BAB 5

ROH JAHAT MEREBUT TAKHTA – KEBUDAYAAN MUSNAH


Demi menyelamatkan makhluk hidup di masa terakhir, Sang Pencipta secara pribadi telah membangun kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa yang terhubung ke Langit, secara sistematis telah mengatur unsur-unsur yang terhubung dengan Langit (Tuhan) dari berbagai bidang dalam kebudayaan tradisional. Dengan menghancurkan kebudayaan semacam ini, juga artinya telah memotong putus hubungan antara manusia dan Tuhan. “Kebudayaan” dari orang Tiongkok di zaman sekarang dengan tradisi leluhur sudah sangat berlawanan. Roh jahat telah mencuri kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa dan menukarnya dengan sistem ideologi ateisme, membuat kebudayaan manusia kehilangan akarnya, nilai-nilai tradisionalnya tidak lagi eksis, unsur-unsur yang terhubung dengan Tuhan telah dirusak. Dengan memusnahkan kebudayaan semacam ini, berarti dapat secara langsung memusnahkan manusia.

Buku ini telah mengungkapkan kepada pembaca bahwa iblis merah komunis “membunuh” manusia di tingkat materi dan “menipu” manusia di tingkat ideologi. Bab ini akan mengungkap penggulingan dan pemusnahan menyeluruh terhadap kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa, yang dilakukan oleh partai komunis dalam skala yang jauh lebih luas, melampaui apa yang bisa terlihat oleh mata manusia.

I. MENCURI LANGIT MENGGANTI MATAHARI, MEREBUT TAKHTA KEKUASAAN TUHAN

1. PARTAI KOMUNIS TIONGKOK MEREBUT TAKHTA TUHAN

Tuhan menciptakan manusia dengan meniru rupa sendiri, itu sebabnya setiap manusia memiliki sifat ke-Tuhan-an, secara konkret termanifestasi dalam hal manusia memiliki hati untuk mencari kebenaran dan mengarah kepada kebajikan, ada kebutuhan untuk meningkatkan jiwa ke tingkat lebih tinggi, ada penantian untuk pulang kembali ke tempat asal yakni Kerajaan Langit. Berpadanan dengan ini, setiap kebudayaan di dalam strukturnya, selalu ada sebuah posisi sangat tinggi tiada banding, ada bangsa yang menyebutnya dengan “Tao”, ada bangsa yang menyebutnya dengan “Dewa”. Kami menyebut posisi ini sebagai “takhta Tuhan”.

Setelah partai komunis merebut kekuasaan politik di dunia, dengan menggunakan kekerasan, telah memusnahkan peninggalan budaya bangsa Tionghoa. Namun, takhta Tuhan dalam kebudayaan bangsa Tionghoa, bukan saja merupakan struktur yang didirikan pada saat Tuhan menanamkan kebudayaan, tapi juga merupakan kandungan makna yang diberikan kepada manusia saat Tuhan menciptakan manusia. Pengaturan yang terhubung dengan Langit semacam ini sangat tidak mudah untuk dilepas. Di tengah gerakan jangka panjang partai komunis yang “anti-Tuhan”, roh jahat yang terakumulasi dari kebencian dan materi sampah di dalam alam semesta, atau yang disebut “roh jahat komunis”, secara diam-diam telah merasuki “takhta Tuhan” dalam hati manusia dan dalam struktur kebudayaan bangsa Tionghoa yang telah direbut hingga kosong, dan dengan khidmat, cemerlang dan agung berpura-pura menjadi “Tuhan sejati”.

Di atas “takhta Tuhan” ini, partai komunis telah menjadi pencipta “prinsip sejati” dan “moralitas”. Ia melaksanakan ateisme, memaksa orang-orang melupakan Tuhannya sendiri, agar orang-orang beranggapan diri sendiri tidak memiliki akar, maka berarti kehidupan kali ini, setelah meninggal semuanya sudah selesai. Partai komunis membuat manusia tidak memercayai jiwanya yang mengalami reinkarnasi sebagai kehidupan yang sesungguhnya, tidak mengakui hubungan asal muasal dengan Tuhan. Ketika Tuhan belum meninggalkan manusia, partai komunis memaksa dan memikat manusia untuk menolak Tuhan terlebih dahulu, dengan demikian umat manusia telah didorong hingga ke ambang pemusnahan. Konspirasi yang maha besar ini, sungguh teramat jahat.

Propaganda “ateisme” oleh partai komunis, bukan saja ingin menyangkal bahwa jiwa manusia berasal dari Tuhan, tapi juga memiliki setingkat makna, yaitu ingin menutupi bahwa ia sendiri bukanlah Tuhan melainkan esensi sebenarnya adalah “roh jahat”. Secara konkret, ada dua aspek:

Pertama, jika manusia percaya keberadaan Tuhan, maka akan percaya adanya iblis. Di dalam agama apa pun, “Tuhan – setan” dan “Buddha – iblis” selalu tampil berlawanan, karena pada saat Tuhan menyelamatkan manusia pasti akan memberitahu manusia: “Manusia di dalam iman akan menghadapi rintangan, rintangan-rintangan ini kebanyakan merupakan godaan dari iblis.” Itu sebabnya partai komunis memberitahu manusia bahwa “Tuhan itu tidak ada”, maka juga berarti sama saja memberitahu manusia bahwa “tidak ada iblis”, dengan demikian telah menutupi wujud sejatinya bahwa ia adalah iblis.

Kedua, ketika manusia tidak percaya keberadaan Tuhan, maka manusia telah melepas penyelamatan Tuhan. Dengan demikian, meskipun Tuhan ingin menyelamatkan manusia, manusia juga tidak menerimanya, Tuhan pada akhirnya terpaksa meninggalkan manusia. Di saat seperti itu dengan sendirinya manusia akan terjatuh ke dalam genggaman iblis.

Setelah Revolusi Kebudayaan, orang Tiongkok saat mengulas kembali sejarah, menyadari bahwa dedengkot Partai Komunis Tiongkok juga telah dimuliakan di atas “altar Tuhan”. Ini adalah pemahaman yang sangat dangkal: bagaimana partai bisa memuliakan pemimpin partai di atas “altar Tuhan”? Esensi dari fenomena ini adalah: roh jahat komunis telah merebut takhta dalam kebudayaan bangsa Tionghoa dan dalam hati orang Tiongkok yang aslinya adalah milik Tuhan.

Semua bangsa di dunia yang mengalami penderitaan tak terhitung, tak satu pun yang tidak dikarenakan terlalu awal telah meninggalkan Tuhannya sendiri. Tanpa adanya perlindungan dari Tuhan, penderitaan bagaikan bayangan yang senantiasa mengikuti, masa depan penuh dengan kegelapan.

Seorang manusia teramat menderita bila dirasuki oleh roh jahat; sebuah negara bila dirasuki oleh roh jahat, maka kekuasaan negara berada di tangan roh jahat, otak besar dari sebuah bangsa bila telah dikendalikan oleh roh jahat, maka bangsa ini dipastikan mengalami ribuan bencana dan tidak bisa bangkit lagi. Bahkan para pemimpin partai jahat juga tidak dapat meloloskan diri dari akhir tragis seperti lainnya. Itu sebabnya mengenali dengan jelas roh jahat dan mencampakkan roh jahat merupakan misi bersama dari umat manusia.

2. MEMUSNAHKAN KEBUDAYAAN BANGSA TIONGHOA YANG TERHUBUNG DENGAN LANGIT

Kebudayaan bangsa Tionghoa sejak awal memang berisikan mekanisme sejati yang terhubung dengan Langit, yaitu agar manusia mendatang yang memperoleh penyelamatan dapat memahami dengan jelas pengaturan menyeluruh yang dilakukan oleh Tuhan melalui isyarat dan pertanda dari-Nya. “Fuxi mempelajari hukum alam dengan pengamatan langit, mempelajari hukum di bumi dengan menelaah aturan-aturan di bumi” dari Era Monarki [1] mencatat bahwa Fuxi menciptakan Shu Qi [2] dan Bagua [3]. Dalam setiap generasi setiap dinasti selama lima ribu tahun, Tuhan menuntun bangsa Tionghoa dengan tanpa henti memperkaya keaneka-ragaman kandungan makna dari kebudayaan bangsa Tionghoa, yang luas dan mendalam, serta mencukupinya untuk mewujudkan perhatian dan perlindungan dari Tuhan.

Manusia adalah umat Tuhan, hasil ciptaan Tuhan. Di satu sisi, fisik eksternal dan sifat internal dari manusia adalah diciptakan oleh Tuhan sesuai dengan karakterNya. Nilai-nilai etika hidup manusia adalah berasal dari Tuhan, maka manusia seharusnya mengultivasikan moralitas dan menghormati Langit, berbuat mengikuti kehendak Langit untuk membalas karunia Langit; di sisi lain, tubuh manusia merupakan sebuah alam semesta kecil, di dalam Huangdi Neijing [4] telah dijelaskan lima sistem besar dalam tubuh manusia dengan lima organ [5] sebagai intinya, dengan lima elemen terhubung pada alam semesta berbagai aspek sisi dunia eksternal, yang juga disebut “manusia selaras dengan jalan Langit (Tao Langit)”. Bila manusia berkultivasi dengan mengikuti Jalan Langit (Tao Langit) dapat terjaga kesehatannya, bahkan dapat memperoleh Tao yakni pulang kembali ke Kerajaan Langit Tuhan. Ini adalah kebudayaan kultivasi yang meresap dalam peradaban bangsa Tionghoa.

Berbagai aspek dari kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa adalah terhubung dengan Langit: tubuh manusia, Yin Yang, Lima Elemen, Bagua, Taiji, Hetu, Luoshu, pengobatan tradisional Tiongkok, aksara, musik… semua saling terhubung dengan seluruh aspek alam semesta, manusia menyebutnya “holografik” (holographic principle). Orang yang paham akan mengerti dengan melihat hubungan terkait di dalamnya, di antaranya: ada lingkup alam semesta, ada fenomena Langit, ada Yin dan Yang, ada Pi dan Tai (nasib baik dan buruk, dalam kitab I Ching), ada baik dan jahat, iblis akan membuat kekacauan, nasib buruk menimpa, Tuhan akan menyelamatkan manusia, manusia harus menentukan pilihan, dan lain-lain.

Di tengah proses merusak kebudayaan tradisional, iblis merah komunis juga melakukan pembedahan pada tubuh manusia, sayatan demi sayatan, memotong hati nurani, kehidupan, pengetahuan milik manusia hingga terputus dengan Tuhan, agar manusia kebingungan dan tersesat, tidak ingin memahami bahkan bila ingin pun tidak mampu memahami kandungan makna dari kebudayaan yang terhubung dengan Langit. Tujuan dan taktik dari iblis merah adalah memutus hubungan antara manusia dengan Tuhan. Manusia bila tidak dapat memahami kandungan makna dari kebudayaan tradisional, maka kriteria moralnya akan hilang, perilaku umat manusia akan bermutasi jatuh merosot, bahkan akan dimusnahkan, inilah cara iblis merah mewujudkan tujuan terakhirnya.

3. JALAN HIDUP YANG MENGHORMATI TUHAN MENYEMBAH LANGIT TELAH DIDONGKEL

Setelah merebut takhta Tuhan, roh jahat komunis secara menyeluruh mengatur kembali isi dan gaya hidup manusia.

Dalam tradisi bangsa Tionghoa, melakukan persembahan untuk menghormati Tuhan adalah acara besar kenegaraan yang menjadi prioritas utama, tingkat pentingnya ditempatkan di depan urusan militer. Menghormati Tuhan merupakan fenomena kebudayaan dan realitas kehidupan yang paling signifikan dan yang paling penting dalam tradisi bangsa Tionghoa selama ribuan tahun.

Bagi orang Tiongkok, Tuhan berada di mana-mana, dari lahir tua sakit mati, melakukan pernikahan mengikat jodoh, melahirkan dan membesarkan anak, mengecap pendidikan mengejar karier, keberuntungan kekayaan dan nasib, segala hal dari keberuntungan dan kemalangan, kesuksesan dan kegagalan, semuanya ada dalam pengaturan Dewa-Dewa di berbagai tingkat berbeda. Pepatah lama mengatakan “tiga kaki di atas kepala ada Dewa”. Di atas para Dewa, adalah “Tuhan di atas Langit” atau “Kaisar Langit”, “Maha Kaisar”. “Kaisar Langit” di zaman Tiongkok kuno, secara khusus merujuk pada “Dewa Tertinggi” alam semesta, yaitu “Sang Pencipta”, namun bukanlah pengertian umum dari para Dewa.

Oleh karena itu, kebudayaan tradisional selalu menekankan menghormati Tuhan memuja Buddha, manusia harus menghormati Tuhan menyembah Langit agar terhubung dengan Tuhan, mengultivasikan kebajikan (De) dengan mengikuti kehendak Langit, memohon perlindungan-Nya dan peruntungan baik, ini adalah jalan hidup dari bangsa Tionghoa.

Dalam masyarakat tradisional, orang percaya bahwa dasar dari etika masyarakat dan nilai-nilai moral adalah ditetapkan oleh Tuhan bagi manusia, maka disebut “hati nurani prinsip Langit”. Setelah melakukan hal buruk walaupun tidak ada orang yang melihatnya, namun “Tuan Langit memiliki mata” dapat melihatnya. Kebaikan dan kejahatan ada balasannya merupakan pengetahuan umum yang dasar, orang yang terus melakukan kejahatan besar, seperti yang terjadi sekarang: susu bubuk beracun [6], minyak selokan [7], melihat orang sekarat namun tidak menolong [8] dan lain-lain, yang dikutuk sebagai “biadab” (lit: dibasmi Langit), tidak saja diri sendiri akan mendapat hukuman dari Tuhan di atas Langit, tapi juga akan membawa bencana bagi leluhur dan anak cucu.

Orang Tiongkok percaya, Tuhan menggunakan prinsip Langit yang abadi untuk mengukur segala sesuatu di dunia manusia. Prinsip Langit yang tidak berubah semacam ini, telah mendirikan nilai-nilai moral dasar yang membuat masyarakat stabil dalam aktivitasnya.

Dalam kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa, para raja yang dikagumi oleh generasi baru seperti Shennong, Huangdi, Kaisar Yao, Kaisar Shun, hingga Xia Yu (Da Yu) semuanya pernah mengadakan upacara akbar Menyembah Langit dan Bumi di Gunung Tai [9], yang disebut “Fengchan”. “Tian Tan” (Temple of Heaven: Altar Langit, terletak di Beijing) yang didirikan oleh Kaisar Yongle dari Dinasti Ming pada tahun ke-18 masa pemerintahannya (1420), menjadi tempat menyembah Langit dari dua dinasti Ming dan Qing, luas areanya empat kali lebih besar dari Istana Terlarang dan merupakan bangunan terbesar untuk memberikan persembahan dalam sejarah Tiongkok.

Sebelum berdirinya PKT, kuil, biara Tao, aula sembahyang, vihara Buddha tersebar di seluruh Tiongkok. Begitu memasuki kuil, selain patung Dewa dan Buddha yang welas asih, juga ada Vajra dan Hakim Langit yang berwibawa, atmosfer yang khidmat serta sabda yang mengingatkan manusia, dengan sendirinya membuat orang kagum dan hormat.

Roh jahat komunis telah menghancurkan semua patung Dewa di dalam kuil yang senantiasa menghubungkan manusia dengan Tuhan, juga dengan tipuan dan propaganda membuat orang Tiongkok sepenuhnya terpisah dengan jalan hidup tradisional. Kebudayaan partai menggunakan kata “takhayul” untuk memotong habis segala konten yang berkaitan dengan Tuhan dalam kehidupan manusia. Kini konsepsi kandungan makna tentang “Tuhan” telah diberantas dari kehidupan sehari-hari orang Tiongkok. Ketulusan dan kerendahan hati dalam menyembah Tuhan telah diganti menjadi sumpah darah “bertarung hingga akhir hayat” saat bergabung dengan partai, liga pemuda, pionir muda dari roh jahat yang merebut takhta Tuhan, bahkan kata meninggal pun diganti menjadi bertemu dengan Karl Marx, pengikut ajaran sesat roh gentayangan yang berasal dari Barat. Tidak pernah terpikir oleh manusia bahwa berjuang sepanjang hidup demi ajaran sesat komunis adalah pengkhianatan terhadap Tuhan, adalah menumpahkan darah mengorbankan nyawa [10] demi roh jahat yang telah merebut takhta Tuhan.

Partai membuat realita manusia benar-benar terpisah dengan Tuhan. PKT telah mengubah “Tuhan” menjadi sebuah konsepsi kosong di dalam hati manusia. Ketika “Tuhan” menjadi sebuah konsepsi abstrak yang sederhana, maka hilanglah hubungannya dengan kehidupan sehari-hari manusia. Masyarakat zaman sekarang hanya tahu secara garis besar, memohon pada Tuhan hanya demi mempunyai putra, memperoleh kekayaan, naik jabatan dan lulus sekolah, sama sekali tidak menduga bahwa acap kali yang datang malah rubah, musang, hantu, ular (roh yang menempel). Tuhan ingin menyelamatkan manusia, namun manusia sudah tidak mengenali Tuhan, sebaliknya malah memohon dan menyembah setan iblis, bukankah itu sangat berbahaya!

4. MEMBANGUN MEDAN AJARAN IBLIS YANG BERKEBUDAYAAN PARTAI

Hanya merampok habis segala yang diciptakan oleh Tuhan dari manusia, roh jahat komunis sama sekali tidak puas. Demi merealisasikan tujuan terakhirnya, pada saat yang sama ia telah membangun suatu medan ajaran iblis yang berkebudayaan partai di dunia, agar manusia hidup “secara alami” di dalamnya tanpa menyadarinya sama sekali. Dengan pembantaian dan kekerasan partai memaksa orang hidup di dalamnya, dan “menipu” besar-besaran agar manusia terbiasa hidup di dalamnya, sampai manusia beranggapan dunia memang demikian terbentuknya, secara sadar tunduk pada aturan dan batasan dalam medan materi ini, berpikir dengan pikiran partai komunis dan berkata dengan perkataan partai komunis. Partai berkata, “Tanpa partai komunis maka tidak akan ada masa depan Tiongkok.” Warga pun berpikir, “Jika meninggalkan partai komunis, siapa lagi yang mampu memimpin negara kita”; partai berkata: “Anti-partai berarti anti-Tionghoa”, masyarakat pun menjadi kebingungan antara siapa partai dan siapa Tiongkok.

Dalam negara partai, warga tidak memiliki kebebasan beragama, tidak dapat secara bebas memilih kepercayaan mereka. Manusia tidak percaya adanya Tuhan, tidak tahu bahwa diri sendiri memiliki hak untuk percaya pada Tuhan, trik jahat partai komunis telah berhasil.

Semua orang yang memiliki kepercayaan mengetahui bahwa Tuhan dalam menyelamatkan manusia, juga ada Kerajaan Langit yang berpadanan. Partai juga menirunya dengan menciptakan sebuah lingkup kehidupan yang berkebudayaan partai bagi rakyat Tiongkok, sebuah lingkungan materi dunia manusia yang tidak memiliki Tuhan dan tersegel rapat.

Kebudayaan partai memiliki seperangkat kriteria kehidupan, juga memiliki seperangkat sistem bahasa, yang secara komprehensif mencakupi seluruh detail kehidupan negara partai. Di antaranya terdapat redefinisi terhadap “surga”, ada sistem teori untuk memfitnah dan menyangkal Tuhan, ada konstitusi partai ajaran iblis milik partai, ada aturan dan organisasi kehidupan dari ajaran iblis partai, ada program untuk mewujudkan tujuan roh jahat, ada ideologi panduan “revolusi”, ada jalur organisasi dan kader dari ajaran iblis partai, ada gelar bagi staf pendidik yang mengajarkan ajaran iblis partai, ada mobilisasi dan pelaksanaan “gerakan”, ada prosedur kerja untuk mengubah manusia, ada kriteria audit untuk promosi yang bertentangan dengan moral, ada sistem penghargaan dan hukuman yang bertentangan dengan hati nurani dan prinsip Langit, ada pelatihan untuk mengubah dan mencelakakan manusia, ada mekanisme cuci otak, ada institusi yang menyebarkan ajaran sesat, ada media yang tidak ada satu pun perkataannya yang benar kecuali tanggalnya, ada seni yang tidak mirip jika memerankan orang baik tapi tidak perlu akting dalam menampilkan orang jahat… masih banyak lagi hal seperti diatas dan tak dapat disebutkan satu persatu.

Partai mengulang kebohongan sampai ratusan kali, sehingga berubah menjadi kebenaran dan tujuan untuk maju. Arogansi partai yang bernafsu menaklukkan dunia, telah menjadi kebanggaan warganya. Partai memberi warga sebuah “kecukupan” [11] yang datang terlambat dan tidak memenuhi syarat, masyarakat menjadi sangat puas, dari orang miskin akhirnya berubah menjadi orang kaya yang penuh mentalitas pamer. Jika partai memberi sedikit kenaikan gaji ke semua orang, mencetak uang kertas dengan nominal seribu yuan, namun esok harinya membuat kualitas hidup manusia berjatuhan, janganlah terkejut. Taktik partai selamanya berubah-ubah dan acapkali tidak teratur, namun esensi dari partai tidak berubah, juga tidak akan berubah.

Dalam kebudayaan partai masih ada jurus “ketakutan”. Partai juga tahu bahwa diri sendiri terlalu jahat, tak mampu mencegah orang-orang mencaci partai. Baiklah, kalau begitu biarkanlah orang-orang menggerutu. Jika berani mengkritik dengan benar, Gao Zhicheng dan pengacara lainnya yang mendukung keadilan adalah “contohnya”. Di dalam situasi PKT merenggangkan secara terbatas, begitu menyentuh garis batas yang tidak diizinkan partai, maka hukuman penyiksaan di penjara menanti Anda. Orang tidak berani menyentuh saraf sensitif partai, tidak berani menantang garis bawah partai yang rapuh, karena ketakutan sebenarnya ada di mana-mana. Walaupun hidup di luar Tiongkok, ketakutan juga ikut terbawa mengikuti tubuh dan tidak mau dilepas, begitu pintu ditutup, bersembunyi di dalam toilet pun belum tentu berani mencaci partai. Ini sungguh merupakan sebuah medan materi budaya partai yang sangat sulit dihindari, bahkan dapat “melampaui batasan ruang waktu”, pergi kemana pun selalu terbawa.

II. BAHASA DAN TULISAN WARISAN DEWA DENGAN AKSARA MANDARIN YANG CACAT

1. TULISAN WARISAN DEWA, MENYIMPAN RAHASIA LANGIT

Bahasa dan tulisan merupakan komponen utama dari kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa. Berbeda dengan jenis tulisan lainnya di dunia, aksara Mandarin sangat mirip dengan aksara di langit, hanya saja goresannya tidak sama, pengucapan aksara Mandarin juga memiliki hubungan yang terkait dengan alam semesta.

Raja suci kuno: Fuxi mengamati fenomena Langit, meneliti geologi di Bumi, mempelajari bahasa burung dan binatang, mengamati dari yang paling dekat yakni tubuh sendiri, hingga meneliti semua makhluk yang paling jauh, kemudian menciptakan “Shu Qi” (secara umum bermakna: aksara) dan Bagua [12], yang digunakan untuk berkomunikasi dengan Tuhan serta menampilkan situasi dan kondisi dari semua makhluk di antara Langit dan Bumi. Pada kitab “Xi Ci – Yi Jing” (Zhouyi) tercatat, “Setelah Bagua tercipta, setiap pasang (trigram) saling bertumpuk, menjadi enam puluh empat bentuk dan juga menjadi perubahan (Yi), segala hal di kolong Langit telah tercakup di dalamnya, tidak ada yang ketinggalan”. Tujuannya agar generasi selanjutnya dapat memahami kehendak Langit melalui enam puluh empat bentuk dari Yi Jing. Sejak awal tercipta, kebudayaan bangsa Tionghoa memiliki makna mendalam dan langsung terhubung dengan Langit, secara menyeluruh merefleksikan wujud sejati dari Langit dan Bumi di alam semesta, disebut juga “holografik” (Holographic Principle). “Yi” pada dasarnya tidak memiliki tulisan, maka disebut sebagai kitab Langit tanpa tulisan.

Dengan cara yang sama, kepada manusia, Tuhan mewariskan tulisan untuk memudahkan mencatat dan digunakan, karena Bagua dan aksara Mandarin keduanya merupakan refleksi holografik dari esensi semua makhluk di antara Langit dan Bumi, masyarakat juga dapat memahami kehendak Langit dengan tafsir aksara. Di era Huangdi (Kaisar Kuning), Dewa Changjie [13] dengan merujuk pada Bagua ciptaan Fuxi, telah menciptakan aksara Mandarin. Dari karya Changjie “menelusuri perubahan langit dan bumi, mengamati orbit rasi bintang Kuixing [14], mempelajari guratan cangkang penyu, bulu burung, gunung dan sungai, telapak tangan lalu menciptakan tulisan” (Kitab “Chun Qiu Yuan Ming Bao”, Tunas Kehidupan Pertama Musim Semi & Gugur). Bisa dilihat, aksara Mandarin dan Bagua memiliki sumber yang sama, prinsip mekanismenya juga terhubung dengan Langit. Dengan cara ini orang Tiongkok mengamati fenomena Langit, untuk memahami kehendak Langit, menaati kehendak Langit dan momentum Langit serta perubahan fenomena Langit; mendorong dan mempelajari ilmu manusia (humaniora), mengajarkan dan mewujudkan peradaban kepada makhluk hidup di kolong Langit, membangun fondasi kebudayaan dari setiap dinasti setiap generasi yang berkelanjutan tanpa henti, sehingga membentuk lima ribu tahun kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa.

Peradaban bangsa Tionghoa terlahir dari ciptaan Tuhan, adalah saling terkait dan terhubung dengan Tuhan, kandungan maknanya luas mendalam. Aksara Mandarin adalah alat untuk meneruskan dan mencatat kebudayaan warisan Dewa bagi bangsa Tionghoa, kandungan maknanya harus sangat luas sehingga mampu menampung sistem kebudayaan warisan Dewa yang begitu tinggi mendalam dan megah tanpa ada yang tertinggal. Masyarakat Timur dan Barat mengatakan, tulisan kuno Tiongkok ibarat “buku Langit”. Ini dikarenakan tulisan kuno Tiongkok memang berisikan rahasia Langit, dan memuat Tao bagi semua makhluk di antara Langit dan Bumi.

2. BAHASA TIONGHOA, DIPENUHI SIFAT ILAHI

Bahasa dari kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa, sepenuhnya berbeda dengan bahasa hari ini yang telah bermutasi karena gaya bahasa partai komunis dan berbagai macam ideologi modern, cukup dengan membandingkan interpretasi huruf “Tuhan” (神, Shen) yang sangat berlainan antara “Kamus Kangxi” (kamus kompilasi yang dibuat pada era Kaisar Kangxi, Dinasti Qing) dengan “Kamus Xinhua” (Kamus Tiongkok Baru, yang diterbitkan oleh PKT), sudah dapat terlihat jelas akan hal ini.

Kamus Kangxi [15] : “Tuhan (神, Shen), [Shuowen] Dewa Langit, yang menciptakan segala makhluk. [Xuyue] aksara Shen (申) artinya memimpin, Penguasa Langit menurunkan Qi [16], menggugah segala makhluk, maka disebut menciptakan segala makhluk. Kitab “Huang Ji Jing Shi” (karya Shao Yong, 1011-1077, dari Dinasti Song Utara) Dewa dari Langit bersemayam di matahari, Dewa pada manusia berdiam di mata. Yang juga disebut dengan Shenming [17].”

Kamus Xinhua (Xinhua Zidian): “Tuhan, bagi orang takhayul disebut Pencipta segala makhluk pada Langit dan Bumi dan jiwa yang disembah setelah manusia meninggal dunia. Kata-kata yang berkaitan dengan Shen: Dewa (Shenxian). Dewa dan Siluman (Shenguai). Dewa Penguasa (Shenzhu). Kuil Shinto (Shenshe). Shennong. Pastor (pelayan Tuhan; Shenfu). Teokrasi (kekuasaan Tuhan; Shenquan). Utusan Dewa dan iblis (Guishi Shenchai).

Dua istilah “kebudayaan” dan “peradaban” dalam kebudayaan tradisional serta pemahaman dari tulisan yang membentuk dua istilah ini, juga berbeda jauh dengan penjelasan di dalam kamus PKT (Xinhua Zidian).

a. Kebudayaan (Wen Hua, 文化)

Aksara “Wen (文)” dalam kebudayaan Tiongkok, dari raja suci yang mengembangkan “fenomena alam dari Langit (Tian Wen, 天文)” menjadi “fenomena manusia (Ren Wen, 人文)”. Kata “Hua, 化” dari kebudayaan Tionghoa bermakna mengubah atau mentransformasi, merujuk pada pemimpin suci yang mengajarkan peradaban ke seluruh rakyatnya.

Kamus Xinhua: Hua 化 Kamus Kangxi: Hua 化
Perubahan karakteristik atau bentuk: Berubah (Bian Hua , 变化).

Digunakan setelah kata benda atau kata sifat, menyatakan bertransformasi menjadi suatu karakteristik atau kondisi: menjelekkan (Chou Hua 丑化). menghijaukan (Lu Hua 绿化).

Tradisi, kebiasaan: merusak kesopanan
(Shuowen) Hua, mengajarkan perilaku.

(Dao De Jing - Laozi) Saya bersikap Wuwei dan rakyat mengubah dirinya sendiri. Dan dengan “De” (kebajikan) mengubah rakyat.

“Yunhui” (kamus era Dinasti Yuan) : Gerak sirkulasi Langit Bumi dan Yin Yang, dari ada menjadi nihil, dari nihil menjadi ada, hidup mati semua makhluk adalah “Hua”.

Dengan perbandingan kedua tabel di atas maka dapat terlihat makna “Hua” yang tradisional dan makna Hua dari zaman sekarang, bukan saja tidak sama, tapi sangat berbeda bagaikan langit dan bumi. Dalam kebudayaan bangsa Tionghoa, makna asli “Hua” adalah, hidup dan matinya semua makhluk adalah Hua, Hua menumbuhkan semua makhluk. Inilah rahasia sejati dan mukjizat Tuhan yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Tionghoa. Sedangkan iblis merah komunis memampatkan ruang pemikiran manusia, membuatnya menjadi sempit, juga menyebabkan manusia terpisah dari rahasia Langit warisan Dewa dalam kebudayaan.

“Hua” yang tradisional pada tingkat manusia juga bermakna “mendidik”, orang suci dengan “De” mengubah rakyat itulah “Hua”. Dalam sejarah panjang selama lima ribu tahun, setiap kali menciptakan suatu fenomena kebudayaan, Tuhan selalu mengatur fenomena langit, dan akan turun bereinkarnasi menata panggung, memimpin satu generasi atau beberapa generasi manusia untuk dididik secara praktik, mengajarkan manusia agar memahami maknanya, mengerti untuk menikmati, mematuhi, belajar bagaimana menghormati dan mematuhinya, membuatnya menjadi karakteristik dan kualitas dari bangsa Tionghoa. Ini seperti kisah “bakti yang mengharukan langit dan bumi (kisah hidup Kaisar Shun yang menjadi legenda) dari Kaisar Shun yang sangat dicintai masyarakat, Yi (義, kesetiaan) yang diwujudkan oleh sekumpulan ksatria pada era Samkok (Kisah Tiga Negara), dan juga Zhong (忠, abdi negara) yang diwariskan oleh bangsa Tionghoa dalam kisah Yang Liu Lang dan Yue Fei di zaman Dinasti Song Utara-Selatan dan lain-lain.

b. Peradaban (Wen Ming, 文明)

Ming (明) dari peradaban bangsa Tionghoa: bersinar menerangi empat penjuru

Kamus Xinhua: Ming 明 Kamus Kangxi: Ming 明
“Benderang” (Liang), berlawanan dengan “gelap”: terang benderang (Ming Liang) (Shuowen) menyinarinya

(Shu) bersinar menerangi empat penjuru – disebut dengan Ming.

Dalam makna aslinya Ming (明) yang mengandung “bersinar menerangi empat penjuru”, sepenuhnya disembunyikan dan dihapus oleh PKT. Peradaban adalah kebudayaan warisan Dewa yang memberi manusia kemampuan untuk hidup bersama dengan alam semesta, agar daya hidup terus membubung, tumbuh berkembang tanpa henti. Yang juga berarti, bagi yang sesuai dengan Jalan Langit, akan makmur dan cemerlang, akan tumbuh berkembang tanpa henti. Ini adalah esensi dan mekanisme dari kebudayaan warisan Dewa.

Karena itu kita memahami, bukan berarti “yang pernah eksis dalam sejarah atau pada masa jauh lampau” maka adalah “tradisional”, bukan berarti “upacara megah” maka disebut “kebudayaan”. Kebudayaan yang sesuai dengan Jalan Langit, yang dapat membuat alam semesta terus tumbuh tanpa henti, termasuk moralitas, etika, dan gaya hidup, itulah kebudayaan dalam makna tradisional Tiongkok yang sebenar-benarnya.

3. PARTAI KOMUNIS TIONGKOK MERUSAK TULISAN WARISAN DEWATA

Karena aksara Mandarin memiliki kandungan makna yang terhubung dengan Langit, aksara Mandarin ejaan tradisional memuat kebudayaan tradisional lima ribu tahun, maka bila ingin memutus keterkaitan antara orang Tiongkok dengan Tuhan dan dengan tradisi, PKT harus berpikir keras untuk memusnahkan aksara Mandarin. Sejak dimulainya periode Yan’an (basis kaum komunis di era perang melawan Jepang), PKT telah mendirikan institusi khusus untuk merombak aksara Mandarin, setelah merebut kekuasaan PKT membentuk “Komite Reformasi Aksara Tiongkok”. Sejumlah orang yang disebut ilmuwan menuruti kendali roh jahat, untuk terus menyederhanakan aksara Mandarin, terakhir menggunakan simbol pinyin abjad Romawi untuk menggantikannya yang disebut dengan “latinisasi aksara Mandarin” (menggunakan huruf latin untuk menulis aksara Mandarin).

Aksara Mandarin yang merupakan warisan Dewa adalah pusaka Dewa, menyederhanakan aksara Mandarin berarti telah melanggar kehendak Ilahi, juga telah merusak kekuatan Ilahi pada aksara Mandarin yang asli. Hasilnya aksara Mandarin yang disederhanakan kacau balau, bahkan membawa sifat iblis, tak terelakkan dapat menimbulkan fenomena kekacauan dan pengaruh yang tidak baik.

Selama ribuan tahun ini, berjuta-juta orang telah menaruh banyak perasaan terhadap aksara Mandarin; penggunaan dalam beberapa generasi terus menerus, aksara Mandarin telah menuangkan, mengumpulkan dan mengonsentrasikan informasi yang kaya, berisikan energi yang besar, yang membuatnya menjadi bentuk eksistensi dari semacam medan. Setiap aksara Mandarin diresapi berbagai macam perasaan, niat pikiran, suasana hati, daya persepsi dan daya imajinasi, juga ada sifat manusia, sifat ke-Buddha-an dan sifat puitis yang menjadi karakteristik bangsa Tionghoa. Energi dan medan semacam ini menciptakan pengaruh tak terlihat terhadap mental dan cara berpikir.

Misalnya: ketika seseorang melihat aksara “Tuhan (神, Shen)”, maka akan menumbuhkan semacam perasaan hormat dan berada di dalam genangan belas kasih, juga mengekang diri secara tanpa sadar, dan mengurangi timbulnya pikiran jahat. Begitu menyinggung kata “iblis” maka akan merasakan teror dan kejahatan, akan terbayang: raja iblis, cakar iblis, monster, momok, cengkraman iblis, sarang iblis, daya iblis, iblis jahat, siluman iblis dan lain-lain; begitu diucapkan kata “Sejati” (真, Zhen), maka akan merasakan: kebenaran murni, energi positif dan kebaikan hati. Begitu melihat aksara “palsu”, maka akan merasakan penipuan dan tercela.

Bentuk aksara Mandarin yang disederhanakan yang cacat dan dibuat sembarangan, berbeda jauh dengan tulisan warisan Dewa, telah merusak energi yang dihasilkan tulisan tradisional yang asli, juga memancarkan energi mutan yang timbul akibat penyederhanaan. Misalkan penyederhanaan aksara “masuk”: “進” : adalah komponen radikal 辵, ditambah dengan “佳”, yang artinya semakin melangkah semakin “indah”. Dan setelah disederhanakan aksara “進” berubah menjadi “进”, aksara “佳” (indah) telah diganti menjadi aksara “井” (sumur), maka makin melangkah makin terperosok ke dalam “sumur”. Energi positif telah berubah menjadi energi negatif. Sedangkan sejumlah tulisan tradisional yang membawa energi negatif malah kebanyakan tidak diubah: iblis (魔) masih tetap iblis (魔), setan (鬼) masih tetap setan (鬼), mencuri (偷) masih tetap mencuri (偷), menipu (骗) masih tetap menipu (骗), palsu (假) masih tetap palsu (假), kekerasan (暴) masih tetap kekerasan (暴), melukai (害) masih tetap melukai (害), racun (毒) masih tetap racun (毒), korup (腐) masih tetap korup (腐), porno (黄) masih tetap porno (黄), cabul (淫) masih tetap cabul (淫).

Berdalih menyederhanakan aksara Mandarin, PKT telah mencabut jiwa yang terekspresi dalam tulisan kebudayaan warisan Dewa dan energi positif di baliknya yang mengekang dan mematok kriteria manusia, membuat manusia tanpa sadar semakin lama semakin jauh dari Tuhan; sama seperti taktik lain PKT yang memang berniat menghancurkan kebudayaan tradisional, lebih lanjut memutus hubungan manusia dengan Tuhan.

III. PERUSAKAN PKT TERHADAP BUDAYA KULTIVASI

1. BUDAYA KULTIVASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL

Konsep tradisional Tiongkok “langit dan manusia menyatu” adalah dengan “koneksi antara langit–manusia” sebagai inti pemikiran terhadap persoalan alam semesta dan kehidupan manusia, ia adalah semacam pandangan dunia (Weltanschauung) dan pandangan semesta. Manusia percaya terhadap eksistensi dari bentuk kehidupan yang lebih tinggi dari dirinya yakni, Buddha, Tao dan Dewa adalah tempat berlabuh kehidupan yang didambakan oleh manusia.

“Langit dan manusia menyatu” telah mengakui eksistensi dari “Langit”, “Langit disebut Tuhan”, maka telah mengakui eksistensi dari “Tuhan”. “Sang Tuhan, muasal dari Langit dan Bumi, juga menjadi awal dari semua makhluk (oleh Liu Xiang di era Dinasti Han).” Bila nurani dan moralitas dalam hati manusia telah sesuai dengan prinsip Langit, maka manusia ini merupakan orang yang mampu menjadi satu dengan Langit.

Manusia berasal dari Langit, dan kembali ke Langit --- budaya kultivasi bangsa Tionghoa mempunyai dasar yang kuat dan sejarah yang sangat panjang.

Di mata orang Tiongkok kuno, “Tao” adalah sumber segala makhluk dan sumber segala kehidupan. Laozi berkata: “Manusia mengikuti Hukum Bumi, Bumi mengikuti Hukum Langit, Langit mengikuti Hukum Tao, Tao mengikuti Hukum Alam”, ia telah memaparkan hubungan antara manusia dengan alam, mengungkapkan bahwa segala sesuatu dan segenap makhluk dalam alam semesta harus mengikuti karakter alam semesta juga pola gerak yang tumbuh berkembang tanpa henti. “Mengamati Tao Langit, melakukan jalan Langit” [18], telah menyingkap prinsip berperilaku mengatasi masalah, yaitu perilaku masyarakat harus meneladani Jalan Langit (Tao Langit) agar seluruh jiwa raga dengan sendirinya menyatu dengan Jalan Langit (Tao Langit), barulah dapat mengharmoniskan segalanya, maka seluruh kolong Langit akan taat, juga dapat bertahan lama. Dari sudut pandang aliran Buddha dan Tao, kepercayaan kepada Tuhan adalah jelas, Merekalah yang mengajarkan kultivasi pada manusia menjadi Buddha dan Tao. Dalam sejarah proses para arif berkultivasi mencapai kesempurnaannya, telah memperkaya kebudayaan pada kedua aliran Buddha dan Tao.

Bila manusia hendak menjelajahi prinsip sejati alam semesta, bila manusia hendak mencari Tuhan dan mencari tempat berlabuh jiwanya, pertama-tama harus menuluskan niat, dan menata sikap dengan benar. Tuhan sama sekali tidak memandang penting kondisi dan status di dunia manusia, hanya melihat hati manusia.

Zhang Sanfeng [19] dalam karyanya “Pandangan Maha Tao” (Dadaolun) menjelaskan prinsip kultivasi, bila hendak berkultivasi Tao maka harus terlebih dulu mengultivasikan tubuhnya, berkultivasi tubuh harus terlebih dulu meluruskan hati dan tuluskan niat, rahasia Langit akan terungkap tuntas. “Saya berharap generasi selanjutnya dapat berkultivasi Tao ortodoks ini, maka itu harus diungkap apa adanya. Kultivasi Tao yang paling utama adalah berkultivasi tubuh, namun sebelum berkultivasi tubuh harus terlebih dulu meluruskan hati dan tuluskan niat. Niat tulus dan hati lurus, maka nafsu duniawi akan tersingkir, lalu menekankan dasar dari pendirian fondasi.” Mengutamakan akhlak melakukan kebajikan, berkultivasi tubuh meluruskan hati, itulah hakiki dari kultivasi.

Bagi masyarakat dalam sejarah Tiongkok, berkultivasi Buddha dan Tao, tidak saja bukan takhayul, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan mereka. Kultivasi sama sekali bukan cara untuk mencari pembebasan bagi pecundang, bahkan dalam berbagai dinasti dan zaman, meski sang kaisar menikmati semua kekayaan dan kekuasaan, masih harus berkultivasi Tao. Huangdi (Kaisar Kuning) menuntut ilmu Tao dari Guang Chengzi [20], untuk berkultivasi jiwa dan mengolah tubuh dengan tenang, ketika berumur seratus dua puluh tahun, menaiki naga dan membubung ke langit di siang bolong (moksa); Kaisar Taizong dari Tang secara pribadi menyambut Bhikhu Xuanzang (Bhikhu Tang dalam kisah perjalanan ke Barat) sekembalinya mengambil kitab suci dari Langit Barat (Xi Tian; sebutan kuno India), sehingga membuat ajaran Buddha tersebar luas di daratan timur Dinasti Tang agung; Jenghis Khan tiga kali mengundang pendeta Tao yang bernama Qiu Chuji (murid Wang Chongyang dari aliran Quanzhen), menanyakan cara memimpin negara dan menjaga kesehatan; sejumlah kaisar juga menghormati Buddha, memuliakan Tao dan menyembah Langit.

2. BAGAIMANA PKT MERUSAK BUDAYA KULTIVASI

Sejak era Xuan Yuan Huangdi (Kaisar Kuning) dimulai, selalu mencatat budaya kultivasi dari manusia menjadi Dewa, yaitu praktik kehidupan yang diketahui masyarakat kembali ke semula asal, kembali ke jati diri dan berkultivasi hati menuju kebajikan (Shan). Inti sari dari bagian kebudayaan tradisional inilah yang justru juga merupakan sasaran yang berusaha dihancurkan oleh roh jahat komunis.

Roh jahat komunis membuat manusia menyangkal kepercayaan kepada Tuhan, menyangkal bahwa manusia dapat meningkat melalui kultivasi, melalui membuat manusia tidak percaya pada Tuhan lantas mengosongkan ruang yang diisi kepercayaan, agar dapat membuat orang-orang percaya pada hal yang bersifat iblis. Kultivasi harus sungguh hati dan tulus, sedangkan arogansi merupakan karakter dasar dari setan iblis, sepenuhnya berbeda dengan tuntutan kultivasi. Tiada Tuhan, di mata roh jahat komunis, di tengah proses merusak kebudayaan kultivasi, secara khusus menanamkan sifat keiblisan dan kesombongan pada manusia, tidak membiarkan manusia bersikap rendah hati malah mendorong manusia untuk berpuas diri dan berbangga diri, seperti slogan menyerang Langit melawan Bumi dan berbuat jahat tanpa ragu, agar manusia melangkah menuju arah yang berlawanan dan tidak taat dengan Tuhan.

Di zaman kuno, manusia harus bersungguh hati dan tulus barulah dapat berkultivasi, ketika satu sisi keilahian dalam hati telah berperan, baru dapat memahami dan menyadari karakter alam semesta dan Fa (Dharma) yang diajarkan oleh Tuhan. Dengan merusak kebudayaan kultivasi, roh jahat komunis memperbesar sifat arogan manusia, agar manusia memasuki semacam kondisi jiwa yang sepenuhnya bertentangan dengan Tuhan. Membuat manusia modern seperti layaknya radio yang tidak akurat frekuensinya, mudah menerima informasi dari komunisme, namun sangat sulit memahami kebijaksanaan dan tuntunan dari Tuhan.

Perusakan semacam ini membuat banyak sekali orang Tiongkok zaman sekarang mungkin sudah tak mengetahui bahwa manusia dapat menggunakan metode kultivasi warisan Tuhan, dan dengan sungguh-sungguh berkultivasi nyata maka dapat menjadi Buddha – Tao – Dewa. Dalam sejarah Tiongkok, terdapat banyak kisah kultivasi Buddha dan Tao, PKT membuat rakyat Tiongkok zaman sekarang mendengarnya bagaikan sebuah “mitos”, dengan tidak eksisnya Tuhan, maka mitos-mitos tersebut tentu saja menjadi omong kosong belaka; jika berbicara tentang kultivasi Buddha dan Tao, kesan yang timbul adalah takhayul feodalisme dan idealisme, atau “candu psikologis” (agama adalah candu, tulisan Karl Marx).

Ini adalah konspirasi dari roh jahat komunis yang secara langsung memutus jalan bagi manusia untuk menjadi Dewa, agar orang-orang yang berjodoh kehilangan kesempatan berkultivasi yang sangat berharga. Kisah “Perjalanan ke Barat” (Kera Sakti; karya Wu Cheng’en) telah menuliskan sebuah kisah kultivasi yang lengkap, salah satu perkataan di dalamnya yang sangat bermakna: “Tubuh manusia sulit diperoleh, sulit terlahir di Daratan Tiongkok, Fa ortodoks sulit ditemukan: jika memiliki ketiga hal itu, sungguh beruntung.” Artinya memperoleh sebuah tubuh manusia sungguh tak mudah, sudah berjodoh terlahir di Daratan Tiongkok, namun karena gangguan roh jahat komunis, sehingga tidak memercayai kultivasi, tidak mengerti kandungan makna ajaran Fa ortodoks, dan melewatkan kesempatan memperoleh Fa ortodoks, jika pada kehidupan ini melewatkannya, maka menyesal pun sudah terlambat!

IV. KAYA NAMUN BERMORAL, MENENANGKAN EKSTERNAL DENGAN BERKULTIVASI INTERNAL

Orang zaman dulu berujar: Uang adalah materi di luar tubuh. Setiap orang juga tahu, setiap orang mencarinya. Orang perkasa mencarinya demi memenuhi nafsu keinginan; kaum wanita mencarinya demi kemolekan dan kemewahan; orang berusia lanjut memerlukannya demi mengatasi kekhawatiran di hari tua; kaum arif bijaksana menghendakinya demi kemuliaan; demi hal itu pegawai menunaikan tugas, dan seterusnya, oleh sebab itu semua orang mencarinya.

Ada orang yang bahkan demi uang rela bertarung, orang yang kuat berani mengambil risiko; orang yang pemarah dapat melakukan kejahatan untuk memperolehnya; orang yang iri hati mati penasaran karenanya. Memakmurkan rakyat adalah tanggung jawab sebagai raja dan pejabat, memuja uang merupakan kelakuan nista. Kaya namun tak bermoral akan membahayakan semua makhluk hidup, kaya dan bermoral akan menjadi tumpuan harapan semua orang, oleh sebab itu kaya tidak boleh tidak menjunjung moralitas.

Pahala terakumulasi dari kehidupan sebelumnya, raja, pejabat, kaya raya dan terhormat dihasilkan dari pahala. Tanpa pahala tidak ada yang bisa diperoleh, kehilangan pahala berarti sirna segalanya. Oleh sebab itu, orang yang mengejar kekuasaan dan kekayaan harus terlebih dahulu mengumpulkan pahala, menanggung penderitaan dan berbuat kebajikan dapat mengumpulkan banyak pahala. Untuk itu haruslah mengerti prinsip sebab akibat, dengan memahami hal ini, maka dapat memerintah dengan pengendalian diri dan mendapat simpati rakyat, dunia akan makmur dan damai.

--- Li Hongzhi, pendiri Falun Dafa, (Kaya Namun Bermoral, 27 Januari 1995) ---

Jika manusia tidak mengutamakan akhlak, maka akan terjadi kekacauan besar tak terkendali di dunia, masyarakat dapat hidup tapi bermusuhan dan tidak ada kebahagiaan, hidup tanpa kebahagiaan maka tidak akan takut hidup atau mati; Lao Zi berkata: Jika rakyat tidak takut mati, bagaimana dapat menakutinya dengan kematian? Ini adalah akhir dari kewibawaan. Kedamaian dunia adalah keinginan rakyat, di saat demikian jika lebih banyak lagi undang-undang dan peraturan diberlakukan demi stabilitas, justru akan berakibat sebaliknya. Untuk mengatasi kekhawatiran ini, maka harus berkultivasi akhlak secara universal agar dapat menyembuhkan dari dasarnya, bila pejabat tidak egois maka negara tidak akan bobrok, bila rakyat lebih mengutamakan kultivasi diri dan menjunjung akhlak, pemerintah dan rakyat masing-masing mengendalikan hati, maka seluruh negeri akan stabil dan rakyat mendukung, negara menjadi kokoh, ancaman dari luar pun akan takut dengan sendirinya, seluruh dunia niscaya jadi damai, ini adalah perbuatan orang suci.

--- Li Hongzhi, pendiri Falun Dafa, (Menenangkan Eksternal dengan Berkultivasi Internal, 5 Januari 1996) ---

******

Orang Tiongkok tradisional beranggapan: “Kaya akan pahala menguasai segalanya”, pahala merupakan akar dari keberuntungan dan kekayaan, keberuntungan dan kekayaan semuanya datang dari transformasi pahala. Pahala itu bagaikan air, kekayaan bagaikan perahu, bila air dangkal maka tak dapat mengapungkan perahu. “Pahala yang tidak sepadan dengan status” akan menjadi malapetaka bagi manusia. Bagi seorang raja, kultivasi tubuh mengutamakan moralitas merupakan pondasi memerintah negara dan menyejahterakan rakyat, ketika raja dan pejabat berdoa dan menghormati Tuhan, bermoral tinggi, baru dapat menggerakkan hati seluruh masyarakat mengarah ke kebajikan, agar negara stabil, terhindar dari pergolakan masyarakat dan invasi dari musuh luar, rakyat kaya dan makmur, hidup tentram dan bekerja dengan sukacita, sungai bersih lautan tenang (dunia dalam kedamaian), negara kuat rakyat sejahtera. Itulah sebabnya semua raja agung dalam sejarah menjadikan kelurusan hati dan berkultivasi tubuh sebagai pondasi, “Luruskan hati untuk meluruskan kekaisaran, luruskan kekaisaran guna meluruskan segenap pejabat, luruskan pejabat guna meluruskan seluruh warga, luruskan warga guna meluruskan empat penjuru” [21]. Kaisar dari dinasti kekaisaran tradisional, seperti Fuxi, Huangdi, Yao, Shun, Yu, Han Wudi, Tang Taizong, Ming Chengzu, Kangxi dan lainnya, praktik ketatanegaraan mereka telah menempa jalan (Tao) bagi para raja penguasa selama lima ribu tahun.

Moralitas memiliki pertalian yang luar biasa kuat, membuat manusia rindu, hormat, akrab dan mempraktikkannya. Shun diutus oleh Yao ke Gunung Lishan (lit: Gunung Li), penduduk lokal awalnya bertikai karena perebutan lahan, berkat pengaruh moralitas Shun, setahun kemudian penduduk Lishan terbiasa saling mengalah. Setiap kali Shun tiba di suatu tempat, sikap penduduk berubah drastis menjadi tulus dan jujur, semua orang pindah bermukim di dekatnya. Shun pindah kemana pun, di situ setahun kemudian menjadi desa, dua tahun kemudian menjadi kota, tiga tahun kemudian akan layak menjadi ibukota. Kaisar Yao memerintahkan Shun mengajarkan peradaban, agar manusia mematuhi Lima Etika (Wu Lun; lima etika hidup dari Konfusianisme) yaitu: kearifan ayah, belas kasih ibu, kakak yang bersahabat, adik yang sopan dan anak yang berbakti. Rakyat secara sadar menaati, seluruh negeri aman tentram, rakyat damai harmonis, “Kolong langit memahami moralitas, semuanya berawal dari Kaisar Yu sendiri.” [22]

Raja suci memimpin negara, hati penuh kepedulian akan kesejahteraan rakyat. Enam tahun pemerintahan Zhen Guan (masa pemerintahan Li Shimin) dari Dinasti Tang (tahun 632) pada akhir bulan ke-12, ketika Kaisar Tang Taizong menginspeksi penjara terpidana mati, terpikir oleh kaisar tahun baru segera tiba, namun para tahanan berada di balik penjara, tidak bisa berkumpul dengan keluarga, hatinya timbul rasa kasihan. Maka dikeluarkanlah perintah agar semua terpidana mati itu diijinkan pulang, tapi dengan ditetapkan pada musim gugur tahun depan mereka harus secara sukarela kembali ke Chang’an (ibukota saat itu) untuk menjalani hukuman. Menuntut para tahanan hukuman mati agar memegang janji, sama saja dengan percaya cerita dongeng! Namun demikian, pada bulan ke-9 (musim gugur) tahun berikutnya, 390 orang terpidana mati dalam kondisi tanpa pengawasan dan pengawalan oleh siapa pun, “Semuanya tepat waktu pergi sendiri ke aula istana, tiada satu orang pun ingkar janji.” [23] Tang Taizong menggunakan ketulusan hati mengajarkan peradaban dan memberi inspirasi kepada semua orang, walaupun tahanan hukuman mati pun menjaga kredibilitas, dengan sukarela kembali untuk menjalani hukuman. Kaisar Taizong kemudian memberi keringanan hukuman bagi para tahanan hukuman mati tersebut, kisah ini pun tersebar dan dikagumi sepanjang zaman.

Kaisar Kangxi hampir setiap tahun membuat kebijakan mengurangi pajak. Misalnya pada tahun 1679, yakni tahun ke-18 masa pemerintahan Kangxi, setelah proyek perbaikan Sungai Huaihe [24] selesai, daerah yang tadinya merupakan zona banjir berubah menjadi lahan subur, para petani pun diundang untuk menggarapnya. Kaisar Kangxi menghapus pajak untuk 261 prefektur dan kabupaten yang terkena dampak bencana pada Provinsi Shuntian, Jiangnan, Shandong, Shanxi, Henan, Zhejiang, Huguang dan lain-lain. Pada saat itu Tiga Daerah Taklukan [25] masih belum sepenuhnya tunduk, akan tetapi tahun itu merupakan tahun yang penuh bencana, oleh sebab itu setoran pajak dibebaskan. Di tahun yang berbeda, kekaisaran menerapkan pengurangan pajak terhadap berbagai daerah yang berbeda. Selama enam puluh dua tahun masa pemerintahan Kaisar Kangxi, ia telah menghapus pajak lahan seluruh negeri total 545 kali, setara 150 juta tael perak, atau setara dengan 5 sampai 7 kali lipat pendapatan fiskal negara di masa itu yang hanya sebesar 20 juta sampai 30 juta tael.

Raja agung tidak hanya menyejahterakan rakyat, juga mengajarkan rakyat meningkatkan moralitas, setelah moral meningkat, maka Tuhan pun akan memberkati manusia.

Para raja agung mewariskan perlindungan sepanjang zaman dan perilaku moral yang abadi kepada rakyatnya. Lonceng Kaisar Yongle yang dibuat Ming Chengzu (Kaisar Yongle dari Dinasti Ming), merupakan sebuah “Raja Lonceng Buddha” dengan menggabungkan seluruh jenis lonceng kuno yang ada. Ini adalah lonceng Buddha yang paling berat dan paling besar di dunia, badan luar dan dalam lonceng dipenuhi dengan pahatan mantera dan sūtra ajaran Buddha, tersebar di setiap inci permukaan lonceng besar, di bagian luar antara lain berisikan: “Sūtra Amitabha”; di bagian dalam berisikan “Saddharma Pundarika Sūtra”; di bibir genta berisikan “Vajracchedikā Prajñāpāramitā Sūtra”, semuanya terdapa 17 macam mantera sūtra.

Sūtra Dīrghāgama bagian keempat yakni Sūtra Janavasabha dikisahkan, nada Sanskrit ada lima karakteristik utama, “Pertama, nadanya lurus dan tulus. Kedua, nadanya damai dan elegan. Ketiga, nadanya jelas dan jernih. Keempat, nadanya dalam dan nyaman. Kelima, menyebar ke sekitar terdengar hingga jauh. Yang memiliki kelima nada tersebut, dinamakan Nada Sanskrit”. Kaisar Chengzu dengan jelas menyatakan, tujuan menyebarkan Nada Sanskrit adalah “Secara universal memutar Roda Fa [26] demi semua makhluk”, “Secara universal bermanfaat bagi semua”, termasuk “Semua makhluk dari sepuluh penjuru”. Suara Lonceng Besar Yongle, suara dan makna nadanya, selalu selaras dengan Nada Sanskrit. Memukul lonceng satu kali, “setiap huruf adalah suara”, menyebar ke sekitar terdengar hingga jauh. Dua ratus tiga puluh ribu huruf sūtra, nama Buddha serta bahasa Sanskrit yang terpahat di badan lonceng, seiring dengan suara lonceng dihantarkan ke dalam telinga, langsung menuju sanubari, Dharma Buddha meresap ke dalam medan besar materi dunia manusia, kekuatan menyadarkan dunia menyebarkan Dharma tanpa batas bagi seluruh masyarakat.

Dari jalan para raja agung itu, menoleh pada kebijakan sesat komunis yang mencelakakan negara, dapat kita saksikan cara-cara kejam dari roh jahat komunis dalam menghancurkan kebudayaan moralitas. Yang telah paling parah menghancurkan kebudayaan lima ribu tahun bangsa Tionghoa, contohnya adalah biang kejahatan Jiang Zemin (presiden Tiongkok 1993-2003). Siluman Jiang bernama Zemin itu, mengumpulkan segala pencapaian kejahatan terbesar, perilaku jahatnya yang kejam, penuh muslihat, tipu daya, keji, brutal dan cabul, begitu banyak jumlahnya hingga sulit dihitung. Ia memerintah negara dengan korupsi, “kontribusi” terbesarnya bagi partai komunis adalah membentuk sekaligus menyempurnakan korupsi yang sistemik. Jiang Zemin tidak hanya “menjadikan diri sebagai contoh” menghancurkan benteng moralitas, namun juga mempromosikan para pejabat yang paling keji dalam menganiaya Falun Gong dan orang-orang rendahan yang paling korup, paling cabul dan paling tidak berkemampuan, menyerang kebajikan dengan tanpa ampun, serta menumbuhkan kebiasaan dan perilaku buruk. Hanya pejabat dan deputi tingkat nasional, serta pejabat tingkat provinsi yang ia promosikan saja, sudah ada ratusan orang yang dilengserkan dari jabatan karena kejahatan korupsi dan mesum; ini masih belum termasuk barang palsu dan barang beracun di segala tempat yang berada di bawah juridiksi orang-orangnya, termasuk banyak daerah termasuk Beijing yang lingkungannya terkontaminasi sampai tingkat yang tidak layak untuk dihuni manusia. “Diplomasi Dolar” [27] yang diciptakan Jiang Zemin, “perang serakah” dalam lingkup dunia, telah merusak berbagai pejabat dan pemerintahan di dunia, persis seperti “pelacur besar” yang melakukan perzinahan seperti tertulis di dalam Alkitab, siapa pun yang ditemui diseret ke dalam kubangan. Roh jahat memilihnya, menggunakan siluman pengacau dunia dalang segala kejahatan untuk mendorong umat manusia ke dalam jurang kehancuran yang abadi.

Jiang Zemin bisa memperoleh jabatan tinggi, justru sesuai kebutuhan “model pemerintahan” dan pengaturan roh jahat komunis, sebab Jiang Zemin dapat secara maksimal membantu roh jahat komunis menimbulkan efek meruntuhkan moral masyarakat dan merusak kebudayaan. Ketika Jiang dikarenakan faktor usia harus mundur ke belakang layar, roh jahat masih tetap mengatur kaki tangan Jiang Zemin agar terus menguasai posisi yang paling penting, terus menyerang “Sejati - Baik - Sabar”, menghancurkan moral tradisional bangsa Tiongkok, dan pada akhirnya membuntu jalan hidup bangsa Tionghoa. Tentu saja juga menghancurkan partai komunis sendiri. Jiang Zemin dengan perilakunya yang paling jahat, telah melucuti busana partai komunis, membiarkannya telanjang di siang bolong, pada saat yang sama juga telah selesai menggali liang kubur untuk partai jahat komunis.

V. TELADAN ETIKA MANUSIA DAN KEKANG KEBENARAN SEMBAH KEJAHATAN

Kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa sangat menjunjung tinggi moral manusia, artikel-artikel dalam buku kuno yang menggambarkan moralitas tinggi dan mendorong kebajikan jumlahnya sangat banyak dan mudah ditemui. Membuka lembaran sejarah lima ribu tahun, seolah berada di sebuah galeri tokoh, para tokoh besar dengan berbagai karakter datang silih berganti. Di sini ada para raja suci yang menakjubkan, ada pahlawan yang mengagumkan, ada pendekar yang membuat terkesima, yang kesemuanya membuat para pembaca tersentuh dari lubuk hati terdalam.

Yang paling penting adalah, dalam catatan buku sejarah, dari perilaku orang di masa muda sedikit banyak dapat diprediksi kesuksesan pada masa depan mereka. Pada era perang antara Negara Chu dan Negara Han, Han Xin yang membantu Liu Bang [28] merebut kekuasaan di seluruh negeri adalah jenderal cemerlang yang paling bersinar di era Tiongkok kuno. Pada masa perang Chu dan Han, masyarakat memujinya sebagai “perwira tanpa tanding”; “ilmu tinggi tiada duanya, pintar berstrategi nan langka”, generasi selanjutnya menghormatinya sebagai “Dewa perang”; “Dewa prajurit”. Sejarah mencatat kisah Han Xin muda mengalami “penghinaan dengan merangkak di bawah selangkangan”. Justru karena Han Xin memiliki hati sabar yang luar biasa, sehingga dapat mewujudkan cita-cita besar. Kisah ini secara mendalam menginspirasi generasi selanjutnya dalam berkultivasi hati dan menumbuhkan kebajikan.

Penekanan kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa terhadap “De” (bajik; moral; pahala) berasal dari pengaturan sistematis Tuhan. Bagi masyarakat tradisional Tiongkok ‘De’ adalah semacam materi, jika memiliki banyak “De” (moral) berarti orang itu baik, jika “De”-nya sedikit berarti orang itu jahat. Banyak sedikitnya “De”, sebagian besar juga menentukan baik buruknya kualitas kesadaran (Wuxing) seseorang. Bila “De” banyak, kualitas kesadaran baik, maka akan mudah memahami sabda Tuhan; sebaliknya, bila “De” sedikit dan kualitas kesadaran rendah, maka akan tidak mudah memahami sabda Tuhan. Saat Tuhan datang untuk menyelamatkan umat manusia, mereka dengan kesadaran rendah berada pada kondisi yang sangat berbahaya.

Demi memusnahkan umat manusia, maka roh jahat komunis harus merusak kebudayaan warisan Tuhan kepada manusia yang mengutamakan “De”. Untuk itu, ia harus mengatakan yang jahat adalah bajik, yang buruk dikatakan sebagai hal baik, secara total mengacaukan kriteria etika manusia. Kritik PKT terhadap Wu Xun [29] sang “Pengemis Budiman Sepanjang Masa” dan memfitnah pahlawan bangsa yang bernama Yuefei yang setia membela negara, membuat konspirasi roh jahat untuk memusnahkan manusia menjadi sangat gamblang.

Wu Xun dilahirkan di akhir era Dinasti Qing, seumur hidupnya menjadi pengemis, bersabar terhadap hal yang sulit diterima manusia biasa, dan mengalami derita yang sulit ditanggung oleh manusia biasa. Dengan mengandalkan mengemis, serta upaya keras tanpa kenal lelah lebih dari tiga puluh tahun, Wu Xun berhasil mendirikan tiga sekolah bebas biaya, di atas lahan seluas tiga ratus Mu (1/15 hektar) lebih, dan mengumpulkan dana pengelolaan sekolah sampai puluhan ribu guan [30]. Ini merupakan pencapaian luar biasa yang belum pernah ada dalam sejarah pendidikan di Tiongkok maupun di dunia.

Setelah Wu Xun meninggal dunia, pemerintahan Dinasti Qing menetapkan pencapaian luar biasanya dengan menaruh catatan biografinya di dalam Museum Sejarah Negara, sekaligus memperbaiki makam, mendirikan kuil peringatan dan prasasti untuknya. Pada era Republik Tiongkok, semua kalangan masyarakat menggunakan istilah “orang suci”, “Vajra”, “patriot” dan lain-lain untuk memuji Wu Xun atas perjalanan penuh derita dan kesabaran luar biasa serta tindakan dermawannya dalam mendirikan sekolah gratis. Wu Xun yang mengabdikan seluruh hidupnya mengemis dan tekad kuat dalam menanggung hinaan di jalan penderitaan, telah memberikan interpretasi mengharukan kepada rakyat Tiongkok tentang “Yi [31] dalam nilai-nilai tradisional. Sebelum PKT merebut kekuasaan, Wu Xun sang pengemis budiman yang abadi merupakan tokoh pendidikan rakyat yang sangat terkenal, dan orang pertama yang digelari “pengorbanannya terdengar ribuan tahun”; “akhlak mulia sepanjang masa”.

Di tahun 1951, PKT melancarkan aksi kritik terhadap film Biografi Wu Xun, mendefinisikan Wu Xun sebagai “berandalan besar, kreditor besar dan tuan tanah besar” yang memakai kedok membangun sekolah. Dalam kritik corong media massa PKT, Wu Xun telah menjadi representatif dari budak belian “pemerintahan feodal”, dan menyerang Wu Xun karena tidak melakukan perjuangan kelas dan tidak menentang institusi sosial, “sebaliknya malah secara fanatik menyebarkan kebudayaan feodal”. Saat Revolusi Kebudayaan, makam Wu Xun telah dihancurkan oleh Garda Merah, tulang belulangnya setelah diarak di jalanan dibakar.

Bahkan orang yang begitu berjasa dan sama sekali tidak menimbulkan masalah bagi seluruh masyarakat pun dikritik dan ditumbangkan, dapat dilihat betapa benci dan dendamnya roh jahat terhadap kebudayaan tradisional Tionghoa. Mengiringi gerakan politik semacam ini, kriteria moral tradisional dan pandangan baik jahat alami sifat manusia dalam waktu singkat hanya beberapa dekade saja telah sepenuhnya ditumbangkan.

Yue Fei adalah seorang tokoh besar sejarah yang menimbulkan pengaruh spiritual luar biasa terhadap bangsa Tionghoa. Talenta, sifat dan kekuatan karakternya dianggap sebagai teladan bagi para jenderal militer di zaman kuno. Dengan jiwa ia menginterpretasikan “loyalitas (忠, Zhong)” dari nilai kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa, semangat “setia sampai akhir berkorban demi negara (jing zhong bao guo)” termasyhur sepanjang masa, energi positif yang luas memotivasi orang Tiongkok satu demi satu generasi.

Pada Desember 2001, Jiang Zemin lewat Departemen Pendidikan yang dikepalai Chen Zhili selingkuhannya mengubah sejarah Tiongkok, versi baru Kurikulum Pelajaran Sejarah Sekolah Menengah Tingkat Atas Umum Penuh Waktu (edisi revisi uji coba), tidak lagi menyebut Yuefei dan Wen Tianxiang [32] sebagai pahlawan bangsa. Ada juga yang mencoba “maju mengikuti perkembangan zaman” sesuai pemikian Jiang Zemin, memuja pengkhianat Qin Hui (pejabat yang mengeksekusi Yue Fei) sebagai pejabat loyal.

Kata “Zhong” (忠) yang bermakna setia atau loyalitas, di atas abjad hati (心) terdapat abjad tengah (中), yang bermakna dalam hati harus ada mistar pengukur yang tidak menyimpang dan tidak berat sebelah, mistar pengukur ini adalah prinsip moral mulia dari Tuhan yang ditanamkan ke dalam hati setiap orang. Yue Fei yang setia sampai akhir hayat berkorban demi negara, loyalitasnya tidak hanya kepada pemerintahan kekaisaran, tetapi juga kepada rakyat seluruh negeri dan kebudayaan bangsa Tionghoa. Fitnah roh jahat terhadap Yuefei, agar manusia tidak dapat memahami apa itu loyalitas, telah menghalau energi positif dari dalam lubuk hati manusia, telah merusak etika hidup manusia, caranya licik dan berbahaya. Beberapa tahun terakhir ini, sejarah yang telah diubah dan para tokoh zaman dulu yang telah difitnah PKT dan cendekianya yang tidak tahu malu bisa dibilang banyaknya tak terhitung.

Bila yang dihancurkan adalah yang lurus, maka PKT masih harus menyebarkan yang jahat hingga menjadi yang lurus. PKT telah menciptakan banyak “contoh”, “model”, “teladan”, untuk dipelajari. Zhang Side [33] yang pecandu opium, Bai Qiu’en [34] yang mata keranjang, Liu Hulan yang baru berumur 14 tahun namun sudah terhasut oleh PKT dan telah membunuh kepala desa, lalu Fang Zhimin, pembunuh yang dieksekusi pemerintah Nasionalis karena memerintahkan eksekusi paman kandungnya sendiri, serta membunuh suami-istri misionaris asal Amerika, justru telah dijadikan objek pemujaan oleh PKT.

Konsekuensi memutar-balikkan hitam putih jangka panjang oleh PKT adalah masyarakat telah kehilangan kriteria moralitas dalam lubuk hatinya, tidak mampu lagi membedakan baik-buruk dan benar-salah, hal ini telah menjadi langkah terakhir dari PKT yang ekstrem jahat, telah dijadikan alas dalam menentang nilai-nilai universal “Sejati - Baik - Sabar”.

VI. KESENIAN TRADISIONAL MEMUJA TUHAN – KESENIAN PARTAI SESAT MEMUJA IBLIS

Kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa sering disebut sebagai “peradaban Li dan Yue”. Li (禮), artinya menghormati dan memberi persembahan kepada Tuhan. Dalam kitab kuno “Zuo Zhuan” [35] tertulis “manusia berperilaku, sesuai dengan kehendak Langit, selaras dengan prinsip Bumi, sebagaimana yang dilaksanakan rakyat”, juga yang sering disebut oleh orang Tiongkok sebagai “sesuai dan selaras dengan prinsip Langit dan Bumi”: Dewa Langit dan Bumi merupakan sumber moralitas dari tatanan kehidupan manusia, Li telah menegakkan hubungan antara Langit, Bumi dan Manusia. Yue (樂), adalah musik dan tari untuk memuja Tuhan yang dimainkan saat memberikan persembahan. Musik dan tarian yang ditampilkan adalah perilaku rakyat yang sesuai dan selaras dengan prinsip Langit dan Bumi, juga berdaya guna mengajarkan moral. Memuja Tuhan dan memurnikan hati manusia, merupakan tujuan dasar dari kesenian dalam kebudayaan warisan Dewa. Ini merupakan makna sesungguhnya dari “peradaban Li dan Yue” bangsa Tionghoa sebelum mengalami perusakan.

“Yue yang agung harmonis dengan Langit dan Bumi, Li yang agung seirama dengan Langit dan Bumi” (Kitab Liji & Yueji). “Li yang agung seirama dengan Langit dan Bumi”, adalah mengacu pada Langit sebagai junjungan dan Bumi sebagai tempat berpijak, esensi dari Li adalah rasa “hormat”. Antar manusia saling menghormati, yang berada di posisi bawah terlebih lagi harus mewujudkan rasa hormat kepada kehidupan yang berada di posisi atas, itu sebabnya ritual yang paling sakral adalah ritual saat memberikan persembahan pada Dewa.

Ketika memberikan persembahan, menggunakan musik dan tarian serta bentuk kesenian lain untuk memuja Tuhan.Shi Jing [36] terbagi dalam: Guofeng, Xiao Ya, Da Ya [37] dan Song (dibaca: sung, pemujaan). Guofeng adalah lagu dari kalangan rakyat, Ya adalah musik yang dimainkan dalam perayaan, sedangkan “Song” melampaui Da Ya, merupakan musik di saat memberikan persembahan yang diiringi dengan musik-tarian, adalah yang paling agung.

Musik dan tarian berskala besar berupa 6 judul musik dan tarian yang sangat terkenal di zaman kuno: Yún Mén Dà Juǎn ciptaan di era Huangdi (Kaisar Kuning), Dà Xián dari Kaisar Yao, Dà Sháo dari Kaisar Shun, Dà Xià dari Da Yu, Dà Huò dari Shang Tang (pendiri Dinasti Shang), Dà Wǔ dari Raja Wu dari Zhou, dalam Zhouli (Rites of Zhou) disebut sebagai “musik tarian enam dinasti”. Semua musik Tarian Enam Dinasti itu digunakan untuk mengiringi persembahan, Yún Mén Dà Juǎn untuk menyembah Langit, Dà Xián untuk menyembah Bumi, Dà Sháo menyembah empat penjuru, Dà Xià menyembah gunung dan sungai, Dà Huò dipersembahkan kepada almarhum ibu, Dà Wǔ dipersembahkan kepada leluhur. Para bangsawan dan keturunan di era Dinasti Zhou diharuskan mempelajari 6 judul musik dan tarian ini, juga berarti mereka harus berhasil menguasai musik dan tarian menyembah Tuhan, jika tidak, maka tidak diperkenankan bermasyarakat.

Musik yang baik dapat mengharmoniskan Yin dan Yang, mengandung pendidikan moral, mengajarkan peradaban pada rakyat dan menaklukkan hati negara tetangga empat penjuru. Ketika Zhu Xiangshi memimpin pemerintahan di masa prasejarah, kondisi Yin dan Yang kala itu tidak seimbang, itu sebabnya semua materi berguguran, buah-buahan tidak dapat tumbuh matang. Maka perdana menterinya yaitu Shi Da menciptakan Se [38] dengan lima utas senar, untuk memainkan pertunjukan musik, dan berhasil menentramkan makhluk seluruh negeri. Shun memetik kecapi bersenar lima, memainkan lirik Nan Feng (Angin Selatan) dan menenangkan seluruh negeri. Xuanzang (Biksu Tong Sam Cong) melakukan perjalanan ke barat mengambil kitab [39] pada abad ke-7, ketika tiba di India bagian tengah, Raja Sila Yiduo memanggil Xuanzang dan berkata: “Di negara Anda muncul orang suci, yang menciptakan karya Musik Raja Qin Mendobrak Formasi [40], coba beritahu saya tentang orang itu.” Xuanzang lantas menjelaskan kehebatan militer Tang Taizong. Raja sangat gembira dan berkata: “Saya patut menghadap ke timur memberi hormat.” [Xin Tangshu (sejarah Dinasti Tang) volume ke-221]

Kesenian berasal dari Tuhan, juga berfungsi menghubungkan segala makhluk dengan Langit dan Bumi serta menjalin hubungan dengan Tuhan. Baik di Timur maupun Barat terdapat tradisi yang mirip, simfoni di Barat pada awalnya juga merupakan musik yang dilantunkan di gereja, sedangkan lukisan minyak dan pahatan awalnya juga mayoritas mengekspresikan topik keagamaan.

Selain untuk memuja Tuhan, kesenian juga menggabungkan fungsi estetika dan hiburan. Itu dikarenakan ketika Tuhan menciptakan manusia, telah memberikan berbagai macam perasaan kepada manusia. Manusia mudah terombang-ambing oleh perasaan, Li (禮) adalah semacam kekangan terhadap perasaan manusia; namun jika perasaan manusia hanya dapat ditekan dan tidak dapat diekspresikan, maka akan menumpuk di organ dalam, menimbulkan penyakit. Yue (樂) justru mempunyai peran membantu manusia mengekspresikan perasaan, namun dituntut untuk “tidak berlebihan dalam suka maupun duka”, perasaan terekspresikan namun tidak akan menggiring manusia menjadi tergila-gila.

Negara partai komunis tahu secara mendalam tentang kekuatan besar dari kesenian, itu sebab itu kesenian diubah menjadi alat untuk mencuci-otak manusia. Setelah merebut takhta Tuhan, PKT juga ingin manusia menyembahnya selayaknya menyembah Tuhan. Manusia yang menghormati menyembah Tuhan, maka Tuhan akan memberkati manusia; sebaliknya jika manusia menyembah iblis, maka manusia akan dikendalikan oleh iblis, bahkan iblis juga akan dapat menyerap energi manusia saat manusia menyembahnya, demi memperkuat daya kuasa keiblisannya.

PKT memaksa rakyat belajar menyanyikan lagu Dongfang Hong (The East is Red: Timur adalah Merah) memuja pemimpin partai, menyanjung Mao Zedong sebagai “matahari” dan “bintang penyelamat” [41]; “pagi menerima perintah, malam memberi laporan” [42] seperti misa pagi dan malam dalam agama; masyarakat kuno bersumpah kepada Langit, pada Revolusi Kebudayaan telah diubah menjadi “Jaminan kepada Ketua Mao”; pengakuan dosa di depan foto Mao dan slogan ‘Perangi dengan bengis (yang berbau) privat’, adalah meminjam tata cara memuja Tuhan dalam agama; menggantung foto Marx, Engels, Lenin, Stalin dan Mao, agar orang-orang menyembah para pemimpin dari ajaran sesat komunis ini. Di saat Revolusi Kebudayaan, ada yang namanya “Delapan Ratus Juta Rakyat Ada Delapan Macam Opera Revolusioner [43]”, sarat tema memuja Mao dan roh jahat komunis, orang-orang terpengaruh karena tidak dapat menyentuh bentuk kesenian yang lain, walhasil begitu membuka mulut menyanyi dan berbicara, yang terlontar spontan adalah pernyataan loyal pada roh jahat serta menyuntikkan energi baginya.

Sampai sekarang ini, yang disebut dengan “Menyanyikan Lagu Merah” [44], “Tema Utama” [45] dan lain-lain, semuanya dalam bentuk film, tayangan TV, lirik lagu, karya seni dan berbagai macam bentuk lainnya, dengan mencuri nama kesenian, tapi melakukan realiasasi roh jahat menyuci otak dan merasuki tubuh. Menyaksikan karya film, mendengar dan menyanyikan lagu-lagu ini, membaca novel dan majalah ini akan jatuh ke dalam medan materi roh jahat komunis yang mengendalikan pikiran manusia. Sekarang ini setiap tahun apa yang disebut oleh PKT sebagai “Pesta Malam Tahun Baru Imlek [46]”, sejumlah pertunjukan yang secara memuakkan dan mencolok menyanjung roh jahat komunis, justru adalah pesta gila-gilaan roh jahat mengintensifkan “kebudayaan partai” dan melalui tawa murahan menyerap energi dari para penonton di seluruh negeri.

Fungsi hiburan dari kesenian juga dimanfaatkan oleh roh jahat komunis untuk menggiring jatuhnya moralitas manusia. Ketika manusia dalam kondisi rasional dan damai, maka dapat menyingkirkan gangguan pikiran dan sekaligus mencapai kondisi terhubung dengan sinyal alam semesta di tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan sekarang ini beragam musik cabul yang membelenggu manusia dalam jeratan cinta dan musik keras hingar-bingar yang mengumbar pelampiasan, memperbesar nafsu keinginan meningkatkan kegelisahan, membuat manusia tidak dapat mendengar dengan jelas suara hati nuraninya, terlebih lagi tidak dapat terhubung dan berkomunikasi dengan Tuhan.

Segala jenis buku yang mengajarkan manusia tentang kebajikan (Shan), dianggap “publikasi ilegal”. Di dalam gerakan “menyapu pornografi melawan ilegal” selama ini, partai komunis sebenarnya hanya “melawan ilegal” namun tidak “menyapu pornografi”, berbagai macam karya yang mendorong kekacauan seksual, tersebar di mana-mana tanpa kendali. Manusia lalu melepas-liarkan sifat keiblisannya di dalam medan materi yang disebut “kesenian” ini. Ketika suasana hati manusia berada pada medan sesat yang berada dalam kondisi pikiran sesat dipenuhi kecabulan, tidak mungkin dapat terhubung dengan ilahi, apalagi memahami kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa yang bersifat keilahian. Ini juga merupakan cara tak langsung dari roh jahat komunis dalam merusak kebudayaan tradisional untuk kemudian memusnahkan umat manusia.

VII. PARTAI KOMUNIS TIONGKOK MENENTANG NILAI UNIVERSAL – “SEJATI - BAIK - SABAR”

Sejarah sama sekali tidak akan membiarkan roh jahat komunis menginjak-injak sesuka hati, karena bangsa Tionghoa masih memiliki kesempatan untuk lepas dari kungkungan roh jahat komunis. Jejak kebudayaan kuno dalam lubuk jiwa orang Tiongkok sulit untuk dihapuskan. Begitu kondisi mulai melonggar, maka sifat Dewa seperti itu akan menimbulkan efek yang tidak dapat dilawan.

1. NILAI UNIVERSAL MENDOBRAK AREA TERLARANG “ATEISME”

Munculnya “demam qigong” adalah sebuah contoh khas dari bangkitnya sifat ke-Tuhan-an orang Tiongkok. Kelihatannya seperti olahraga kesehatan, akan tetapi telah mendobrak area terlarang ateisme PKT selama beberapa dekade ini dan pola pemikiran yang telah membeku. Masyarakat telah memiliki sikap yang jauh lebih terbuka terhadap misteri kehidupan, pasca peristiwa “Empat Juni” [47] 1989 pun tidak memutus penelusuran pada ranah ini. Walaupun pada saat “demam qigong” melanda segala hal baik maupun buruk bercampur baur [48], tapi keinginan untuk kembali ke spirit tradisional telah menimbulkan simpati berjuta-juta rakyat Tiongkok, di antaranya yang paling representatif adalah “Falun Gong” yang berkultivasi ganda pada watak dan raga serta berprinsip pada “Sejati - Baik - Sabar”.

Falun Gong dengan gamblang telah mengemukakan faktor-faktor di balik “demam qigong”, memberi pencerahan bahwa qigong adalah kultivasi (xiulian), dan telah membuka misteri tubuh manusia, alam semesta, ruang dimensi lain dan misteri antara manusia dengan kehidupan tingkat tinggi, sekaligus mengungkapkan segala materi dari mikroskopis hingga makroskopis yang juga eksis karakter “Sejati-Baik-Sabar”, tujuan menjadi seorang manusia adalah kembali ke jati diri semula asal.

Doktrinasi ateisme PKT selama beberapa puluh tahun dan perusakan terhadap kebudayaan tradisional, belum sepenuhnya menghilangkan dahaga yang telah lama dinanti masyarakat di dalam hati. Hanya mengandalkan penyebaran dari mulut ke mulut dari hati ke hati, hanya dalam beberapa tahun ratusan juta warga telah melangkah ke dalam barisan xiulian “Sejati - Baik - Sabar”. “Sejati - Baik - Sabar” adalah nilai-nilai kehidupan dan universal kebudayaan tradisional Tiongkok yang otentik. Bangsa mana di dunia yang akan menolak “Sejati - Baik - Sabar”? Yang lebih penting lagi adalah, tersebar luasnya Falun Gong, bukan mengandalkan pemaksaan dari sebuah gerakan. Di bawah inspirasi “Sejati - Baik - Sabar”, begitu banyak warga secara spontan berusaha menjadi orang baik, ini merupakan pertama kalinya sejak 1949, dan ini memiliki efek tak ternilai bagi bangkitnya moralitas masyarakat.

Bukan karena setiap orang berlatih Falun Gong, akan tetapi ketika kolega dan keluarga anda atau pimpinan dan bawahan anda berlatih Falun Gong, bukankah perkataan dan perbuatan mereka akan memberi pengaruh positif bagi lingkungan anda? Mereka tidak serakah juga tidak korup, hidup dengan benar, bersikap jujur, sungguh hati dalam bekerja dan mengabdi tanpa pamrih, komunitas semacam ini berada di dalam berbagai tingkat sosial masyarakat, dipastikan akan menimbulkan efek positif bagi bangkitnya moralitas.

2. AJARAN SESAT PARTAI KOMUNIS TIONGKOK DAN JIANG ZEMIN SALING MEMANFAATKAN, MENANTANG NILAI UNIVERSAL

Yang menyedihkan adalah, roh sesat komunis tentu tak akan tinggal diam. Saat merancang program pemusnahan umat manusia, juga telah dipilih seorang antek yang dapat melakukan kejahatan dan kebodohan luar biasa masa ini yaitu Jiang Zemin. Jiang Zemin yang pernah dilaporkan secara terbuka oleh sejarawan sebagai “Pengkhianat dan Pemalsu” (Er Jian Er Jia) [49], sangat membenci “Sejati - Baik - Sabar”.

Dengan pulihnya moralitas, masyarakat menjadi stabil, bagi Jiang Zemin yang pada saat itu berkuasa, bukankah kebaikan anugerah Langit? Akan tetapi, nafsu kekuasaan Jiang Zemin yang ekstrim membengkak, sifat iri hati ekstrim dan mentalitas orang rendahan yang suka menjatuhkan orang, telah dipilih oleh roh jahat dan didorong ke posisi puncak. Maka PKT dan Jiang Zemin saling memanfaatkan, mengobarkan penganiayaan menyeluruh terhadap kelompok Falun Gong yang percaya pada “Sejati - Baik - Sabar”.

Dalam operasi jangka panjang roh sesat komunis, pada tubuh orang Tiongkok telah dijejali selapis materi “ketakutan”. Karena tidak terima pekerjaan persiapan puluhan tahun lenyap tak berbekas, ia ingin membangkitkan lagi ketakutan mendalam pada masyarakat terhadap gerakan politik. Itu sebabnya, begitu penganiayaan “Falun Gong” dimulai, langsung diikuti dengan kritik massal opini publik di seluruh negeri dari segala lapisan, semua dimobilisasi untuk “menyatakan sikap” serta “mengungkap dan mengkritik” --- baik rapat besar maupun kecil, dari politbiro sampai komite lingkungan, dari dinas Komisi Militer sampai ruang kelas sekolah dasar --- televisi, koran dan siaran radio, termasuk internet yang belum pernah ada sebelumnya, terus beroperasi tanpa henti menyebarkan rumor dan fitnahan. Satu masa yang seolah bagaikan merambah langit menyelimuti bumi dan langit temaram bumi menghitam, sebuah situasi munculnya kembali Revolusi Kebudayaan. Inilah dampak yang dikehendaki oleh PKT, hendak membangkitkan kembali ingatan warga yang perlahan telah memudar, hendak membangkitkan kembali ingatan tentang hujan darah dan angin anyir yang terjadi selama beberapa dekade, hendak membangkitkan kembali ingatan akan pembunuhan massal oleh partai komunis dan kebrutalannya, hendak menyandera manusia untuk secara bersama berdiri di posisi yang berseberangan dengan nilai-nilai universal “Sejati - Baik - Sabar”.

Dalam proses penindasan “Sejati – Baik – Sabar”, jurus yang dikeluarkan PKT semuanya adalah “palsu–jahat–brutal”. Dibandingkan dengan gerakan politik lainnya dalam sejarah, jumlah orang yang terlibat kali ini belum pernah ada sebelumnya, yang dijadikan sasaran justru adalah para kultivator yang paling damai, yang tidak memiliki segala ambisi politik dan yang memiliki kepercayaannya sendiri. Orang yang memiliki kepercayaan adalah yang paling tangguh, apalagi di saat PKT tengah membuka lebar pintu negara, berharap menarik datangnya pebisnis yang berinvestasi dan berada di bawah sorotan komunitas internasional, maka menganiaya komunitas ini akan menjadi sebuah persoalan yang sangat sulit. Bila PKT hendak menganiaya, maka sekalipun mengerahkan pengalaman dan kekuatan mengubah manusia yang terakumulasi selama beberapa dekade, masih belum cukup. Bisa dibayangkan, PKT telah menggunakan trik yang seperti apa untuk menyebarkan rumor dan fitnahan serta menghasut kebencian, telah menggunakan tenaga manusia dan uang seberapa banyak, telah menggunakan tindakan kotor apa saja untuk menipu warganya dan komunitas internasional! Investasi yang bersifat menginfus dari kelompok konglomerat Barat di daratan Tiongkok pun telah menjadi kapital bagi PKT untuk melakukan penindasan.

Saat ini masyarakat dunia masih tidak dapat memperkirakan seberapa besar kerugian bagi umat manusia akibat gerakan jahat PKT yang menganiaya hati nurani ini. Jika suatu hari di masa mendatang, ada yang tampil mengungkap, bahwa Jiang Zemin pernah memerintahkan tentara dan polisi, memasukkan lima ratus praktisi Falun Gong secara bersamaan ke dalam tungku peleburan baja dengan leburan baja mendidih, dan melihat orang-orang yang hanya ingin berkultivasi hati menuju kebajikan (Shan), orang baik yang mendahulukan kepentingan orang lain dan tanpa ego, orang yang sungguh baik yang melangkah di atas jalan Ilahi untuk meningkatkan moral ini, dalam keadaan hidup-hidup dilebur hingga mati dalam cairan baja, lima ratus orang yang segar bugar dibakar dengan cairan baja ribuan derajat setiap inci kulit dan tubuhnya, hingga menguap dari dunia manusia! Bila sungguh demikian halnya, apakah semua orang akan terkejut? Tentu saja, namun juga tidak perlu terkejut, karena jahatnya dan kejinya Siluman Sungai [50] memang dapat mencapai tingkatan seperti itu! Bahkan iblis jahat yang telah memilih dan memanfaatkannya pun dibuatnya terkejut! Racunnya mengalahkan ular dan kalajengking, kejahatannya yang terlampau banyak hingga sulit diceritakan satu per satu. Dengan sifat dasar Jiang Zemin yang sangat jahat, perbuatannya yang begitu brutal dan dikutuk manusia juga Tuhan, tidak satu pun hal yang terbayangkan oleh manusia yang tidak dapat dilakukan olehnya.

Dua dekade terakhir ini, penganiayaan kejam membuat masyarakat tidak berani mendekati Falun Gong apalagi untuk mengakui “Sejati - Baik - Sabar”, dusta dan penipuan membuat masyarakat dunia memandang “Sejati - Baik - Sabar” seolah banjir bandang dan hewan buas, lebih baik tidak ditemui daripada sulit dihindari; jika Anda memakai t-shirt dengan cetakan tiga huruf Mandarin “Sejati – Baik – Sabar” (Zhen – Shan – Ren), lalu berjalan-jalan di Lapangan Tiananmen, yang menunggu Anda adalah polisi yang bagaikan berhadapan dengan penjahat besar dan kendaraan polisi yang meluncur dengan sirene; jika di internet mencari kata “Sejati - Baik - Sabar”, yang muncul adalah kritik besar-besaran; “Sejati - Baik - Sabar” telah menjadi salah satu kosa kata yang diblokade paling ketat oleh PKT di internet; dikarenakan filter internet, membuat orang tidak dapat menggunakan tiga kata “Sejati - Baik - Sabar” dalam kehidupan sehari-hari secara normal; karena label kebudayaan partai seperti “takhayul”, “kebodohan”, “berpolitik” dan lainnya, menyebabkan manusia tidak berani merenungkan makna sesungguhnya dari tiga aksara Mandarin ini.

Peran dari nilai universal adalah membimbing perilaku manusia. Ketika masyarakat tidak bisa menyentuh nilai universal “Sejati - Baik - Sabar” dalam berkomunikasi dan perenungan dikarenakan ada rasa takut, atau dikarenakan blokade kata (istilah), atau dikarenakan label kebudayaan partai, sehingga kenyataannya juga berarti telah membuat diri sendiri terputus dengan nilai universal. Ini adalah sangat berbahaya.

3. MENGGUNAKAN “NAFSU KEINGINAN” MENGGANTIKAN NILAI UNIVERSAL

Ketika partai komunis berusaha membuat citra buruk dan pada saat yang sama menganiaya nilai universal “Sejati - Baik - Sabar”, Dewa palsu roh jahat komunis ini juga sudah tidak lagi dipercaya rakyat Tiongkok, maka roh jahat pun tanpa henti menggunakan “nafsu keinginan” untuk mengisi kekosongan kepercayaan. “Meraup kekayaan secara diam-diam” cara Jiang Zemin justru merupakan sebuah pengakuan terhadap tujuan dari biang ajaran sesat komunis. Dalam sejarah umat manusia, “nafsu keinginan” dijadikan kepercayaan negara, dijadikan materi ajaran nasional untuk ditanamkan kepada rakyat, hanya PKT yang melakukannya pertama kali. Ada yang menggambarkan bahwa di dalam atmosfer daratan Tiongkok, selain ada kabut polutan, selebihnya adalah nafsu keinginan. Tiongkok telah memasuki sebuah era di mana seluruh populasi memperebutkan uang, mengumbar nafsu dan korup dimana-mana.

Ketika jiwa warga telah dikuasai oleh PKT dengan “nafsu”, apakah masih ada tempat untuk “Sejati - Baik - Sabar”? Ketika hubungan manusia dengan Tuhan telah diputus, dimanakah masa depan bangsa Tionghoa?

Dalam hati semua manusia sejak dilahirkan terdapat niat yang mengarah kebajikan, ini adalah benih berharga yang ditanamkan oleh Tuhan ketika menciptakan manusia. Di tengah proses perputaran dunia, ada benih manusia yang dikarenakan nafsu keserakahan pribadi yang terlalu tebal, atau karena terisolir terlalu dalam oleh kebudayaan yang telah rusak, maka ketika Tuhan datang kembali menyelamatkan manusia, embun manis dari belas kasih Tuhan juga sudah tidak bisa lagi menyentuh benih yang berharga itu, untuk membuatnya bertunas tumbuh dewasa. Terhadap prinsip sejati penyelamatan manusia, jika seseorang mendengar tapi tidak peduli, mendengar tapi tidak mengerti, mendengar tapi menolak untuk menerima, maka dia sudah tidak layak diselamatkan lagi.

Kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa yang terhubung dengan Langit yang diwariskan Tuhan kepada manusia, setiap saat dapat membersihkan benih di dalam hati manusia yang mengarah kebajikan itu, yang sedang menunggu kedatangan Tuhan untuk terakhir kalinya; roh jahat merusak kebudayaan warisan Dewa, agar manusia menjauhi nilai universal “Sejati - Baik - Sabar”, justru ingin agar benih yang berharga itu selamanya terpisah dari prinsip sejati, pada saat yang sama juga untuk merusak hati manusia, agar benih itu membusuk dan berjamur, untuk selamanya kehilangan kesempatan untuk hidup.

4. PENGANIAYAAN ROH JAHAT KOMUNIS TERHADAP KEPERCAYAAN ORTODOKS DITAKDIRKAN GAGAL

Dalam sejarah, jika partai komunis ingin menumbangkan seseorang, maka tidak lewat dari tiga hari, orang itu sudah tumbang. Akan tetapi, kali ini penganiayaan terhadap “Sejati - Baik - Sabar”, PKT ditakdirkan gagal. Para praktisi Falun Gong selamanya tidak pernah melepaskan setiap upaya dalam menentang penganiayaan. Menjadi orang baik mengikuti prinsip “Sejati - Baik - Sabar” dan berkultivasi tubuh dan karakter, ini tidaklah salah.

Ribuan hingga jutaan praktisi yang telah dimurnikan kembali oleh “Sejati - Baik - Sabar” dan juga telah meningkat taraf moralitasnya, adalah orang yang telah melangkah di jalan Tuhan. Inilah hal yang selamanya tidak bisa dipahami oleh Jiang Zemin dan PKT, ini juga mengapa praktisi Falun Gong bagaimanapun juga tidak dapat ditumbangkan. Sebenarnya, ini juga merupakan pengaturan Tuhan, demi meninggalkan sebuah bukti kepada manusia dunia di zaman ini, agar manusia dapat melihat, jika manusia mengandalkan keyakinan teguh pada Tuhan, maka dapat membuat iblis setan yang kelihatannya bengis merajalela itu tak mampu menjadikan kejahatannya.

KESIMPULAN

Demi menyelamatkan makhluk hidup pada saat terakhir, Sang Pencipta telah membangun kebudayaan tradisional bangsa Tionghoa di negeri Tiongkok, yang memiliki makna luas dan mendalam, tinggi bagai gunung. Kemilau bimasakti tidak sebanding dengan keindahannya, teratai es di puncak gunung tidak cukup menandingi kemurniannya, luasnya langit dan alam semesta tidak cukup menggambarkan kebesarannya, dalamnya lautan dan luasnya perairan tidak cukup menceritakan makna mendalamnya.

Sistem kepercayaan, tulisan bahasa, kebudayaan kultivasi, jalan (Tao) dari sang raja, model tatanan hidup manusia, estetika seni dan lain-lain dalam kebudayaan tradisional, semuanya untuk membangun kemampuan manusia agar dapat memahami Fa (Dharma, Red.) ajaran Tuhan. Manusia yang memiliki pemahaman terhadap kebudayaan warisan Dewa, maka dapat memperoleh informasi dari atas Langit dan bawah Bumi, berbagai manifestasi alam semesta terkandung di dalamnya, benar-salah dan baik-buruk terisi di dalamnya; manusia pun dapat membaca dan memahami fenomena Langit, mengerti prinsip Langit alam semesta dan tuntutan kriteria dari Jalan (Tao) Langit. Hal ini membuat moralitas masyarakat umat manusia terjaga pada taraf tertentu, tidak sampai terlalu cepat jatuh terdegradasi, pada saat yang sama, di tengah kekacauan akhir dunia, agar manusia yang masih memiliki kebajikan (Shan) masih memiliki acuan, dan dengan mata bijaknya itu dapat jelas membedakan antara kebenaran dengan kejahatan, dan tidak kehilangan kesempatan mendapatkan penyelamatan.

Tujuan terakhir roh jahat komunis adalah memusnahkan umat manusia. Setelah merebut takhta Tuhan, roh jahat itu menganiaya dengan keji kebudayaan tradisional, dalam beberapa dekade, menghamburkan dan menguras sumber daya alam nan berharga hingga habis. Partai jahat komunis Tiongkok memanfaatkan kekosongan kepercayaan, degradasi moral dan nilai yang kacau akibat runtuhnya kebudayaan, serta “pengalaman” jahat yang terakumulasi dalam proses pembantaian warga negara dan perusakan kebudayaan selama hampir seratus tahun ini, melancarkan penganiayaan terhadap para kultivator yang percaya pada nilai universal “Sejati - Baik - Sabar”.

Namun hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh roh jahat adalah, iblis setinggi satu kaki, Tao setinggi satu Zhang [51]. Tuhan tidak akan menolerir roh jahat yang dengan sewenang-wenang merusak kebudayaan warisan Dewa dan menganiaya putra-putri Tuhan dan kultivator yang melangkah di atas jalan Tuhan.

Dalam alam semesta yang maha luas, segala kehidupan tidak mampu luput dari genggaman Tuhan. Tuhan sedang mengamati segalanya, tindak-tanduk dan perilaku dari partai jahat komunis Tiongkok dan biang Iblis Sungai (Jiang Zemin, Red.), telah membuat Langit-Bumi dan semua Dewa murka! Jaring Dharma sedang diketatkan. Di tengah proses ini, wahai orang Tiongkok yang mulia, setiap niat dan pikiran kalian, sungguh penting tiada tara.



Keterangan:

[1] Buku yang berisikan sejarah tiga kaisar di dalam legenda Tiongkok; Fuxi - Shennong – Huangdi.

[2] Bermakna aksara kuno atau di zaman kuno sebelum kertas ditemukan, tulisan diukir pada lempengan bambu. Shu qi adalah semacam surat perjanjian/kontrak yang pada tepi lempengan terdapat gerigi yang berpadanan dengan tonjolan dari pihak kedua.

[3] Bagua = diagram delapan sisi.

[4] Kitab pengobatan dari Kaisar Kuning.

[5] Wuzang; paru-paru, jantung, limpa, hati, ginjal.

[6] Skandal susu bubuk Tiongkok tahun 2008 yang mengandung melamin.

[7] Proses daur ulang minyak goreng dari tempat pembuangan.

[8] Fenomena yang belakangan ini kerap terjadi di masyarakat Tiongkok.

[9] Taishan, gunung yang dianggap paling sakral di zaman Tiongkok kuno.

[10] Lagu pembakar semangat selama perang anti-Jepang.

[11] Xiaokang; diambil dari istilah Konfusianisme –xiaokangshehui, digunakan di masa Hu Jintao, tentang kebijakan ekonomi untuk mewujudkan persamaan distribusi kekayaan; di masa Xi Jinping menjadi salah satu isi dari 4 Komprehensif.

[12] Pat Kwa/Ba Gua adalah delapan diagram atau simbol yang merupakan dasar sistem kosmogoni dan falsafat Tiongkok kuno. Dilihat dari asal katanya, "Ba" berarti delapan, sedangkan "Gua" adalah trigram/tiga garis. Setiap Gua terdiri dari tiga simbol Yao. ... Ahli Feng Shui menggunakan Pat Kwa untuk memprediksi nasib. wikipedia.

[13] Sejarawan pada masa pemerintahan Huang Di, menurut legenda memiliki empat mata.

[14] Great Bear, salah satu dari 28 rasi bintang Tiongkok.

[15] Kamus Kangxi adalah Kamus Bahasa Tionghoa standar pada masa abad ke-18 an 19. Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing Manchu memerintahkan penyusunannya pada tahun 1710. Kamus ini menggunakan sistem Zihui sebelumnya yang terdiri dari 214 radikal, sekarang dikenal sebagai 214 radikal Kangxi, dan diterbitkan pada tahun 1716.Wikipedia.

[16] Qi = bentuk awal eksistensi energi.

[17] Keberadaan supranatural yang menguasai unsur-unsur alam atau aspek-aspek tertentu dalam kehidupan manusia.

[18] Isi dari Huangdi Yifujing atau Kitab Pusaka Tersembunyi Kaisar Kuning.

[19] Tokoh Tao legendaris Tiongkok; pencipta Taiji Quan.

[20] Tokoh Tao dalam kisah klasik Fengshen Yanyi; salah satu murid Yuanshi Tianzun.

[21] Dari buku Qunshu Zhiyao; literatur: Kumpulan Buku Penting Pemerintahan; era Dinasti Tang.

[22] Kaisar Yu, nama lain dari Shun; Yu Shun (Catatan Sejarah Agung atau Shiji; karya Sima Qian).

[23] Zizhi Tongjian (literatur: Cermin Bantuan Komprehensif dalam Pemerintahan; karya Sima Guang)

[24] Sungai Huai; sungai utama di timur Tiongkok terletak antara Huanghe dan Changjiang

[25] Wu Sangui, Raja Pinxi; Shang Kexi, Raja Pingnan dan Geng Zhongming, Raja Jingnan

[26] Memutar Falun; memutar Roda Dharma.

[27] Strategi keuntungan ekonomi untuk mengendalikan negara lain.

[28] Han Gaozu; kaisar pertama Dinasti Han.

[29] Reformis pendidikan Tiongkok.

[30] Satuan dengan 1.000 uang logam kuno.

[31] Yi (義), kebenaran, keadilan dan lain sebagainya.

[32] Patriot Tiongkok di akhir Dinasti Song Selatan yang terkenal karena kesetiaannya pada negara.

[33] Prajurit komunis Tiongkok.

[34] Norman Bethune; dokter Kanada yang bekerja untuk Mao Zedong di Yan’an.

[35] Umumnya diterjemahkan sebagai Tradisi Zuo atau Tafsiran Zuo; sejarah naratif Tiongkok kuno mengenai kronik sejarah Musim Semi dan Gugur.

[36] Kitab Nyanyian; kumpulan lagu-lagu Tiongkok kuno.

[37] Ya besar dan Ya kecil.

[38] Zither Tiongkok kuno.

[39] Sebutan untuk India di zaman kuno.

[40] Raja Qin merupakan julukan dari kaisar Tang Taizong.

[41] Liriknya; versi Indonesia = penyelamat agung.

[42] Upacara untuk menghormati Mao disaat Revolusi Kebudayaan.

[43] Opera yang dirancang oleh Jiang Qing, istri Mao.

[44] Chang Hong Ge, bagian dari Gerakan Kebudayaan Merah oleh Bo Xilai.

[45] Film-film yang dibuat untuk mempromosikan ideologi Mao.

[46] CCTV = siaran TV corong PKT.

[47] Insiden pembantaian mahasiswa di Tiananmen.

[48] Sulit dibedakan mana qigong asli dan palsu.

[49] Pengkhianatan pertama adalah Jiang Zemin sendiri dan ayah kandungnya merupakan kolaborator Jepang; "Pengkhianatan kedua" adalah peran Jiang sebagai agen mata-mata Rusia dalam menyumbangkan wilayah Tiongkok yang sangat luas; "Pemalsuan pertama" ialah, Jiang berbohong bahwa sebelum 1949 (1946) ia bergabung sebagai anggota partai palsu dari partai bawah tanah Partai Komunis Tiongkok; "Pemalsuan kedua" ialah, ia mengaku sebagai anak/keturunan martir dari "martir" Jiang Shangqing. (catatan: Jiang Zemin adalah anak tiri Jiang Shangqing).

[50] Siluman Sungai adalah julukan Jiang Zemin

[51] 1 Zhang (baca: chang) = 3 meter