(Minghui.org) Ibu saya berumur 90 tahun tinggal bersama dengan abang saya, sedangkan adik dan saya tinggal di provinsi lain. Ibu kami jatuh pada suatu malam pada bulan April lalu. Abang saya mengetahuinya keesokan pagi, dan menyuruh putranya membawa beliau turun dari lantai 7, dan bawa ke rumah sakit.

Setelah pemeriksaan rontgen, dokter menyarankan untuk dioperasi, untuk menghindari konsekuensi serius. Ibu bisa menjadi lumpuh, dan membutuhkan kursi roda. Karena usianya sudah lanjut, dokter menyerahkan keputusan akhir kepada keluarga kami.

Saya meminta adik agar memesan tiket pesawat sehingga saya bisa menemui ibu.

Adik menelepon saya kemudian, dan mengatakan istrinya berkonsultasi dengan mantan teman sekolahnya yang berprofesi dokter di rumah sakit kota provinsi. Setelah melihat hasil rontgen, temannya menyarankan untuk dioperasi, karena ada fraktur leher femur. Mengingat usianya, dia mengatakan kemungkinan tidak pulih. Tetapi tanpa operasi, beliau tidak akan bisa berjalan.

Adik saya khawatir atas risiko operasi. Saya mengatakan harus menunda membuat keputusan sampai saya melihat kondisi ibu.

Ibu yang Buta Huruf Belajar Membaca Zhuan Falun

Orang tua saya, abang, kakak, keponakan, dan saya sendiri adalah praktisi Falun Dafa. Saya mulai berlatih pada tahun 1997, dan ibu saya setahun kemudian ikut berlatih. Beliau teringat banyak pengalaman luar biasa dalam dua puluh tahun berlatih Dafa.

Ibu menjadi praktisi ketika hampir berumur 70 tahun. Beliau menjalani kehidupan yang sulit, dan tidak pernah sekolah, sehingga beliau buta huruf.

Beliau mendengar ceramah Guru (pencipta Falun Dafa), dan melakukan latihan gerakan. Beliau iri pada kami karena bisa membaca buku-buku Dafa. Saya memberi tahu beliau bahwa banyak praktisi yang juga buta huruf, akhirnya bisa membaca Zhuan Falun. Saya memintanya untuk mencoba.

Ibu mulai belajar dan menghafal, kata demi kata, lalu kalimat demi kalimat. Ibu meminta bantuan jika membutuhkannya, dan tidak pernah menyerah, terlepas sikap orang lain.

Ibu berusaha belajar dan mengingat, siang dan malam, sering menemukan cara mengucapkan kata-kata tertentu selama meditasi. Ketika tidak ada orang di sekitarnya untuk membantu, Guru menunjukkan kepadanya bagaimana mengucapkan kata tertentu dengan mengirim pesan ke dalam pikirannya.

Guru membantunya karena keinginannya berkultivasi. Beliau perlahan-lahan bisa membaca Zhuan Falun, walaupun sangat lamban pada awalnya.

Ibu tinggal bersama dengan saya selama beberapa waktu kira-kira tujuh tahun yang lalu. Saya perhatikan ibu salah mengucapkan beberapa kata, jadi saya mengurutkannya dan menuliskan pengucapan yang benar. Adik saya mencetaknya, dan ibu menghafalnya. Begitu ibu ingat pengucapan yang benar, ibu membandingkannya dengan yang ada di Zhuan Falun, dan menghafal keseluruhan kalimat.

Kecepatan bacanya akhir meningkat, dan ibu bisa membaca keseluruhan kalimat. Adik ipar saya bercanda, “Ibu terlihat seperti sedang mempersiapkan masuk kuliah.”

Membantu ibu membaca memberi kesempatan bagi saya untuk melenyapkan keterikatan ketidaksabaran dan sifat cepat marah.

Rambut ibu beruban seluruhnya sebelum berlatih. Delapan puluh persen rambutnya berubah menjadi hitam dan varises menghilang setelah beliau berlatih Dafa. Ibu tidak pernah mengunjungi dokter atau minum obat selama dua puluh tahun terakhir.

Sembuh Tanpa Operasi

Saya naik pesawat tiga hari kemudian.

Ibu tidak bisa bangun dari tempat tidur, dan tidak bisa duduk tanpa bantuan. Ibu menderita batuk yang parah, memakai popok sekali pakai, dan dalam kondisi mentalnya yang buruk.

Saya berbicara dengan ibu dan bertanya, “Siapa yang ibu dengarkan?” Ibu tidak tahu jawabannya.

“Siapakah ibu? Apakah seorang praktisi Dafa? Siapa yang harus praktisi dengarkan?” Saya melanjutkan. Ibu tiba-tiba menyadari sesuatu dan dengan tegas berkata, “Saya mendengarkan kata-kata Guru.”

Saya menceritakan kisah yang Guru sebutkan di Zhuan Falun tentang seorang wanita tua yang diseret oleh mobil lebih dari sepuluh meter, dan terjatuh, namun tidak terluka.

“Kami mengatakan, baik atau buruk yang akan terjadi berasal dari pikiran sekilas seseorang, beda pikiran sekilas ini juga akan membawa konsekuensi yang berbeda.” (Ceramah Empat, Zhuan Falun)

Saya mengatakan bahwa ibu bisa memakai popok sekali pakai untuk menampung urin, tetapi saya dan kakak akan membantunya ke kamar kecil untuk buang air besar.

Adik dan ipar saya mengingatkan kami jangan membiarkan ibu terlalu cepat bangun dari tempat tidur atau kaki bergerak, dan biarkan beliau istirahat di tempat tidur. Istri keponakan saya sangat khawatir. Dia mengatakan kakeknya mengalami cedera yang sama, tidak menjalani operasi, menjadi lumpuh dan meninggal dunia setahun kemudian.

Saya merasa cemas ketika melihat kondisi ibu, tetapi saya tahu ibu akan melewati masa-masa sulit. Dan karena faktor usianya, saya perlu membantunya mengatasi kesengsaraan dengan pikiran lurus.

Walaupun ibu memperlakukan dirinya sebagai seorang pasien, dan ingin kami merawatnya, ibu tidak lupa belajar ajaran Guru. Ibu duduk di tempat tidur dan membaca buku setiap hari, serta mencuci tangannya sebelum belajar, untuk menghormati Dafa dan Guru. Ibu belajar dua jam di pagi hari dan dua jam di sore hari.

Batuk ibu berhenti, dan tidak membutuhkan popok setelah sepuluh hari. Saya mengatakan pada ibu bahwa tidak cukup hanya membaca buku, dan seorang praktisi juga harus melakukan latihan Gong.

Ibu tidak bisa menekukkan lutut kanan pada waktu itu, dan tidak bisa berdiri. Kakinya harus diluruskan, dan tidak bisa menahan berat badan.

Walaupun ibu rajin belajar, namun tidak ingin bergerak, apalagi melakukan latihan Gong. Ibu ingin merawat cederanya karena kakinya terasa sakit setiap kali digerakan.

Saya berbicara dengannya dengan sabar, “Kita tidak bisa memperlakukan diri kita sebagai manusia biasa. Kita adalah praktisi, jadi bukankah kita harus meningkatkan Xinxing? Lima perangkat latihan tidak boleh diabaikan. Jika ibu kesulitan menekuk lutut, maka silangkan kedua kaki dengan longgar saat bermeditasi. Ibu bisa mencoba menyilangkan satu kaki nanti, bahkan jika terasa sakit.”

Ibu duduk di tempat tidur dan bermeditasi. Saya bertanya padanya beberapa hari kemudian apakah ibu bisa bangun dari tempat tidur untuk melakukan latihan. “Saya bahkan tidak bisa berdiri. Bagaimana saya bisa melakukan latihan gerakan?” jawabnya.

Saya menyemangati dan mengingatkannya bahwa Guru bersama kita, jadi ibu seharusnya tidak khawatir. Ibu berkata, “Baiklah, saya akan melakukan latihan gerakan!”

“Mengapa ibu tidak bersandar pada pintu,” kata saya. “Dan saya akan menahan di depan. Berdiri semampu ibu.” Ibu melingkarkan lengannya pada leher saya, dan saya menahannya di pinggang. Saya membawanya ke pintu, menutup pintu, dan menyandarkannya pada pintu.

Ibu tidak bisa berdiri diam karena kakinya masih lemah, jadi beliau menyandarkan seluruh tubunya pada pintu, dan melakukan perangkat latihan kedua. Tubuhnya mulai bergetar tak terkendali, dan beliau basah kuyup dalam tiga menit.

Keesokan paginya ibu melanjutkan membaca buku. Saya bertanya apakah ibu ingin melakukan latihan setelah makan siang. Ibu tanpak ketakutan, jadi saya mengingatkannya dengan kata-kata Guru:

“Ketika benar-benar berada di tengah musibah atau sedang melewati cobaan, anda boleh mencoba, saat sulit bersabar anda cobalah bersabar. Saat terlihat tidak ada harapan, dikatakan sulit untuk dilakukan, maka anda boleh coba lakukan, lihat akhirnya sanggup atau tidak.” (Ceramah Sembilan, Zhuan Falun)

“Saya akan melakukan latihan!” katanya. Tubuhnya bergetar, dan berkeringat deras setelah melakukan perangkat latihan kedua selama enam menit.

Saya mendorong ibu untuk meningkatkan waktu latihan tiga hari kemudian, dan ibu melakukan perangkat latihan kedua selama 16 menit.

Sepuluh hari kemudian saya bertanya, “Karena ibu bisa melakukan perangkat latihan kedua, bagaimana melakukan perangkat latihan ketiga? Ibu bisa mencobanya dengan bersandar pada pintu.” Dan ibu mampu melakukannya.

Mudah diucapkan daripada dilakukan bagi orang berusia 90 tahun yang mengalami cedera. Tetapi ibu saya sangat rajin membaca Zhuan Falun, sehingga memiliki keyakinan kuat pada Guru dan Dafa.

Ibu melakukan latihan setiap hari. Tubuhnya bergetar dan basah kuyup oleh keringat setiap kali melakukan latihan. Ini adalah proses menerobos kemanusiaan, dan ujian keyakinannya.

Walaupun ibu melakukan latihan dengan bersandar pada dinding, ibu tidak berani berdiri atau berjalan sendiri. Kakinya lemah, dan ibu takut jatuh. Tetapi ibu terus membaca buku. Rasa takutnya perlahan-lahan berkurang, dan pikiran lurus serta kepercayaan dirinya makin besar.

Sebulan kemudian saya menyamangati ibu melakukan latihan tanpa menyandar dinding. Itu adalah tantangan besar, karena ibu harus melepaskan rasa takut dan konsep manusia.

Pertama, ini adalah masalah bertahan selama beberapa menit. Ibu melakukan satu latihan pada waktu itu, lalu istirahat, kemudian melakukan latihan berikutnya. Setiap latihan disertai dengan getar dan keringat, tetapi keyakinannya membawa beliau melewatinya.

Ibu membuat terobosan setiap beberapa hari, dan kondisinya terus meningkat. Sungguh seperti apa yang Guru katakan, “Kultivasi itu tergantung pada diri sendiri, sedangkan evolusi Gong tergantung pada Shifu.” (Ceramah Satu, Zhuan Falun)

Tingkat kultivasinya meningkat sedikit demi sedikit, ibu mampu duduk bermeditasi dengan posisi lotus penuh, dan melakukan latihan berdiri lainnya.

Seratus hari kemudian, ibu melepaskan rasa takut, dan mampu berjalan enam meter. Seiring langkahnya makin stabil, ibu mampu naik dan menuruni tangga.

Falun Dafa benar-benar mengagumkan! Tanpa operasi dan obat, wanita berusia 90 tahun yang mengalami cedera serius mampu berdiri dan berjalan. Yang diperlukan hanyalah percaya pada Guru dan Dafa, tekun membaca Zhuan Falun, dan mengikuti persyaratan yang ditetapkan bagi praktisi.

Setelah melihat keajaiban Dafa dan bagaimana ibu mengatasi kesengsaraan, adik saya, istrinya, dan istri keponakan mulai ikut berlatih juga. Karena pengalaman ibu, ayah saya yang berumur 90 tahun, abang (hampir 70 tahun) dan kakak (60-an) semakin percaya pada Dafa. Keluarga saya sungguh-sungguh diberkati!