(Minghui.org) Sebuah tarian naga emas Tiongkok digelar oleh praktisi Falun Gong menjadi sorotan dalam Pekan Budaya Internasional di Lünen, Jerman, pada akhir Oktober 2020. Ruhr News, surat kabar lokal terbesar, menerbitkan artikel tentang koordinator tim tarian naga, berjudul “Jufeng Guo: Thrown in Labor Camp in China, Happiness Found in Lünen.”

Artikel tersebut menceritakan penganiayaan yang dialami Guo di Tiongkok karena berlatih Falun Gong dan beberapa informasi tentang kehidupannya di Jerman.

Artikel tentang praktisi Falun Gong Jufeng Guo dicetak di Ruhr News Jerman pada 20 Oktober 2020.

Laporan tersebut berkata Guo telah tinggal di Jerman selama 12 tahun tapi lahir sekitar 8,000 kilometer dari Lünen di Timur Laut Tiongkok dua tahun sebelum Revolusi Kebudayaan berakhir. “Ia tumbuh besar dalam budaya komunis baru, tapi ia tidak bisa menyesuaikan diri dengannya.”

Tahun 1995, Guo mempelajari Falun Gong. Itu adalah latihan energi yang meliputi meditasi, tapi berbeda dengan latihan energi lainnya, dalam latihan itu praktisi Falun Gong mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Tahun 1999, rezim Tiongkok melancarkan penganiayaan berskala nasional terhadap Falun Gong dan menjebloskan ribuan praktisi ke kamp kerja. Guo dijebloskan ke kamp kerja tiga kali dan dipaksa bekerja dalam kondisi mengerikan di sebuah tambang. Guo berkata kepada wartawan, “Kami bekerja dengan palu dan tangan kami. Sarung tangan kami rusak dengan cepat.”

Ketika Olimpiade digelar di Tiongkok tahun 2008, Guo bekerja untuk perusahaan Jerman. Ia pergi ke Jerman untuk perjalanan bisnis dan tidak pernah kembali ke Tiongkok. Ia sekarang bekerja sebagai insinyur kelistrikan di Jerman dan mendedikasikan dirinya pada budaya Tiongkok dalam waktu luangnya. Ia telah menerbitkan artikel tentang pengalamannya di Jerman dalam surat kabar berbahasa Tionghoa. Ia juga menuliskan kaligrafi Tionghoa dan membagikan foto masakan khas kampung halamannya.

Praktisi Falun Gong memperagakan tarian naga di Pekan Budaya Internasional di Lünen

Artikel tersebut menjelaskan bagaimana Guo membuat koreografi tarian naga dengan mempelajari tarian naga secara detail jadi ia bisa mementaskan tarian naga yang akurat kepada para penonton selama Pekan Budaya Internasional. “Naga itu sangat spesial bagi orang Tiongkok. Ia adalah makhluk suci. Saya membuat dokumen pelatihan dan video tutorial terkait. Setiap penari dan gerakan diberikan nomor. Kami menghabiskan banyak waktu belajar dan berlatih,” kata Guo kepada Ruhr News.

“Saya bahagia bisa memberikan kegembiraan kepada para penonton kami. Tujuan saya dengan tarian naga adalah membawa keberuntungan bagi Lünen. Saya tersentuh ketika melihat pelangi saat pementasan kami,” kata Guo.

Guo menikmat hidup di Lünen dan melakukan latihan Falun Gong di taman dengan praktisi lainnya setiap hari Minggu. Ia merindukan keluarga dan kampung halamannya di Tiongkok karena ia sudah tidak bisa pulang selama 12 tahun, tapi ia berharap bahwa ia bisa pulang suatu hari nanti ke Tiongkok yang lebih baik.