikatakan, "Saya belanja bahan makanan dengan bibimu dan akan segera kembali." Saya mulai mengerjakan pekerjaan rumah saya.
"Beberapa saat kemudian, lebih dari 20 orang tiba-tiba membuka pintu dan menyerbu masuk. Mereka mengatakan adalah petugas polisi tetapi tidak mengenakan seragam. Mereka menanyakan nama saya dan nomor telepon keluarga saya. Mereka sepertinya tahu di mana saya pergi ke sekolah, di kelas mana berada, dan bahkan nama guru wali kelas. Karena saya sendirian di rumah, saya memberi mereka nomor telepon kakak perempuan saya.
"Saat itu, aku sudah tahu mengapa mereka ada di sana dan mulai menangis karena saya benar-benar takut. Melihat saya menangis, salah satu petugas mengatakan mereka petugas pemadam kebakaran dan ada di sana untuk memeriksa keselamatan. Saya tidak mempercayainya dan, dengan berlinangan air mata, saya bertanya, "Apakah Anda memeriksa setiap rumah di Tiongkok untuk keamanan kebakaran?"
"‘Itu bukan urusanmu, Nak!" jawab yang lain.
“‘Pintunya terkunci. Bagaimana Anda masuk?" saya bertanya.
"‘Saya tidak perlu memberitahumu," kata seorang petugas. Dia tidak berani mengatakan mereka menerobos masuk.
“Sekitar 10 menit kemudian, saudara perempuan saya muncul dan banyak tetangga berkumpul di luar untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"‘Jika kamu berani mengatakan sepatah kata pun, kami akan menangkapmu juga!" Seorang petugas mengancam.
"Ketika polisi pergi satu jam kemudian, seorang tetangga bertanya kepada mereka, 'Apa yang keluarga lakukan?'
"Ini adalah kasus pembunuhan," kata seorang petugas. Dia tidak berani mengatakan itu karena ibu saya berlatih Falun Gong.
“Tanpa orang tua di rumah, saudara perempuan saya membawa saya ke rumah nenek ibu saya Luo Yueying, yang juga berlatih Falun Gong. Kakek saya mengatakan bahwa dia juga telah dibawa oleh polisi untuk pertanyaan terkait Falun Gong. 'Mengapa? Bagaimana mereka bisa memperlakukan orang yang tidak bersalah seperti ini?" desah kakak.
“Tidak lama setelah itu, nenek saya pulang ke rumah membawa barang belanjaan yang dibeli ibu saya. Dia mengatakan ibu dan bibi saya telah ditahan. Mendengar berita buruk itu, pikiran saya menjadi kosong.
“Nenek saya menceritakan apa yang terjadi pada hari sebelumnya: Lebih dari 20 petugas berseragam muncul sedikit setelah jam 5:00 malam. dan menyita semua buku dan materi Falun Gongnya. Dia mengatakan bibiku yang lain, Yang Fenglan, juga ditangkap. Bibiku Fenglan dibebaskan pada tanggal 10 Juli.
"Ibu dan bibi Chen Shitian ditahan di Pusat Penahanan Huidong. Saya menulis ini untuk meminta bantuan."
Wanita 87 Tahun Menderita Stroke Setelah Dilecehkan, Suami dalam Kesusahan
Ma Jinglan, 87, dan suaminya, keduanya warga Kota Qixia, Provinsi Shandong, pergi ke pasar petani suatu pagi di awal September 2019. Mereka ditangkap setelah polisi menemukan salinan informasi yang berhubungan dengan Falun Gong di motor tiga roda. Polisi menginterogasi mereka dan mengambil foto mereka. "Jika Anda terus berlatih Falun Gong, kami akan menangkap putri Anda," kata seorang petugas kepada mereka.
Ketakutan oleh polisi, Ma mulai merasa pusing setelah kembali ke rumah. Dia menderita stroke tiga hari kemudian dan dikirim ke rumah sakit.
Keadaannya juga membuat suaminya dalam kesulitan. Dia sekarang sulit tidur dan kelelahan.
Suami Ditangkap Satu Hari Sebelum Pembebasan Istri karena keyakinan mereka
Chuai Zhiang, seorang warga Kabupaten Qianxi, penduduk Provinsi Hebei, ditangkap sehari sebelum istrinya, Chai Junxia, dibebaskan dari hukuman empat tahun, juga karena keyakinannya pada Falun Gong.
Otoritas penjara hanya mengizinkan Chuai dan putranya untuk mengunjunginya dua atau tiga kali selama masa hukuman empat tahun penjara.
Chuai Junxia dan putranya
Chuai berada di rumah sendirian pada 12 Desember 2019 ketika sekelompok petugas menerobos masuk. Para petugas merekam Chuai sedang mengerjakan laptop-nya sebelum mencoba mengambil komputer. Ketika dia menolak, polisi menuduhnya “mengganggu penegakan hukum.” Mereka menangkapnya dan menyita buku-buku Falun Gongnya.
Chuai dikirim ke Pusat Penahanan Kabupaten Qianxi dan dijatuhi 14 hari penahanan. Tidak ada anggota keluarga yang diizinkan untuk mengunjunginya pada saat penulisan.
Wanita Tiongkok-Jepang Tiba-tiba Menjadi Janda Saat Ditahan di Tiongkok karena Keyakinannya pada Falun Gong
Tian Xiaohong, seorang praktisi Falun Gong yang tinggal di Jepang, kembali ke Tiongkok untuk kunjungan keluarga pada Februari 2019. Dia ditangkap pada tanggal 1 April dan sekarang menghadapi persidangan. Suaminya, seorang warga negara Jepang, meninggal ketika dia ditahan di Tiongkok. Dia tidak diizinkan kembali ke Jepang untuk mengurus pemakaman dan masalah hukum terkait.
Tian, 49, adalah penduduk asli Kabupaten Longshan, Provinsi Hunan. Dia memiliki salon rambut yang sukses di Tiongkok. Dia pindah ke Prefektur Mie Jepang lebih dari sepuluh tahun yang lalu setelah menikah dengan warga negara Jepang.
Sebelum perjalanannya kembali ke Tiongkok pada bulan Februari tahun ini, Tian mengirim sekotak materi Falun Gong ke kota kelahirannya, berharap untuk membagikannya kepada penduduk desa setempat ketika ia sampai di sana. Pengiriman itu dicegat oleh polisi Kabupaten Longshan, yang mulai mengawasinya setelah ia kembali ke kota asalnya untuk mempersiapkan dan menghadiri pernikahan putrinya. Petugas dari Kantor Polisi Tongche menangkap Tian pada 1 April. Komunikasi terakhirnya dengan praktisi Jepang adalah pada malam hari tanggal 1 April.
Bunda Warga Inggris Ditangkap karena Berlatih Falun Gong
Han Fei, berusia 49 tahun dan seorang warga Beijing, ditangkap pada tanggal 4 Desember 2019 karena keyakinannya pada Falun Gong. Putrinya, Li Hui, seorang warga Inggris, menyerukan kepada masyarakat internasional untuk membantu menyelamatkan ibunya dan dia juga menuntut agar polisi segera melepaskan ibunya.
Han Fei
Li berkata dia menelepon ibunya pada tanggal 4 Desember 2019, tetapi tidak ada yang menjawab. Ketika Li menghubungi ayahnya sekitar jam 6:00 pagi pada tanggal 5 Desember, ayahnya mengatakan kepadanya bahwa Han telah ditangkap sebelum dia pulang kerja pada tanggal 4 Desember.
Rumah mereka berantakan setelah penggerebekan polisi. Buku-buku Falun Gong, materi informasi Han, komputer dan printer Han hilang. Suami Li mengetahui dari seorang tetangga bahwa sekitar sepuluh petugas polisi datang dengan dua mobil sekitar jam 5:00 pagi pada tanggal 4 Desember dan menangkap istrinya. Dia dibawa dengan borgol.
Suami Han tidak diizinkan untuk mengunjunginya dan diberi tahu bahwa hanya seorang pengacara yang bisa mengunjunginya. Dia berbicara dengan beberapa firma hukum pada tanggal 10 Desember, tetapi mereka semua mengatakan mereka tidak berani mengambil kasus Falun Gong.
Suaminya mengetahui dari orang dalam bahwa kondisi kehidupan di pusat penahanan sangat buruk, dengan 47-49 orang berdesakan di sebuah ruangan kecil berukuran 50 meter persegi. Hanya beberapa orang yang memiliki kemewahan untuk berbaring dan tidur, sementara kebanyakan narapidana harus berdiri atau duduk di malam hari.
Penganiayaan Berulang
Setelah Dipenjara Sepuluh Tahun, Pria Beijing Ditangkap Karena Keyakinannya Lagi
Setelah mengalami satu dekade penganiayaan di penjara, Shi Shaoping, 48, ditangkap lagi pada tanggal 18 November 2019 karena keyakinannya pada Falun Gong.
Shi, yang memegang gelar master dari Institut Fotokimia di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, dibawa pergi oleh polisi dari rumahnya di Beijing. Tidak jelas di mana dia saat ini ditahan.
Shi Shaoping
Karena berlatih Falun Gong, Shi ditangkap pada tahun 2001 dan dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara.
Para penjaga di Penjara Qianjin di Beijing memilih tahanan yang kejam untuk memantau dan menyiksa Shi, untuk memaksanya melepaskan Falun Gong.
Para tahanan sering memukuli dan melecehkannya. Mereka juga membatasi penggunaan kamar kecilnya selama sebulan penuh, selama waktu itu dia tidak bisa buang air besar.
Mereka juga menyiksanya dengan membuka jendela selama musim dingin untuk membuat dia terkena angin yang membeku.
Para tahanan sering melarang Shi tidur dan memaksanya duduk di kursi kecil tanpa bergerak selama hampir 20 jam setiap hari, selama bertahun-tahun.
Otot-otot di kakinya berhenti berkembang karena duduk paksa dalam jangka panjang. Kurangnya tidur dan tekanan mental yang sangat besar juga berdampak pada kesehatan Shi.
Setelah 9,5 Tahun Penjara, Wanita 79 Tahun Ditangkap Dua Kali Dalam Enam Bulan Karena Keyakinannya
Zhao Yulan, seorang warga 79 tahun dari Kota Fushun, Provinsi Liaoning, ditangkap pada tanggal 18 April 2019. Meskipun ia dibebaskan tidak lama setelah itu karena kondisi fisiknya, ia ditangkap lagi pada tanggal 26 Oktober 2019.
Sebelum penangkapan terbarunya, Zhao menjalani dua hukuman penjara, selama total 9,5 tahun, karena keyakinannya.
Selama dia dipenjara, putranya menderita depresi berat dan menderita masalah ginjal. Dia meninggal pada Juni 2016 pada usia 47 tahun, tiga bulan sebelum Zhao dibebaskan.
Setahun kemudian, pada November 2017, mantan majikan Zhao, Fushun Mining Group, menangguhkan pensiunnya dan menuntut agar dia mengembalikan semua manfaat pensiun yang telah diterimanya selama masa hukuman 4,5 tahun kedua. Mereka mengatakan bahwa ini diperlukan sebelum pensiunnya dapat diteruskan.
Setelah Dipenjara selama 15 Tahun, Wanita Yunnan Ditangkap Lagi karena Keyakinannya
Tujuh bulan setelah He Lianchun selesai menjalani hukuman sepuluh tahun karena keyakinannya pada Falun Gong, dia ditangkap lagi dan sekarang menghadapi penuntutan lebih lanjut.
He Lianchun di foto yang tidak bertanggal
He, seorang penduduk Kabupaten Mengzi, Provinsi Yunnan, pindah ke Kota Kunming, ibu kota provinsi, setelah dia dibebaskan dari penjara pada tanggal 2 Februari 2019. Dia menemukan pekerjaan di sana.
Dia ditangkap pada tanggal 25 September 2019 ketika mengunjungi Wang Huizhen, yang telah ditangkap sehari sebelumnya karena membaca buku-buku Falun Gong dengan beberapa orang lain. (Wang kemudian dibebaskan karena kondisi medis. Seorang petugas tinggal di rumah Wang untuk mengawasinya.)
Polisi kemudian mengirim He kembali ke Kabupaten Mengzi dan menahannya di Pusat Penahanan Honghezhou.
Polisi juga menggeledah rumah ayahnya di Kabupaten Shiping pada tanggal 27 September dan menyita beberapa barang pribadinya.
Keluarga He diberitahu pada tanggal 2 November 2019 bahwa penangkapannya telah disetujui.
Sebelum penangkapan terbarunya, He dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara pada Oktober 2001 karena berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong. Dia dibebaskan 1,5 tahun sebelumnya.
Dia ditangkap lagi pada Juni 2009 dan dijatuhi sepuluh tahun. Kantor 610 setempat memaksa suaminya untuk menceraikannya dan menikahi wanita lain.
He menjadi sasaran berbagai jenis penyiksaan saat ditahan, termasuk dipaksa duduk di kursi kecil untuk waktu yang lama, ditolak menggunakan kamar kecil, dan dikurung di sel isolasi. Dia juga mengalami ratusan sesi paksa makan yang menyebabkan kerusakan parah pada mulut, hidung, gigi, dan perutnya. He dalam kondisi kritis dua kali akibat dari pemberian paksa makan.
Laporan terkait:
Minghui Report: 325 Falun Gong Practitioners Arrested in November 2019
Minghui Report: 274 Falun Gong Practitioners Arrested in October 2019
Minghui Report: 636 Falun Gong Practitioners Arrested in September 2019
Minghui Report: 548 Falun Gong Practitioners Arrested in August 2019
Minghui Report: 922 Falun Gong Practitioners Arrested in July 2019
Minghui Report: 2,014 Falun Gong Practitioners Arrested for Their Faith in First Half of 2019
Minghui Report: 341 Falun Gong Practitioners Arrested in May 2019
Minghui Report: 688 Falun Gong Practitioners in China Arrested in April 2019
Minghui Report: 245 Falun Gong Practitioners Arrested in March 2019
Minghui Report: 101 Falun Gong Practitioners Arrested in February 2019
Minghui Report: 181 Falun Gong Practitioners Arrested in January 2019
Minghui Report: Nearly 9,000 Falun Gong Practitioners Arrested or Harassed in 2018 for Their Faith
Seluruh konten dilindungi oleh hak cipta © 2023 Minghui.org