(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Gong pada bulan Agustus 1997. Selama 20 tahun kultivasi, tubuh dan pikiran saya telah berubah banyak. Orang-orang mengatakan bahwa saya terlihat seperti berusia 60-an, padahal saya sebenarnya telah berusia 76 tahun dan masih segar-bugar.

Saya telah meningkatkan Xinxing (kualitas moral) dengan mematut diri pada prinsip “Sejati-Baik-Sabar” dari Falun Gong. Dalam masyarakat hari ini yang telah merosot nilai moralitasinya, karakter baik yang diperlihatkan oleh pengikut-pengikut Dafa semakin dikenal oleh banyak orang.

Menghadapi Berbagai Tuduhan

Saya mengendarai sebuah sepeda roda tiga untuk menjemput cucu dari Sekolah Dasar Dongcheng pada jam 4.30 sore di tahun 2009. Cucu saya ini mengobrol tentang rencananya saat liburan 7 hari mendatang. Kami melihat seorang gadis muda sedang terkapar di persimpangan jalan. Dia sedang menangis dan kepalanya berlumuran darah. Saya berhenti dan menanyakannya apa yang telah terjadi dan siapa namanya. Tidak peduli apa yang saya katakan, dia hanya menangis.

Kami berjarak sekitar 3 km dari lingkungan saya dan saya rasa mungkin dia bukan dari lingkungan kami. Jadi saya menaruhnya di atas sepeda roda tiga bersama cucu saya dan membawanya ke lingkungan kami. Saat kami tiba, saya meminta cucu saya untuk pulang sendiri. Saya membawa gadis muda ini ke puskesmas dan meminta dokter untuk mengobati luka-lukanya. Setelah mengobatinya, si dokter dan saya menanyai nama dan nomor telepon kedua orang tuanya, tetapi yang dia lakukan hanya menangis.

Saya melihat tas sekolahnya dan menemukan namanya, dan mengetahui bahwa dia adalah gadis SD kelas 1 di Sekolah Dasar Dongcheng. Saat saya pergi membayar biaya dokter, dokter menolak menerima dan berkata, “Jangan begitu. Bagaimana saya boleh menerima uang anda?” Saya berterima kasih pada sang dokter dan pergi.

Apa yang harus saya lakukan? Ia pasti siswa yang datang dari pinggiran kota untuk sekolah. Saya menelpon istri dan memintanya untuk duduk di sepeda roda tiga dan memegangi gadis kecil itu. Saya naik sepeda ini kembali ke tempat di mana kami menemukannya di jalan dan sekali lagi bertanya di mana dia tinggal. Dia berhenti menangis dan mengarahkan saya ke tempat kerja ibunya.

Ibunya bekerja di sebuah pabrik jahit kecil sekitar 3 km dari lokasi. Dia menanyai putrinya apa yang terjadi. Si gadis itu berkata dia terjatuh. Ibunya berterima kasih pada saya telah membantu putrinya. Saat kami berbincang-bincang, saya sadari bahwa mereka datang dari daerah pedesaan dekat kampung halaman saya. Kami sangat senang bisa bertemu. Selama berbicara, saya bisa melihat bahwa mereka berada dalam situasi yang sulit. Saya memberi dia alamat rumah saya dan meminta mereka untuk mengunjungi kami jika dia perlu bantuan di kemudian hari.

Seseorang menggedor pintu saya pada jam 8 malam pada tanggal 2 Oktober. Saat membuka pintu, saya melihat kedua orang tua gadis itu bersama gadis itu. Saya pikir mereka datang untuk berterima kasih pada saya. Saya menyambut mereka dan lalu menawarkan mereka untuk minum teh.

Ayah dari anak itu menghentikan saya, dan berkata, “Tidak perlu.” Dia berkata dengan serius, “Masalah anak ini belum selesai. Anda ingin menyelesaikannya secara umum atau secara pribadi?”

Sebelum saya memiliki sebuah kesempatan untuk menceritakan apa yang telah terjadi, dia berkata, “Bukankah anda yang menabrak putri saya? Bila tidak, anda tidak akan membawanya pulang ke rumah. Tidak ada orang yang sebaik itu.”

Dia melanjutkan, “Kita bisa berbicara mengenai kompensasinya jika kita menyelesaikan hal ini secara pribadi. Saya sudah berbicara kepada polisi lalu lintas. Mereka memiliki video kamera cctv, tetapi mereka sedang liburan sekarang. Rekamannya akan tersedia pada tanggal 9.”

Baiklah, kalau begitu, biarkan polisi lalu lintas yang menanganinya,” Saya menjawab dengan tenang. Dia dengan nada marah pun pergi.

Pada hari berikutnya teman melihat saya dan memberitahu saya bahwa kedua orang tua anak itu pegi ke kantor RW, pengurus gedung, puskesmas, dan memberitahu orang-orang bahwa saya telah menabrak anak gadisnya, dan saya berbohong agar bisa terhindar dari tanggung jawab.

Saat saya memberitahu teman apa yang sebenarnya telah terjadi, dia berkata, “Zaman sekarang ini, berapa banyak orang yang punya rasa keadilan? Dia akan mencoba menipu dan memeras uangmu tentunya,” saya memberitahunya agar jangan khawatirkan diri saya.

Saya tiba di kantor polisi lalu lintas pada jam 9 pagi tanggal 9 Oktober, tetapi kedua orang tua dari anak itu tidak ada di sana. Saya menunggu selama satu jam, tetapi mereka tidak hadir. Seorang petugas meminta saya untu mencari mereka. Saya pergi ke pabrik konveksi untuk mencari sang ibu, tetapi dia tidak ingin datang. Dengan permintaan terus-menerus saya, direktur pabrik konveksi setuju untuk menemahi si ibu untuk datang ke kantor polisi agar kami bisa mendapatkan kebenaran duduk persoalannya.

Polisi membuka video rekamannya, dan kejadian sebenarnya pun menjadi jelas. Si gadis kecil itu jatuh saat sedang berkelahi dengan seorang anak karena sebotol minuman. Video itu memperlihatkan bagaimana saya menggendong gadis itu dan menaruhnya di sepeda roda tiga. Polisi meminta kami berdua untuk menandatangani berita acara.

Kali ini, saya berkata, “Faktanya ada di sana. Saya tidak menabrak anak anda, tetapi kalian datang ke lingkungan saya untuk mengatakan hal-hal yang buruk mengenai saya, yang telah merusak nama baik saya. Saya hanya meminta anda kembali ke lingkungan saya untuk mengembalikan reputasi saya.”

Direktur pabrik konveksi berkata, “Tentu saja harus begitu.” Maka kami bertiga pergi ke lingkungan tempat tinggal saya.

Teman saya kemudian memberitahu bahwa banyak orang telah tahu bahwa para praktisi Falun Gong adalah orang baik. Mereka berkata, “Para praktisi Falun Gong benar-benar orang yang begitu baik!”